Sabtu, 25 Januari 2025

Sekilas Sejarah Perlawanan Rakyat di Tanah Kaili (2)

Silahkan bagikan :
۞ السَّــــــلاَمُ عَلَيْــــــكُمْ وَرَحْمَــةُ اللــــهِ وَبَرَكَاتُــــــــــهُ ۞
۞ بســـــــــــــم اللّـــه الرّحمٰن الرّحيـــــــــــــم ۞
-------------------------------------------------------------

 

Sekilas Sejarah Perlawanan Rakyat di Tanah Kaili

( Bagian 2 )

Oleh : Daeng Mangesa Datupalinge

 

PERLAWANAN RAJA TOBOLOTUTU

          Akan halnya Raja Tombolotutu, sekembalinya dari Bale-Banawa. Raja ini sejak kehadiranBelanda pertama di Pantai Timur, dari Poso sudah mulai dikejar-kejar. Dan itulah sebabnya, hinggakini Raja tersebut belum pernah dilihat Belanda mukanya. Beliau tinggalkan istana, dan bergerilyadi hutan bersama pengikutnya. Masyarakat Tinombo/Moutong jadi resah karenanya. Ia berada diPantai Barat, dari satu tempat ketempat lainnya di wilayah Dampelas Sojol. Suatu peristiwa yangnaas dalam keadaan kakinya sakit/luka dalam perjalanan kembali dari Bale-Donggala,Tombolotutu berada di gunung Sojol bersama anak buahnya. Waktu itu ia sedang mandi, sambilmembersihkan luka pada kakinya disebuah sungai kecil di lereng tiba-tiba serdadu Belandamengepung serta memerintahkan angkat tangan, kepada Raja Tombolotutu.

          Tombolotutu yang sejak mula mengharamkan matanya melihat Belanda dalam sebuah semboyang berbunyi “Baru demo vataku, pade rakita nu Balanda” kelak bangkaiku baru boleh dilihat Belanda. Dengan tiada sedikitpun diduga Belanda Raja Tombolotutu lenyap seketika daritempat permandian itu, dan serdadu Kompeni penasaran dan seraya memberondong menembak berputar-putar hingga mengenai anak buahnya sendiri. Pada detik-detik seperti itulah Tombolotutu bagai anak panah lepas dari busur dengan kerisnya ia menerjang kian kemari menikam danmenggoloki bagian-bagian organ tubuh serdadu Belanda, dalam wujud sebentar-sebentar hilang.

          Pada pertempuran yang amat sengit itu, Raja Tombolotutu menemui ajalnya dengan beberapa orang prajuritnya disamping dipihak Belanda hampir seluruh tewas, serupa hewan dipotong-potong, akibat bacokan berbagai macam senjata tajam yang digunakan prajurit Raja dari pantai timur tersebut . Gunung Sojol sebagai markas dan disitulah pahlawan Tombolotutu hidup,hingga pada akhir hayatnya, setelah lama bertahan atas nilai dan harkat diri sebagai hamba Allahyang sungguh cinta akan hak dan kebebasan, selaku juga bangsa berbudaya laksana bangsa lainyang berada dijagat raya ini.

 

1903 PERLAWANAN KERAJAAN DOLO

         Kerajaan Dolo melakukan perlawanan terhadap serdadu Kompeni. Serangan Belandasekonyong-konyong itu mengakibatkan Baruga (bangunan khas Kaili) tempat anggota adat berwusyawarah jadi terbakar kena peluru. Banyak tokoh adat yang hadir disitu, selain Magausendiri dan masyarakat lainnya. Pertemuaan diadakan atas prakarsa Magau Dolo dengan maksudmenyatukan tekat untuk tidak begitu mudah saja menerima ajakan Belanda ingin bersahabat.Politik liciknya Kompeni memang demikian. Hal ini sejak semula telah tertanam dan ratusan tahunsudah menghancurkan martabat bangsa kita. Kita harus coba dulu melawan dengan persenjataanapa adanya. Ingat bahwa kita bukan bayasa (banci) demikian kata Magau Dolo Datupamusu .

