Dewan Adat Sigi

Waktu selesai rapat di rumah Ketua Dewan Adat Sigi di Kaleke.

SOSIALISASI

Sosialisasi pendidikan Pemilih.

TOTUA NU ADA

Totua nu Ada. Ane nggaulu Totuamo gala hi nompakenggenisi ngata ...

Silaturrahmi

Silaturrahmi dengan Yang Mulia Sri Paduka Mangku Alam II.

Kamis, 20 Februari 2025

Prosesi Adat Balia di Desa Binangga: Ritual Penyembuhan Tradisional

 

Prosesi Adat Balia di Desa Binangga: Ritual Penyembuhan Tradisional

Oleh : Sadri 

 


Binangga, 24 Februari 2025 – Prosesi Adat Balia, sebuah ritual penyembuhan tradisional yang dipercaya dapat mengobati penyakit yang tidak bisa disembuhkan oleh medis, telah sukses dilaksanakan di Desa Binangga, Kabupaten Sigi. Acara ini berlangsung selama empat hari, dari tanggal 20 hingga 23 Februari 2025, dan dihadiri oleh pemerintah setempat serta pemangku adat dari berbagai wilayah di Kabupaten Sigi.

Prosesi Adat Balia merupakan warisan budaya masyarakat Kaili yang masih tetap dijaga hingga saat ini. Ritual ini dipimpin oleh seorang manuru, yakni pemimpin upacara yang memiliki kemampuan spiritual dalam menjalankan prosesi penyembuhan. Dalam prosesi ini, berbagai instrumen musik tradisional seperti lalove (seruling bambu khas Kaili), gimba (gendang besar), dan gambusu (alat musik petik khas Sulawesi Tengah) turut dimainkan untuk mengiringi jalannya ritual.

 


Salah satu bagian menarik dari prosesi ini adalah kehadiran topotaro, yaitu para pelaku adat yang mengelilingi manuru selama ritual berlangsung. Mereka menjalankan berbagai gerakan dan mantra adat yang diyakini mampu membantu dalam proses penyembuhan.

Kepala Desa Binangga, Mohamad Ridwan dalam sambutannya, menyampaikan bahwa Prosesi Adat Balia bukan hanya tentang penyembuhan, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang harus terus diwariskan kepada generasi muda. “Kami berharap ritual ini tetap lestari sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat Kaili,” ujarnya.

Pemerintah sekitar juga memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan ritual ini. Salah satu perwakilan dari Dinas Kebudayaan menyatakan bahwa pihaknya akan terus mendukung kegiatan adat seperti Balia agar tetap eksis di tengah arus modernisasi.

Masyarakat yang hadir dalam prosesi ini turut merasakan khidmatnya suasana sakral yang diciptakan selama upacara berlangsung. Beberapa warga bahkan menyatakan bahwa mereka masih percaya akan kekuatan penyembuhan dalam ritual Balia yang telah diwariskan secara turun-temurun.

  


Dengan suksesnya penyelenggaraan Prosesi Adat Balia tahun ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya menjaga budaya lokal semakin meningkat. Ritual ini tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya, tetapi juga menjadi bukti bahwa kearifan lokal masih memiliki tempat di tengah masyarakat modern.


Sumber : https://karebakakitapura.blogspot.com/2025/02/prosesi-adat-balia-di-desa-binangga.html

Daftar Kepala Daerah Terpilih Provinsi Sulawesi Tengah

 


          Presiden Prabowo Subianto melantik 961 Kepala Daerah terpilih Pilkada Serentak 2024 di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis (20/2). Mereka yang dilan merupakan hasil pemilihan di 481 daerah dari total 505 daerah yang menyelenggarakan Pilkada.

Kepala daerah yang telah dilantik terdiri dari 33 gubernur dan 33 wakil gubernur, 363 bupati, 362 wakil bupati, 85 wali kota, dan 85 wakil wali kota. Beberapa kepala daerah lainnya belum dilantik karena masih dalam tahap sidang sengketa Pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK).

