TADULAKO
Secara harfiah kata
"Tadulako" berarti pemimpin perang. "Tadulako" adalah
personifikasi figur, tokoh, subyek yang memiliki semangat, keberanian,
kekuatan, yang terpancar dari kharisma dan kewibawaan. Pada beberapa kagaua
(kerajaan) di tanah kaili keberadaan figur "Tadulako" dalam struktur
"Libu Nu Madika" niscaya selalu ada dan bertindak sebagai menteri
pertahanan dan keamanan.
Sosok "Tadulako" harus
memiliki keberanian sebagai sifat utama, keberanian merupakan sifat dan
perilaku yang dibentuk berdasarkan faktor genealogis dalam satuan
kekerabatannya. Dengan tampilan maskulinitas positif, "Tadulako"
bahkan mewarisi nilai kepemimpinan dari "Tomalanggai" sebagai
"tobaraka" dan merupakan cikal bakal pemimpin pada suku Kaili.
"Tadulako" memiliki
kewenangan yang harus di jalankan untuk menjaga keamanan kerajaan (negeri),
jika terjadi peperangan atau pemberontakan terhadap otoritas
"kagaua". Tadulakolah yang pertama kali maju kedepan arena
pertempuran sebagai pemimpin Prajurit/Pasukan.
Secara fungsional dalam struktur
kelembagaan "Libu Nu Madika" Tadulakolah yang memiliki dan menjalani
prosesi tersendiri dalam menjalankan tugasnya dibandingkan anggota "Libu
Mu Madika" lainnya, jika terjadi peperangaan, atas perintah
"Magau", Tadulako mengumpulkan pasukannya diawali dengan "tinti
gabara ribaruga" ( gendang yang dibunyikan di baruga dengan irama
tertentu) sebagai tanda bahwa persiapan perang segera dimulai, prosesi ini
sekaligus sebagai pengumuman dan isyarat kepada "To dea" (masyarakat)
agar waspada dan mengikhlaskan para prajurit untuk pergi berjuang di medan
perang. Dengan dipimpin "Tadulako", para pasukan lalu berkumpul di
"Bantaya" (rumah adat tempat bermusyawarah) dengan mempersiapkan alat
kelengkapan perang berupa "Sinjulo" (pakaian perang dari kulit kayu
berwarna hitam), "Songko Vaja" (berbahan kayu) yang dikebatkan
sepasang tanduk kerbau khusus dikenakan Tadulako), "Tokotampi"
(tombak yang menggunakan ekor kuda diujung tangkainya), "Kaliavo"
(perisai), "Guma" (keliwang) yang sarung pembungkusnya digantungi
"Banggula" yaitu giring-giring terbuat dari kuningan sehingga suara
yang ditampilkan pasukan terdengar gemerincing jika berjalan.
Setelah persiapan alat
kelengkapan perang telah dilakukan dengan dibantu sepenuhnya oleh seluruh
masyarakat, maka
Peperangan siap dihadapi, lalu
para ahli perang diantaranya "Tadulako" dan sebagian "To Tua
Nungata" melaksanakan "Nondolu" berupa nyanyian yang berisi
sugesti mental kepada prajurit guna mempertinggi daya tempur, sekaligus
menanamkan arti dan nilai kematian bagi prajurit dalam membela kagaua atau
negeri. Saat "Tadulako" "Nerenggemo" (pekikan penyemangat)
sudah di lontarkan maka pasukan bersama "Tadulako" telah bergerak
menuju peperangan.
Dalam seluruh prosesi peperangan
yang dilaksanakan, menempatkan Tadulako sebagai simbol kekuatan inti pembela
negeri. Pemaknaan dalam simbolisasi Tadulako menegaskan eksistensi pemimpin
perang yang siap dan rela mati membela tanah air.
Tadulako, Sebelum Turun
Berperang, akan melakukan gerakan "Notampadu Tana Pade Nolako" (
menghentakan kaki yang bertumpu pada tumit ke Tanah sebagai simbol injakan ke
bumi sebelum Melangkah dan sebagai simbol pamit Pada Bumi untuk menuju tujuan,
makna filosofinya bahwa Bumi tempat bepijak Dan satu tujuan Hidup Adalah Mati,
Maka ketika Mati seorang Tadulako berada dalam Perjuangan Di jalan kebenaran.
Dengan semangat dan jiwa
pengorbanan "Tadulako" mempertaruhkan jiwa untuk siap melindungi
"Kagaua" dan seluruh negeri, penanda semangat dan keberanian
"Tadulako" tergambar jelas pada semboyan "Malei Raa Mabubu, Ma
Puti Buku Ra Timbe, Kana Kupomate Ngataku" ( Merah darah ditumpahkan,
putih tulang di potong, siap mati untuk untuk negeriku).
Boyaoge, 18 Oktober 2019,
N I S B A H
0 comments:
Posting Komentar