          Sementara musyawarah sedang berlangsung, sergapan musuh tiba-tiba mendadak datangdari berbagai arah utara, dan perang tanding satu lawan satu terjadilah sudah, seorang yang digelari Tadulako bernama ”Tagintina” mengamuk laksana banteng menebas batang tubuh serdadu kompeni, dan karena kekebalannya ia sanggup membunuh beberapa orang serdadu Belanda, sertamengejar serdadu Belanda yang masih mau menyelamatkan jiwanya. Sebab masih ingin hidupnikmat di bawah telapak kaki bangsa Belanda. Banyak benar serdadu Belanda yang tewas selain beberapa orang dapat meloloskan diri membawa lari nyawanya.

          Dalam perkelahian ini, Gantulembah mati (hilang), namun mayatnya tidak ditemukan. Gantulembah diperkirakan mati hangus bersama terbakarnya Baruga. Dan Loulembah luka kena sebutir peluruh sesudah membunuh. Magau dan adik sepupunya Datupalinge menyingkir, bersama para paman-paman mereka antara lain : Givilembah, Gantalembah, Tavalembah, dan seorang keponakannya yang bernama Yanggo (kakak DR. Hj. Huzaima Tauhid), mereka menyingkir ke pegunungan Bunggu Dolo (sebelah barat kampung Beka). Banyak benar yang bernama akhirLembah, yang kesemua masih kena paman Magau Dolo beradik. Tiga lembah yang menyingkir bersama itu, sekandung. Guvilembah mertua Datupalinge. Dan Yanggolembah kena ipar (ketianyadari Sibonu).

          Sungguh sedikitpun tak ada dugaan kalau pada saat mulai menyatakan pendapat, tatkalaorang belum bersapa, serangan tiba-tiba datang dari pihak Kompeni. Peristiwa itu timbulsekonyong-koyong akibat ulah Intje Dahlan dan Inje Mohammad, sebab keduanya melapor kepadaBelanda di Palu, bahwa di Dolo sedang diadakan musyawarah (Libu bahasa Kaili) bertempat diBaruga Kota Palu. Karena serdadu Belanda banyak tewas digolok dan diparangi ditombak danditikam, sedang dipihak anak negeri tak mampan peluru merobek dagingnya, Kompeni lalumempersalahkan si pelapor celaka itu yang banyak membawa maut itu.

          Akan hal Magau Dolo Datupamunsu itu, seperti tak mau berdiam diri. Sebab barulah beberapa waktu lampau ketika perlawanan Raja Bale, beliau bersama Datupalinge, Penelawi,Sasaralembah, I Tolembah, dan Ipeparante, ikut pula membantu seperti sudah diutarakan terdahulu.Justeru itulah kompeni bersama antek-anteknya jadi pusing tujuh keliling. Belanda kemudian berfikir Magau itu masih angkatan rakyat, dan sudah tentu masih bebas dia berbuat atas wilayahnyasendiri. Belum ada ikatan dari Kompeni, padanya.

Jika orang kembali mengenang peristiwa tempo dahulu itu, orang menyebut ; “Kapapu NuBaruga” artinya, terbakarnya Baruga. Dan disebut orang jua “I Pue Mpobela” artinya, Madika Loulembah terkena tembak (I Puang Tembak).

 

 1904 RAJA DOLO DINOBATKAN

          Maret 1904 Magau Dolo dinobatkan. Sebuah siasat kompeni melunakkan hati Magaudengan dalil bersahabat. Dan terciptalah kerjasama yang baik untuk membantu serdadu. Namun,orang yang bernama Datupamusu ini, tetap merasa datupamusu memerintah “Kota Pitunggota” sejak bermula dia jadi magau pengusa kerajaan Dolo. Hatinya memang sejak lama membeku dankebekuan hati sentana itulah, membentuk rasa tak mungkin ikhlas membeo saja kepada apa yangdiperintahkan bangsa penjajah kepadanya. Meskipun kompeni sudah menjamah daerah kerajaanasuhannya. Dan, magau tahu benar politik licik kompeni, ingin melumpuhkan semangat juangrakyat dengan cara melantik lagi magau, walau magau tersebut sejak semula usai dilantik dan itulebih bersih, bahkan lebih mutlak. Suatu taktik Belanda guna melunakkan hati pejabat pribumiyang satu ini untuk tidak berniat pula melakukan perlawanan kapan saja. Secara lahiriyah, magauDolo nampak baik dan ramah terhadap kompeni. Dan kompeni tahu itu. Sikap begitu memangCuma ada pada diri magau yang keras kepala dan tidak suka kepada penjajah. Sebab itu, Belandanekatmembunh magau, namun tidak berani melakukannya, karena rakyat se kerajaan tetap berdiritegak dibelakang Raja. Dan untuk segera melenyapkan hidup magau dari bumi ini, diambilkesimpulan setiap ada timbul perlawanan rakyat di kerajaan lain, Raja Dolo harus dikirm ke garisdepan sebagai pengamanan, biar lekas terbunuh.