Dari seluruh daerah, hanya Kabupaten Ciamis yang tak dilakukan pelantikan wakil bupati. Sebelumnya, wakil bupati terpilih Ciamis Yana D Putra meninggal dunia dua hari sebelum pencoblosan, yakni pada 25 November 2024.

Ia menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Borromeus, Bandung, Jawa Barat diduga terkena serangan jantung. Oleh karena itu, Bupati Ciamis terpilih Ciamis, Herdiat Sunarya dilantik hari ini tanpa ada wakilnya.

Sementara itu, terdapat 22 kepala daerah yang telah ditetapkan tetapi tidak dilantik serentak oleh Presiden berasal dari wilayah Aceh. Merujuk aturan keistimewaan yang berlaku di Aceh, kepala daerah dilantik oleh Dewan Perwakilan Rakyat Aceh.

Setelah dilantik, para kepala daerah terpilih akan mengikuti retreat di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah pada 21-28 Februari 2025. Selama retreat, pala kepala daerah akan mendapat arahan langsung dari Prabowo dan Menteri di Kabinet Merah Putih.


Daftar Kepala Daerah Terpilih Provinsi Sulawesi Tengah

Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah: Anwar - Reny Lamadjido

 

Kabupaten Toli-Toli : Amran Hi. Yahya - Mohammad Besar Bantilan

Kabupaten Tojo Una-Una: Ilham - Surya

Kabupaten Banggai Laut: Sofyan Kaepa - Ablit

Kabupaten Poso: Verna Gladies Merry - Soeharto Kandar

Kabupaten Donggala: Vera Elena Laruni - Taufik M Burhan

Kabupaten Buol: Risharyudi Triwibowo - Nasir Dj. Daimaroto

Kabupaten Morowali: Iksan Iriane - Iliyas

Kabupaten Banggai Kepulauan: Rusli Moidady - Serfi Kambe

Kabupaten Sigi: Mohammad Rizal - Samuel Yansen

Kabupaten Morowali Utara: Delis Julkarson - Djira

Kota Palu: Hadianto Rasyid - Imelda Liliana


Sumber di SINI

Pelantikan Bupati Sigi


 

Bupati Sigi Terpilih Mohamad Rizal Intjenae bersama istri dan Wabup Samuel Yansen Pongi tiba lebih awal di Monas Jakarta, Kamis (20/2/2025), sebelum kirab dimulai.

Mohamad Rizal Intjenae dan Samuel Yansen Pongi tampil mengenakan Pakaian Dinas Upacara (PDU) saat tiba di Monas. Keduanya menjadi bagian dari 481 pasangan Kepala Daerah yang dilantik Presiden Prabowo Subianto hari ini. Rizal dan Samuel sempat foto bersama sebelum berjalan menuju pintuk masuk, tempat kumpul seluruh kepala daerah. Hanya pasangan Kepala Daerah Terpilih yang boleh masuk. Itupun harus membawa undangan resmi. Handphone dan barang lainya tidak boleh dibawa. Di dalam gate Monas itulah, para Kepala Daerah mempersiapkan diri untuk mengikuti kirab menuju istana kepresidenan. Kepala Daerah Terpilih berjalan kaki sekitar 700 meter. Sementara pasangan Kepala Daerah Terpilih menumpangi armada.


Sumber : di SINI

Selasa, 18 Februari 2025

Prosesi Adat No Raa Binangga, Tradisi Suku Kaili Memohon Kelimpahan Air

 

Prosesi Adat No Raa Binangga, Tradisi Suku Kaili Memohon Kelimpahan Air

Oleh : Sadri

Palu, 19 Februari 2025 – Masyarakat Suku Kaili di Kelurahan Kawatuna kembali menggelar prosesi adat "No Raa Binangga", sebuah tradisi sakral yang bertujuan memohon kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar menganugerahkan kelimpahan air bagi kehidupan. Upacara yang dipimpin oleh pemangku adat ini dihadiri oleh perwakilan adat dari Kota Palu dan Kabupaten Sigi, serta jajaran pemerintah setempat.



