Sintuvu Posarara.
Salah satu konsep penting tentang
hubungan masyarakat di tanah Kaili adalah konsep "Sintuvu Posarara"
yang mengatur hubungan antara sesama manusia khususnya hubungan kekeluargaan
dalam satuan kekerabatan termasuk kekerabatan "santina" (klen).
Konsep ini menjelaskan esensi hidup yang baik harus didasarkan pada rasa
persaudaraan. Di dalam konsep ini terkandung pengertian bahwa segala sesuatu
yang dilakukan dalam kehidupan harus berorientasi pada kebaikan dan didasarkan
atas kerjasama dan tolong menolong yang didorong oleh rasa kekeluargaan,
kebersamaan, dan persekutuan hidup dalam satuan keluarga, kerabat dan juga
masyarakat luas yang diikat oleh nilai hidup yang berkembang dalam masyarakat.
"Sintuvu Posarara"
sebagai konsep hubungan antara manusia merupakan karakteristik masyarakat Kaili
yang berfungsi sebagai perekat dalam kehidupan bermasyarakat. Konsep ini juga
menegaskan tentang sikap masyarakat Kaili yang selalu terbuka dan menerima
keberadaan masyarakat lainya dengan tidak membedakan baik ideologi, sub etnis,
dan agama.
Nilai-nilai dari konsep "Sintuvu
Posarara" diketengahkan secara arif untuk dijadikan sebagai semboyan
dinamis dalam menata kehidupan bermasyarakat. Konsep terpelihara dalam
kehidupan masyarakat karena nilai kesatuan yang dikandungnya merupakan semangat
yang tetap tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Ikatan hubungan perkawinan antar
keluarga dalam satuan kekerabatan menjadi penegasan akan adanya konep
"Sintuvu Posarara". Adat "Nosibolai"atau
"Nibolai"pada golongan Madika yang menjalin hubungan pada golongan
"madika" (bangsawan) dan melalui prrkawinan dengan adat
"Neduta" pada golongan "To Dea" (masyarakat biasa)
memperlihatkan bahwa ikatan perkawinan diharapkan dapat mempererat hubungan
persaudaraan dalam satuan kekerabatan khususnya pada beberapa satuan klen
tertentu (santina). Perkawinan antar klen bertujuan untuk mempertahankan status
sosial sekaligus menunjukkan bentuk keberhasilan konsolidasi antar satuan
kekerabatan dalam klen dalam mempertegas status sosial pada masing-masing
"Vati" (status) yang ada .
Dalam konsep "Sintuvu
Posarara" juga ditanamkan suatu nilai yang dapat menunjukkan
kesetiakawanan atau solidaritas antar sesama yaitu nilai gotong royong yang
disebut dengan "Nolunu". Nilai hidup ini merupakan realisasi
kebersamaan mereka dalam menghadapi suatu kerja, yang manifestasinya dapat
terlihat dalam segala aktivitas hidup sehari-hari, seperti bantu-membantu dalam
suatu pekerjaan besar yang membutuhkan banyak tenaga kerja, memberi pertolongan
kepada keluarga yang sedang dirundung musibah, serta kegiatan-kegiatan lainnya
yang akan lebih cepat terselesaikan jika dikerjakan bersama-sama seperti pada
upacara siklus hidup. Demikian halnya pada konsep "Nosiala pale" yang
menegaskan kegotong royang dimana pemaknaannya bahkan mencapai pada relasi
sosial pada semua aspek kehidupan.
Bagi masyarakat Kaili, menerima
terhadap siapa saja yang berasal dari luar asalkan memiliki sikap dan prilaku
yang baik menjadi sebuah keharusan, bahkan bagi penduduk pendatang dapat
dianggap sebagai saudara maupun keluarga jika menampilkan perilaku baik.
Demikian sebaliknya bagi penduduk pendatang diharapkan dapat beradaptasi dan
harus mengangap orang Kaili sebagai saudara mereka sehingga rasa persatuan dan
kebersamaan di dalam kehidupan bermasyarakat dapat terjalin dengan baik.
Kenyataan sosial seperti ini dalam bahasa kaili biasa disebut dengan “ belo bo
belo mosi dekei belo”.
Dalam konsep Sintuvu Posarara
terdapat ungkapan :Nosarara Nosabatutu" yang merupakan sebuah adagium
mengenai pandangan tentang kebersamaan hidup yang di dalamnya mengandung
nilai-nilai persaudaraan, persatuan dan kesatuan, kebersamaan dan kekeluargaan,
rasa senasib sepenanggungan, saling menghormati, menjaga kerahasiaan dan
kehati-hatian untuk kepentingan bersama. Meskipun "Nosara Nosabatutu"
hanyalah adagium dari rangkaian konsep kesatuan hidup yang dikontestualisasi
pada kehidupan masyarakat kaili saat ini, namu adagium ini menjadi upaya
menselaraskan kehidupan masysrakat, terdapat kandungan makna yang secara
esensial menjelaskan kesatuan hidup masyarakat.
Pemaknaan ungkapan ^Nosarara
Nosabatutu" kaitannya dengan konsep "Sintuvu Posarara" dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Nilai Sintuvu (Kebersamaan) adalah semangat
kebersamaan yang tumbuh pada setiap anggota masyarakat sejak dahulu, adanya
kelompok-kelompok masyarakat yang hidup berdampingan dengan kelompok masyarakat
lainya sehingga tercipta kebersamaan dalam menghadapi dan menyelesaikan
masalah. Semangat kebersamaan akan melahirkan rasa persatuan dan kesatuan dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Nilai Posarara (persaudaraan) adalah nilai
yang tertanam pada setiap orang bahwa seluruh masyarakat harus merasa satu
keluarga besar yang bersaudara sekandung olehnya harus hidup saling mencintai,
memperhatikan dan menghargai diantara sesamanya. Kehidupan bersaudara yang
terbentuk akan mendorong dengan sendirinya rasa kebersamaan dan persaudaraan.
3. Nilai Sangulara/sangurara (Persatuan Dan
Kesatuan) yang memberi arti bahwa persatuan dan kesatuam merupakan kekuatan
yang diperlukan untuk menuju kehidupan yang lebih baik, untuk mewujudkan hal
itu perlu menyatukan pikiran dan pandangan terhadap sesuatu yang menjadi
keinginan masyarakat sehingga tidak ada hambatan dalam melaksanaan pembangunan.
4. Nilai "Simpotove" (saling
menyayangi) merupakan suasana dimana masyarakat dapat hidup saling mencintai,
saling memperhatikan, saling mendukung, saling menghargai dan akhirnya saling
memperkuat dalam kehidupan yang tentram dan damai.
Konsep "Sintuvu
Posarara" memiliki makna yang sangat dalam bagi kehidupan bermasyarakat
Kaili. Realitas kehidupan masyarakat Kaili memiliki etika serta prinsip untuk
saling menghargai, menghormati dan saling menjaga milik bersama. Prinsip ini
menekankan bahwa penyatuan jiwa solidaritas dapat terjadi secara normal yang
diawali dengan sikap saling menghormati dan menghargai.
Masyarakat Kaili selalu berupaya
mewujudkan apa yang menjadi makna dari "Sintuvu Posarara", karena
konsep ini telah menjadi bagian dari kehidupan turun-temurun dan telah
dilakukan oleh para pendahulu-pendahulu sebelumnya. Dalam implentasinya konsep
ini tampak jelas diaktualisasikan dalam anggota satuan kekerabatan
"santina" (klen) dominan dalam kehidupan masyarakat.
Boyaoge, 24 Oktober 2019,
Nisbah
0 comments:
Posting Komentar