TAHUN 1905 : PERANG RAKYAT KERAJAAN KULAWI

          11 Januari 1905, meledaklah pertempuran antara rakyat Kulawi melawan serdadu Belandadi Bulomomi. Tertahan disini pertempuran berminggu-minggu. Terobosan-terobosan spontanitas belum lagi sanggup mematahkan perlawanan tanggu prajurit Magau Kulawi, Tovualangi alias Wa ITorengke. Palang kokoh perajurit sebelumnya telah siaga memalang pintu masuk sertamenempatkan seluruh prajurit Raja yang bersenjatakan bedik selain senjata tradisional. Belum sanggup serdadu Belanda menerobos benteng pertahanan itu untuk seterusnya masuk Kulawi mencari jalan tembus. Puluhan serdadu Belanda bergelimpangan menjadi mayat, karena dosamembela penjajah membuat air sungai Miu sedikit lama tidak bisa dipakai orang.

         Akibat dari kehancuran telah berjumlah banyak korban manusia itu, Madika Tuva (bataswilayah kerajaan Dolo arah Selatan), bernama Yarabat, disiksa oleh serdadu Belanda karena tidakmau memberi tahu jalan tembus ke Kulavi dengan aman. Dan, untuk mendapatkan jalan tembusyang dimaksud, seorang Opsir Belanda bernama Van Often, memerintahkan kepada Intje Dahlan memanggil Magau Dolo Datupamusu sebab dia salah seorang mengerti benar jalan rahasia itutembus Kulavi. Dan, Magau Kulavi jauh sebelumnya memang sudah tahu bahwa, Belanda akanmenggunakan tenaga Magau Dolo untuk membawa mereka lolos kemari. Tahu pula Belanda, kalauMagau Datu ini, sudah mengirim 3 orang ahli temabk masing-masing: tuan Willys alias tuan-doda(angsa Inggris), Penelawi Sasalembah, dan I Lambere alias toma Into manuru berjalan melaluisungai Lariang, tembus Banggaiba langsung Kulavi.

          Prajurit Magau Kulavi sejak lama mempertahankan pintu msauk di Bulumomi, mengerti bahwa serdadu Belanda akan menyerang, melalui sungai Miu. Karenanyalah, dari Bulumomi=gunung-manis, segera dikirim 70 orang prajurit andalan ke Pedoa, dan tak ketinggalan ahli tembak dari Dolo sebagai persiapan menyambut kehadiran serdadu kompeni kelak tembusdisana. Magau Kulavi, memberi tahu pula kepada seluruh jajaran angkatan bersenjata bersama rakyat, supaya hati-hati dan melindungi Magau Dolo bersama pengawalnya, juga Madika Tuva IYaraba. Sementara dalam perjalanan menyusuri sungai kehulu, Magau Dolo kadang terbahak pahitketika bergurau dengan serdadu Belanda, dengan seorang opsirnya. Dia girang, semogamendapatkan kesaktiannya lagi dalam medan, disamping Belanda pun berniat busuk, akanmelumatkan kekelaki-lakian seorang jantan dari Sigampa, penguasa kerajaan Dolo itu. Kemudian,setelah melalui sungai berliku-liku, tembuslah mereka di Boteha.

          Akan halnya Magau Dolo, ketika berhadapan dengan prajurit megau Kulavi, demi persahabatan kental jangan sampai rusak, Magau Kulavi tak putus-putus berseru kepada prajuritnya: hati-hati jangan salah lihat! Ingat bantuannya ada ditengah kita! Sebenarnya diakemari, untuk membantu kita. Kalian lihat sendiri, setiap kali ia lenyap sekonyong-konyong secaramisterius, detik itu pula pasti ada terjerembab serdadu kompeni itu di tanah akibat tusukan jari- jarinya berbisa, dan peluru senjatanya. Padahal is diapit di tengah, namun Belanda tidak mengira jika beberapa orang serdadu terkapar itu, adalah korban kejantanan Datupumusu, Magau Dolosahabat kita semua ini! Demikian Magau Kulavi menyakinkan anak buahnya. Akan tetapi masihada seorang diantaranya tetap ngotot, menganggap Raja Dolo itu, sebagai penghianat dan wajardikenakan Givu/sompo (hukum adat).