Prosesi "No Raa Binangga" merupakan warisan leluhur yang telah dijaga turun-temurun oleh masyarakat Kaili. Dalam ritual ini, para pemangku adat melantunkan doa-doa dan melakukan serangkaian prosesi khusus yang melambangkan harapan akan keberkahan dan kesuburan tanah. Air dianggap sebagai sumber kehidupan, sehingga permohonan akan kelimpahan air memiliki makna mendalam bagi keberlangsungan hidup masyarakat.

 


Acara ini diawali dengan pembacaan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh adat dan tokoh agama, dilanjutkan dengan prosesi adat yang mencakup penyampaian harapan serta simbolisasi penghormatan kepada alam. Para peserta mengenakan pakaian adat khas Kaili, menambah kekhidmatan suasana ritual.

Hadir dalam acara tersebut perwakilan dari Pemerintah Kota Palu dan Kabupaten Sigi yang menyampaikan apresiasi atas upaya masyarakat dalam melestarikan budaya lokal. Pemerintah berkomitmen untuk terus mendukung dan menjaga keberlanjutan tradisi ini sebagai bagian dari identitas budaya daerah.

 


Prosesi "No Raa Binangga" menjadi pengingat akan pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam. Dengan mempertahankan adat dan tradisi, masyarakat tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga memperkuat nilai-nilai spiritual dan sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan terselenggaranya prosesi ini, diharapkan keberkahan air dan kesuburan tanah akan terus melimpah bagi masyarakat Kaili dan sekitarnya, serta adat istiadat ini tetap lestari di tengah arus modernisasi.

 


 


Sumber :  https://karebakakitapura.blogspot.com/2025/02/prosesi-adat-no-raa-binangga-tradisi.html

 

19 Tokoh Pejuang Diberi Gelar Anumerta oleh Pemkab Sigi

 


          Pemerintah Kabupaten Sigi memberikan penghargaan anumerta kepada 19 tokoh pejuang daerah atas jasa dan pengorbanan mereka dalam membangun daerah. Penghargaan ini diberikan pada tanggal 24 Januari 2025, sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi para tokoh dalam berbagai bidang.

Bupati Sigi, Mohamad Irwan, S.Sos., M.Si., menyampaikan bahwa penghargaan ini diberikan kepada tokoh-tokoh yang telah berjuang melawan penjajahan, serta mereka yang semasa hidupnya memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan dan kemajuan Kabupaten Sigi.

“Penghargaan ini adalah bentuk terima kasih kami kepada para pejuang dan tokoh yang telah memberikan sumbangsih besar bagi daerah ini,” kata Bupati Irwan. “Semangat juang dan dedikasi mereka adalah inspirasi bagi kita semua untuk terus membangun Kabupaten Sigi menjadi lebih baik.”

Selain itu, ada juga tokoh-tokoh lain dari berbagai latar belakang, seperti pejuang kemerdekaan, penggiat budaya, tokoh perempuan, dan politisi.

Pemberian penghargaan ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi generasi muda untuk terus berkontribusi dalam pembangunan daerah. Pemerintah Kabupaten Sigi juga berkomitmen untuk terus mendukung dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.



Berikut adalah daftar lengkap penerima penghargaan:

Almarhum Datupamusu

Almarhum Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo

Almarhum H. Joto Daeng Pawindu

Almarhum Tandalonggo

Almarhum KH. Syakir Hubaib

Almarhum Kundulemba

Almarhum Lasoso

Almarhum Lamasatu

Almarhum Tovoalangi

Almarhum Tokere

Almarhum Drs. Ridwan Yalidjama

Almarhum Ichsan Loulembah

Almarhum Jhon Mills

Almarhum Hidayat Lembang

Almarhum KH. Daeng Maria Pilarante Djaelangkara

Almarhum Lamariapa

Almarhum Qasim Maragau

Almarhum Dae Pasisi

Almarhum Karandjalemba


Sumber : di SINI

Kamis, 13 Februari 2025

Kunjungan Ketua PWRI Kaltim ke Bantaya Kalukubula.





