Sabtu, 25 Januari 2025

LALOVE

Silahkan bagikan :
۞ السَّــــــلاَمُ عَلَيْــــــكُمْ وَرَحْمَــةُ اللــــهِ وَبَرَكَاتُــــــــــهُ ۞
۞ بســـــــــــــم اللّـــه الرّحمٰن الرّحيـــــــــــــم ۞
-------------------------------------------------------------

 Lalove, Aerophone Orang Kaili di Sulawesi Tengah

Lalove, ALAT MUSIK TIUP orang Kaili

(Musik latar Video; Merpati-Anang Kidnap)

 

Lalove sebagai alat musik tiup merupakan salah satu jenis alat musik tradisionalnya orang Kaili di Sulawesi Tengah, berasal dari kata Love (bahasa Kaili dulu) yang kira-kira berarti suara yang mengalun, sayup-sayup atau menerawang dari kejauhan. Informan menyepadankan Love dengan kata Nggose yang berarti siulan, bunyi mendesah untuk menarik perhatian atau memanggil.

 

Love dalam pengertian bahasa Kaili sekarang, sama dengan Tonji yang berarti burung elang. Pada lingkungan  tempat tinggal masyarakat di etnik Kaili Sulawesi Tengah, burung sering berkicau atau mengeluarkan suara di ketinggian pepohonan bambu, atau dari kejauhan. Orang Kaili tidak mengenal kebiasaan memelihara burung dalam sangkar.

 

Love diberi semacam  awalan La menjadi Lalove dan dalam penulisan ini diartikan sebagai bunyi yang memanggil. Pengertian ini diperkuat dengan kenyataan bahwa dalam pelaksanaan Balia, fungsi Lalove adalah  memainkan Kobi-kobi (istilah melodi lagu pada  permainan Lalove) tertentu untuk memanggil roh-roh sesuai dengan jenis kobi yang dimainkan.

 

Istilah Kobi dalam bahasa Kaili kerap digunakan pada kalimat yang dalam bahasa Indonesianya berarti membangunkan orang tidur dengan cara menggelitik atau menyentuh. Sehingga dalam konteks permainan Balia, Kobi dapat diartikan cara membangunkan atau memanggil roh yang sedang tidur.

 

Sangat sulit untuk menemukan data yang akurat dan tepat asal muasal dan kapan keberadaannya Lalove, sebagai konsekwensi logis dari sebuah folklore. Informan menyiratkan dua kemungkinan yang dapat dijadikan acuan.

Pertama, Lalove itu ada, hasil dari kebudayaan setempat yang lingkungan tempat tinggalnya banyak ditumbuhi pohon bambu. Sehingga bukan hal yang aneh bila mereka membuat sebuah alat musik dari bambu. Artinya dapat diduga bahwa Lalove adalah peniruan bunyi yang dihasilkan dari pepohonan bambu yang kebetulan berlubang dan ditiup oleh angin.

 

Kedua, berkaitan dengan legenda Sawerigading yang sedang melakukan perjalanan di Tanah Kaili. Yakni, ketika Sawerigading ingin meminang Ngili Nayo, Raja wanita dari Kerajaan Sigi. Dikisahkan, salah satu syarat lamarannya adalah diadakan adu ayam antara ayam Sawerigading dan Ngili Nayo. Untuk memeriahkan acara adu ayam tersebut, maka dibunyikanlah alat-alat musik yang dibawa oleh Sawerigading termasuk didalamnya Lalove. Ternyata suara Lalove  dapat mengundang orang untuk berdatangan ketempat adu ayam bahkan juga buat mereka yang sedang sakit.

 

Sejak itu Lalove diterima dan dianggap  milik orang Kaili di Sulawesi Tengah, dengan penekanan fungsi untuk menyembuhkan orang sakit.

Lalove terbuat dari bambu berbentuk silinder panjang dengan ukuran bervariasi antara 70 - 90 cm. Lalove terbagi atas dua bagian dalam skala besar atau sama panjang (selanjutnya disebut bagian a untuk bagian atas dan b untuk bagian bawah).

 

Lalove dimainkan dengan posisi pemain duduk bersila. Sumber suara atau ujung atas Lalove, ditempelkan diantara kedua bibir sedemikian rupa hingga hembusan udara dari mulut dapat mencapai sumber suara. Penampang Lalove atau Suvaya diletakkan di bidang datar di depan peniup, sehingga Lalove membentuk posisi vertikal dengan kemiringan bila diukur dari badan si peniup kira-kira 300. Posisi lubang 1 sampai dengan 6 dihitung dari atas.

 

Lubang 1 pada Lolove ditempati oleh telunjuk jari tangan sebelah kiri (selanjutnya disebut jari 1). Lubang 2 pada Lalove ditempati oleh jari tengah tangan kiri (selanjutnya disebut jari 2). Lubang 3 pada Lalove ditempati jari manis tangan kiri (selanjutnya disebut    jari 3).

 

Adapun jari-jari tangan kanan akan menempati lubang-lubang sebagai berikut : Ibu jari akan menempati lubang 4 (selanjutnya akan disebut jari 4), jari telunjuk akan menempati lubang 5 (selanjutnya disebut jari 5), jari manis akan menempati lubang 6 (selanjutnya disebut  jari 6).

 

Dengan posisi penjarian seperti itu, maka posisi tangan memegang Lalove menyesuaikan dengan, tangan kiri di atas dan tangan kanan di bawah.

Digunakannya ibu jari tangan kanan pada lubang 4, merupakan subuah hal yang unik bila dilihat dari kacamata tehnik penjarian Aerophone pada umumnya. Perihal yang mungkin dijadikan alasan adalah letak lubang yang sangat berjauhan dan kesulitan penjarian bila lubang 4 menggunakan jari telunjuk kanan. Menurut informan, penggunaan ibu jari pada lubang 4 sudah ada sejak dahulu kala.

Ada empat pola penjarian dalam memainkan kobi-kobi (istilah kalimat melodi dalam permainan Lalove). Keempat pola ini menghasilkan empat pola interval yang berbeda-beda.

 

Kobi dapat diartikan lagu atau melodi yang dimainkan Lalove. Kobi dalam pengertian bahasa Kaili sehari-hari dapat diartikan sebagai tindakan untuk menyentuh sesuatu/membangunkan orang. Olehnya, Kobi dapat diartikan pula sebagai melodi Lalove yang menyentuh/membangunkan sehingga mengakibatkan adanya respon dari obyek yang dituju. Misalnya, Kobi Posironde Ntomanuru adalah melodi yang dimaksud memanggil Roh Ntomanuru untuk datang mengikuti upacara adat Balia (upacara Penyembuhan) yang berlangsung.

 

Sebuah nama Kobi dapat dimainkan dengan tehnik yang berbeda-beda. Terutama nama-nama Kobi yang berfungsi mengantar tahapan penting dalam upacara adat Balia. Yakni; Posironde, Posalonde, Pantatausina, Pompourana.

 

Yang patut dicatat dalam penulisan ini, informan mengajak dalam permainan Lalove tidak lagi difungsikan dalam upacara atau ritual adat. Ia lebih dimainkan dalam pertunjukann dengan tidak meninggglkan usnsur-unsur tradisi.


Sumber : Link LALOVE


۞ الحمد لله ربّ العٰلمين ۞

-------------------------------------------------------------

0 comments:

Posting Komentar

۞ PETA LOKASI Wilayah ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