          Hambatan besar bagi Serdadu Belanda untuk segera memenangkan perang, akibat medanterlalu sulit dan berbahaya buat serdadu Belanda, yang anak-anak pribumi itu.

          Tuduhan tersebut akhirnya, didengar oleh Magau Dolo Datupamusu. Magau ini balikmenuntut kepada Magau Kulavi, atas kesalahan yang dibuat oleh rakyatnya menghina Magau Doloyang sesungguhnya telah banyak berjasa menghancurkan musuh yang ingin segera mendudukiistana Raja. Karenanyalah Magau Kulavi yang patuh pada aturan yang telah diadatkan yang taklagi lapuk kena hujan, dan tak pula lekang kena panas, ikhlas mengeluarkan Sompo/Givu kepada Magau Dolo yang teman seperjuangan baik baginya, dengan beberapa ekor Kerbau. Itulah wujudhukum adat berlaku waktu perang, (hingga hari ini hukum tersebut masih berlaku pada kasuslainnya).

          Betapa kecewa sang Opsir Belanda, bersama kaki tangannya Intje Dahlan karena MagauDolo Datupumusu belum jaga mati tertembak sewaktu berlaga ditengah medan. Sedang membunuhterang-terangan terhadap Magau Dolo, Opsir itu tidak berani sebab rakyat terlalu banyak berdiridibelakangnya.

          Awal bulan Maret 1905 Magau Kulawi menyerah kalah. Beliau ditangkap ketika turun darigunung tempat perlindungan, untuk memeriksa istana yang sudah agak lama ditinggalkan mengungsi. Begitu ia keluar dari dalam istananya, pengepungan segera dilakukan oleh serdadukompeni. Dan peristiwa ini, lekas pula diketahui oleh tuan Willys bertiga teman (utusan Magau Dolo), seraya memberondong dengan senjata dari atas bukit tidak seberapa jauh dengan istana, dansempat pula menumbangkan 3 orang serdadu kompeni bantuan dari Manado.

          Magau Kulawi dipaksa untuk mengumumkan kepada seluruh rakyatnya agar segerakembali dari pengungsian, dengan meletakkan semua persenjataan sebagai tanda menyerah tanpasarat kepada pemerintah Belanda.

          Kembali sebentar pada cerita hukum adat di atas, baru Magau Kulavi keluarkan setelahselesai perang, dan wilayah kerajaan sudah tenang, dan aman kembali.

          Saat menyerah kalahnya Magau Kulawi, persis 30 hari sesudah serdadu Kompeni ini berada disitu seusai pertempuaran mati-matian menyambut kedatangan mereka dibawah olehMagau Dolo bersama Igurante (pengawal Magau) dihadang di Bulu Momi oleh serdadu Belanda yang memang ditempatkan disitu. Disini terjadi perkelahian antara Toma Igurante dengan beberapaorang serdadu Kompeni, hingga terbununya Toma Igarante tersebut, kena tembakan. TomaIgurante dianggap melarikan diri dari dalam pertempuran tengah berkecamuk, setelah membunuhserdadu Belanda beberapa orang. Kematian Toma Igurante tersebut menimbulkan rasa berangDatupalinge. Dan segera ia mengumpul para Tadulakonya pergi menghadang serdadu Kompeniyang sebagian sudah menuju kembali ke Palu, masih sedang dalam perjalanan. Magau segera pulamendengar, kemudian pergi mencegahnya di hutan bagian utara kampung Sidondo, dekat jalanakan dilaluinya serdadu kompeni itu. Terjadilah baku tantang antara dua bersaudara yang nyarismenimbulkan perkelahiaan akibat perbedaan prinsip. Akhirnya Datupalinge mengalah atas penjelasan kakaknya; tidak ada manusia mati, jika bukan karena jalan sudah tiba. Datupalingemerasa puas dan mereka kembali bersama dengan perasaan legah.

          Sesudah perlawanan Raja Kulawi pada tahun-tahun inilah Magau Dolo nampak semakinsulit. Setiap kebijakansanaannya selalu diawasi dan dicurigai. Menghadiri pesta keluarga saja,difitna dan dianggap mendirikan perserikat gela hendak melawan pemerintah Hindia Belanda.Magau Dolo dituduh membantu atau terlibat langsung dalam pemberontakan –  pemberontakan bersenjata selama ini.