 Pemerintah Kab. Sigi menerima kunjungan kerja dari Pengurus Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Provinsi Kalimantan Timur pada Kamis, (13/02/25). Kegiatan kunjungan diawali bersilaturrahim dengan Dewan Adat Kabupaten Sigi yang berlangsung di Rumah Adat Bantaya Desa Kalukubula Kec. Sigi Biromaru. 




Sabtu, 08 Februari 2025

Pembagian Harta Warisan Menurut Adat Kaili

 

          Hukum adat hanya berlaku dalam bidang-bidang tertentu saja. Namun, diantara salah  satu  dari  bidang  hukum  yang  dimaksud  adalah  bidang  hukum  kewarisan. Untuk  masalah  kewarisan  belum  ada  hukum  waris  nasional  ataupun  undang-undang yang mengatur mengenai masalah pewarisan bagi seluruh Warga Negara Indonesia. Pembagian  warisan menurut masyarakat adat Kaili mengenal adanya pembagian   waris  menurut  garis  keturunan. 

         Masyarakat  adat  Kaili  tersebut menganut sistem keturunan Parental yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis bapak dan ibu yang mana kedudukan laki-laki lebih berperan dibandingkan kedudukan  wanita  dalam  pewarisan.  Dalam  pembagian  warisan  tersebut,  anak laki-laki  yang  mendapatkan  lebih  warisan. 

Upacara Adat Molili Ngata

 Upacara Adat Molili Ngata











Minggu, 02 Februari 2025

Megalit Vatunggaulu



KOTA PITUNGGOTA

 


          Budayawan Sulawesi Tengah, Sofyan Ing berpendapat, Pitunggota atau tujuh wilayah, adalah tujuh sub etnis dari suku kaili. Tujuh sub etnis itu, yaitu Topo (yang menggunakan bahasa) Ledo, Topo Ija, Topo Ado, Topo Unde, Topo Rai, Topo Da’a dan Topo Tara.

“Topo Ledo berasal dari pegunungan sebelah timur di atas bukit Paneki yang disebut Lando Raranggonao sekarang ini Topo Ledo bermukim di kota Palu kearah selatan samapai Kecamatan Dolo sampai dengan sungai wera di barat,” jelas Sofyan Ing.

Sedangkan menurutnya, Topo Ija pada awalnya, bermukim di sebelah utara danau lindu di lereng gunung yang disebut Leu, Silonga, Volau, Uwemalei, dan Sigi Pulu. Sekarang ini To Ija, menurutnya, bermukim di Bora, Watunonju, Oloboju dan dataran Palolo serta Sibowi.

Selain itu, Topo Ado awalnya bermukim di lereng pegunungan sebelah timur tenggara, Namun sekarang ini bermukim di sebelah selatan wilayah pemukiman Topo Ledo, kearah selatan berbatas dengan Kuala Saluki dan Kuala Tiva batas wilayah Desa Bangga. To Unde yang awalnya bermukim di lereng gunung Kangihui dan gunung Kayunaya. Sekarang ini Topo Unde umumnya bermukim di kecamatan Banawa, dan Banawa Selatan.

Topo Rai pada awalnya, bermukim di lereng gunung Pombare Basa atau Parampata. Sekarang, Topo Rai umumnya bermukim mulai dari Kecamatan Banawa Palu Utara kearah utara sampai dengan kecamatan Balaisang. Topo Tara awalnya bermukim di lereng gunung sebelah timur Kota Palu di bagian utara dari pemukiman Topo Ledo. Sekarang Topo Tara bermukim di Kecamatan Palrigi, Sausu, Sebagiam Kecamata Ampibabo, serta beberapa kelurahan di Kecamtan Palu Timur.

“Sedangkan Topo Da’a yang kita kenal dengan To Lare, tetap berdiam di sebelah barat Kota Palu dan Kecamatan Marawola. Sekarang ini tergabung dalam wilayah Kecamatan Tinembani dan Pekava,” sebut salah satu Ketua PB Akhairaat ini.

Uniknya, kata Sofyan, tujuh sub etnis ini terdapat tujuh pula pula Dewan Adat Pitu Nggota yaitu, Magau di Sigi, Galara di Banawa, Pabisara di Pulu, Baligau di Dolo, Jogugu di Dolo, Punggava di Pinombani dan Kapita di Behoa.

Kata Sofyan Ing, bahkan Sub Etnis ini mendirikan tujuh kerajaan di tanah kaili. “Yaitu, Kerajaan Pujananti di Ganti, Kerajaan Tatanga di Palu, Kerajaan Baloni di Sigi, Kerajaan Tinombani di Dombu, Kerajaan Sidiru di Sibalaya, Kerjaan Pemantoa atau Parampata di Sindue dan Kerajaan Sausu atau Parigi,” jelas Sofyan Ing.

Ia menyebutkan, tiap kerajaan melaksanakan pemerintahannya secara otonom namim tetap terikat pada posisi dan fungsi masing-masing dalam adat. Namun meskipun demikian tidak pernah terjadi peperangan anatara kerajaan. Hal ini menuruntya, karena masing-masing kerajaan patuh pada hukum adat yang mengikat. (nanang



Sumber : KOTA PITUNGGOTA




LEMBAGA LEGISLATIF PITUNGGOTA dan PATANGGOTA

Tentang Pitunggota dan Patanggota

Pada abad ke-13, di Sulawesi Tengah sudah berdiri beberapa kerajaan seperti kerajaan Banawa, kerajaan Tawaeli, kerajaan Sigi, kerajaan Bangga, dan kerajaan Banggai. Pengaruh Islam ke kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah mulai terasa pada abad ke-16. Penyebaran Islam di Sulawesi Tengah ini merupakan hasil dari ekspansi kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan. Pengaruh yang mula-mula datang adalah dari kerajaan Bone dan kerajaan Wajo.

Pengaruh Sulawesi Selatan begitu kuat terhadap kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah, bahkan sampai pada tata pemerintahan. Struktur pemerintahan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Tengah akhirnya terbagi dua, yaitu:

* berbentuk Pitunggota dan

* berbentuk Patanggota .

Pitunggota adalah suatu lembaga legislatif yang terdiri dari tujuh anggota dan diketuai oleh seorang Baligau. Struktur pemerintahan ini mengikuti susunan pemerintahan ala Bone dan terdapat di kerajaan Banawa dan kerajaan Sigi.

Patanggota adalah struktur lainnya, merupakan pemerintahan ala Wajo dan dianut oleh kerajaan Palu dan kerajaan Tawaeli. Patanggota Tawaeli terdiri dari Mupabomba, Lambara, Mpanau, dan Baiya.

Pitunggota atau tujuh wilayah, adalah tujuh sub etnis dari suku kaili:

* Topo (yang menggunakan bahasa) Ledo,

* Topo Ija,

* Topo Ado,

* Topo Unde,

* Topo Rai,

* Topo Da'a dan

* Topo Tara.

 

Tujuh sub etnis ini terdapat tujuh pula Dewan Adat Pitu Nggota yaitu:

* Magau di Sigi,

* Galara di Banawa,

* Pabisara di Pulu,

* Baligau di Dolo,

* Jogugu di Dolo,

* Punggava di Pinombani dan

* Kapita di Behoa.

 

Sub Etnis ini mendirikan tujuh kerajaan di Tanah Kaili:

Kerajaan Pujananti di Ganti,

Kerajaan Tatanga di Palu,

Kerajaan Baloni di Sigi,

Kerajaan Tinombani di Dombu,

Kerajaan Sidiru di Sibalaya,

Kerjaan Pemantoa atau Parampata di Sindue dan

Kerajaan Sausu atau Parigi .

 

Dewan Adat Pitunggota kerajaan Ngata Kaili abad ke-12

 


 

 Sumber : KOTA PATANGGOTA dan KOTA PITUNGGOTA


۞ PETA LOKASI Wilayah ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