          Tahun 1907 perundingan diadakan di Donggala dan dihadiri oleh semua Raja. Dikandungmaksud agar disini nanti kelak diketahui Raja-Raja mana yang dianggap menentang pemerintahBelanda. Terutama sekali Magau Dolo.

          Sementara perundingan tengah berlangsung tiba-tiba baruga yang ditempati berlangsung perundingan terbakar. Maka terjadilah huru-hara yang sama sekali tidak diduga semula sertamenimbulkan korban. Perundingan batal dan para peserta rapat meninggalkan tempat. Akibat peristiwa tersebut Magau Datupamusu ditahan selama 41 hari, kemudian dibebaskan karena protes berulang-ulang oleh Madika matua Dolo bernama Maudju.

          Diceritakan pula bahwa ketika penangkapan dengan Datupamusu, Datupalinge ikut kesana bersama Tadulako Laratu, spontan hendak mau mengamuk menuntut bela namun dicegat olehkedua Raja Bale La Malonda, dan Ganti Lamarauna. Kedua Raja menasihati secara kekeluargaanhingga Datupalinge bersama Laratu jadi lembut meskipun dalam hati sungguh menjerit olehkarenanya.

          Magau Datupamusu telah agak lama berada di Sarudu/Doda, bekas kerajaan yang ditahtaioleh kakeknya Tirolembah dan Lasakumbili terakhir 1882.(sekarang Kab. Mamudju Sul-Sel).Disana ia bersama kedua adiknya Datupalinge dan Gagaramusu, yang pergi lebih dahulu denganibunda mereka, Andi Rasiah alias Rasiah dengan maksud berlibur. Sepeninggalan beliau kerajaanmenjadi menurun ketertibannya. Dan oleh karenanya menyusulah kesana, orang tua-tua adat untukmemanggil pulang Magau Dolo yang sedang menyenangkan hatinya disana, di Sarudu itu.

TAHUN 1910 : RAKYAT LANDO/TOMPU MEMBERONTAK

          Perlawanan suku terasing di Lando/Tompu sungguh membingungkan Belanda yangterpaksa mencari nama Raja yang besar pengaruhnya untuk mengamankan. Maka pilihan Kompeni jatuh pada Magau Dolo, sebagai satu-satunya orang yang bisa mengamankan, walau dikandangmaksud agar segera terbunuh oleh musuh atau kena tembak Belanda itu sendiri, dan jika sudahdemikian terwujudlah cita-cita Belanda selaku bangsa penjajah disini. Rupanya pemberontakhampir seluruh mengenal baik kalau siapa Raja Dolo Datupamusu itu dan mereka tidak sampai hati berbuat biadab, seperti diharapkan oleh Belanda dengan antek-anteknya, Belanda hitam untukmembunuh Datupamusu.Dalam pertemuan disini, dua orang Tadulako bernama Latove dan Laberesi sikebal ituditangkap dan dibuang ke pulau jawa sampai akhir hayatnya, karena dituduh melindungi Raja Dolo, Datupamusu.

 

PERLAWANAN RAKYAT DOMBU

          Perlawanan rakyat dibekas kerajaan Dombu di Matantimali memakan korban banyakdikedua belah pihak. Pertempuran disini Magau Dolo diperintahkan untuk pergi mengamankan.Belanda bersiasat buruk lagi demi kelekasan Magau Dolo tertembak mati oleh musuh atau serdadukompeni itu sendiri. Niat jelek kompeni sejak lama diketahui Raja Dolo serta masyarakatsekerajaan. Dan oleh karena itu, setiap Raja berangkat ke medan laga selalu diiringi doa selamatsetulus hati rakyat, untuk keselamatan Magau dan seluruh pengikutnya. Keberadaan Magau Dolo dengan pengawalnya disini, di ketahui oleh para tokoh pelaku perang, yang menganggap Magau Dolo tersebut adalah keluarganya sendiri. Karena itu mereka tak sampai hati membunuh, malahcuma dianggap teman pendukung, guna memusnahkan musuh (kompeni).

          Cara serdadu Belanda menyerang prajurit Magau Dombu, mengapit dan menempatkanMagau Dolo ditengah barisan penyerang. Taktik seperti ini, sangat disenangi oleh Magau, danolehnya kesaktian Magau seperti perang Kulawi, yang sudah dibicarakan di atas kembali nampak berwujud pula. Akhirnya, Magau ditangkap oleh serdadu Belanda sambil dirantai diikat di sebatang pohon dengan maksud dianiaya, agar segera mati. Namun, Tuhan belumlah mengizinkan penganiayaan itu berlaku atas diri hamba-Nya yang tak berdosa. Dan Magau lenyap seketika, rantai berubah jadi minyak, membasahi pohon tempat ia disandarkan.

          Sebelum habis rasa heran serdadu kompeni, atas kehilangan secara misterius seorangmanusia tengah dirantai disebatang pohon guna menerima penganiayaan, sekoyong-konyongMagau Dolo tersebut sudah berada di tengah-tengah para pendukungnya, seperti: Tadulako Yundadari Besusu, Yodjovuri dari Siranindi, Tandalonggo dari Pevunu/Kaleke, dan Likenono, TomaIpete, dan Iyuva, asal kerajaan Dombu sendiri.

          Betapa terkejutnya Magau Datupamusu, seketika melihat adiknya Madika Datupalinge berada pula disitu, diapit oleh Toma Ibua, dan Tadulako Laratu sedang istirahat melepas lelah,duduk agak jauh sedikit sebelah barat medan pertempuran dalam belukar yang rimbun.

“ Kamu tidak luka. . . .?” tanya Datupamusu, setelah melihat baju Datupalinge sedikit robek-robek.

“Cuma pakaian saja, dan semoga Tuhan tetap melindungi kita semua!” jawab adiknya

Datupalinge, dan keduanya berpelukan erat dan penuh haru. Yang ada disitu ikut semua terharu.Lebih-lebih keluarga kerajaan Dombu yang ikut dan sedang dibantu itu dengan darah itu !

“ Rantai pengikat diri saya, jadi minyak. Rupanya Tuhan belum membenarkan saya harusmati hari ini”, begitu bisik Magau Datupamusu itu pada adiknya, sementara masih berpelukan.

 Tidak seberapa lama bentrokan bersenjata disini, usailah sudah dengan kemenangan di pihak kompeni yang bersenjatakan tiada tara bandingnya itu ! Beberapa bulan kemudian,Datupamusu dan Datupalinge, dua penguasa kuat kerajaan Dolo yang dijuluki pula oleh Belanda,

“Si Jantan Yang Misterius” ini, diperintahkan lagi untuk segera mengamankan daerah

kerajaannya,yang sedang diamuk perlawanan rakyat terhadap kompeni di Vaturalele sebelah barat kampung Pevunu. Tidak sulit baginya, serta tidaklah memerlukan mental baja untuk mengamankannya.Sebab wilayahnya sendiri, dan rakyatnya sendiri, juga atas perintahnya Magau itu sendiri, untukmemerangi Belanda selalu. Perlawanan rakyat disini dipimpin oleh Toma Isimaua, dan dibantuoleh Tandalonggo alias, Toma Ilanusu, sepupu Magau Dolo sendiri. Korban yang diderita serdadukompeni, tidak terbilang jumlahnya. Belanda berniat jahat, untuk menculik dua Datu yang dicap bajingan, dan tidak patut memimpin rakyat. Mendengar itu, Magau beradik buru-buru memberilatihan ilmu kebal kepada rakyat Balumpeva, agar bulan Desember nanti angkat senjata lagi,melawan serdadu Belanda di dua tempat yakni, di Bulunti. Sebenarnya mendengar ancamanmenculik dan dicap banjingan, dua beradik ini sebaiknya membatalkan niat untuk tak lagi hendakmelawan serdadu kompeni, dan sangat baik hidup damai saja. Demikian kehendak pemerintahBelanda, seperti dengan Raja-Raja yang sudah lama takluk, dan Raja-Raja yang sama sekali tidak pernah mau melawan walau sebentar pun.

          Watak dan sikap dua penguasa kerajaan Dolo, memang tak mau surut dari prinsip semula : “ boleh merasa tunduk, namun sewaktu-waktu harus menanduk pula hingga pada suatu ketika bangsa penjajah ini, lari dari negeri kita !”.

 

TAHUN 1911 : PERANG RAKYAT KERAJAAN DOLO

          Pada bulan Desember, rakyat Balumpeva, (sebelah barat kampung Kaleke) mengadakan perlawanan atas perintah Raja Dolo terhadap Belanda. Belum lagi selesai disini meletus pula perlawanan di Bulunti/Tambaga (Mantikole).

          Serdadu Belanda yang baru saja kembali mengamankan Lando dan Dombu terpaksadikerahkan lagi bertempur menerima kematian dari tangan rakyat pegunungan dipimpin dua beradik penguasa kerajaan Dolo yaitu Magau Datupamusu dan Madika Malolo Datupalinge yang tak pernah mau tobat itu, karena penguasa tersebut, menyembunyikan diri seolah-olah tidakmengerti peristiwa berdarah itu terjadi. Yang menampakan diri dikedua tempat pertempuran iniadalah Tandalonggo. Seperti juga perlawanan rakyat di Vaturalele bulan maret awal 1911,Tandalonggo membawa keluarga dari Sibedi. Bentrokan di Balumpeva itu dipihak musuh korbanterlalu banyak akibat medan terlalu sulit untuk bisa ditembus. Sama sulitnya dengan medan pertempuran di Kulawi.

          Pertahanan rakyat dibuat di puncak tepat di hulu Sungai Vera diatas air terjun. Mendakimelalui jalan setapak dari kaki gunung. Dari atas banyak pohon rotan menjulur kebawah dan rotanitulah dilele naik keatas oleh serdadu Kompeni. Dan bila sudah sampai dipertengahan pendakianrakyat yang ada disana sengaja memutuskan sambil sambil menggulingkan batu-batu gunung, bergulir tindih-menindih membuata tulang belulang serdadu Belanda menjadi lumat sampaikebawah tempat mereka bermula mendaki. Ambruklah tubuh manusia-manusia penjajah akibatsenjata tradisional yang paling ampuh meskipun sesen pun, tak ada keluar biaya. Rakyat yang berada diatas gunung melihat kejadian yang membuat kapok serdadu Belanda, jadi bersoraksebagai tanda girang, seraya berebutan turun mengumpulkan bedil-bedil tinggal tercecer karena pemiliknya sudah berada dibawah disana itu.

          Perkelahian di Bulunti tidak seberapa hebatnya. Tidak sama hebatnya, seperti diBalumpeva. Masih awal, seperti dibicarakan di atas, serdadu Belanda yang Ambon-ambon itusemuanya sudah jadi luluh. Olehnya Belanda segera mengerahkan tenaga rakyat, melalui MagauDolo agar membangun rumah sakit darurat, untuk tempat menampung para korban yang jatuh tergulir dari gunung akibat kena jerat ampuh, rakyat pegunungan, yang salah seorang pimpinan perlawanan adalah, pemberani bernama: Tandalongga. Perlawanan rakyat disini, berlangsung agaklama sehingga bangunan darurat yang sudah berdiri di Wera/Kaleke penuh dengan serdadu-serdadu yang patah tulang.

          Dua manusia bernama DATU, selaku penguasa kerajaan Dolo dipanggil menghadapResiden Donggala. Keduanya pergi dengan menunggang kuda piaraan, yang jika ia jalan berlari-lari jejak teratur, ( no eda bah. Kaili) sungguh menyenangkan hati penunggang sedang berada dipunggungnya. Disana, dua orang pejabat kerajaan ini, diberi ultimatum oleh residen, segeramengamankan daerah kerjanya. Jika tidak, kalian berdua akan selekasnya pula diasingkan ke Nusakambangan atau Digul. Menurut Madika Datupalinge, ancaman yang diucap sang Belanda itu,tidak berbeda dengan ucapan perampok masuk rumah guna menghabisi harta pemiliknya.

          Dalam pertempuran di dua tempat tersebut, dalam tahun yang sama, seorang Tadulako Balumpeva bernama, Sumalemba di tawan. Sementara pertempuran di Bulunti Belanda berhasilmenangkap 2 orang, masing-masing: Ipeti dan Itambi, yang kedua-duanya dibuang ke pulau Jawa,untuk tidak kembali selama-lamanya. Yang luka Cuma beberapa orang, 2 diantaranya sempatdiingat yakni: Lasaseke dan Laparumpa.

 

1912 : PERANG RAKYAT SIGI


Sumber : Sekilas Sejarah Perlawanan Rakyat di Tanah Kaili 


۞ الحمد لله ربّ العٰلمين ۞

-------------------------------------------------------------

0 comments:

Posting Komentar

۞ PETA LOKASI Wilayah ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