Sekilas Sejarah
Perlawanan Rakyat di Tanah Kaili
( Bagian 2 )
Oleh : Daeng Mangesa Datupalinge
PERLAWANAN RAJA TOBOLOTUTU
Akan halnya Raja
Tombolotutu, sekembalinya dari Bale-Banawa. Raja ini sejak kehadiranBelanda
pertama di Pantai Timur, dari Poso sudah mulai dikejar-kejar. Dan itulah
sebabnya, hinggakini Raja tersebut belum pernah dilihat Belanda mukanya. Beliau
tinggalkan istana, dan bergerilyadi hutan bersama pengikutnya. Masyarakat
Tinombo/Moutong jadi resah karenanya. Ia berada diPantai Barat, dari satu
tempat ketempat lainnya di wilayah Dampelas Sojol. Suatu peristiwa yangnaas
dalam keadaan kakinya sakit/luka dalam perjalanan kembali dari
Bale-Donggala,Tombolotutu berada di gunung Sojol bersama anak buahnya. Waktu
itu ia sedang mandi, sambilmembersihkan luka pada kakinya disebuah sungai kecil
di lereng tiba-tiba serdadu Belandamengepung serta memerintahkan angkat tangan,
kepada Raja Tombolotutu.
Tombolotutu yang sejak mula
mengharamkan matanya melihat Belanda dalam sebuah semboyang berbunyi “Baru demo
vataku, pade rakita nu Balanda” kelak bangkaiku baru boleh dilihat Belanda.
Dengan tiada sedikitpun diduga Belanda Raja Tombolotutu lenyap seketika
daritempat permandian itu, dan serdadu Kompeni penasaran dan seraya
memberondong menembak berputar-putar hingga mengenai anak buahnya sendiri. Pada
detik-detik seperti itulah Tombolotutu bagai anak panah lepas dari busur dengan
kerisnya ia menerjang kian kemari menikam danmenggoloki bagian-bagian organ
tubuh serdadu Belanda, dalam wujud sebentar-sebentar hilang.
Pada pertempuran yang amat
sengit itu, Raja Tombolotutu menemui ajalnya dengan beberapa orang prajuritnya
disamping dipihak Belanda hampir seluruh tewas, serupa hewan dipotong-potong,
akibat bacokan berbagai macam senjata tajam yang digunakan prajurit Raja dari
pantai timur tersebut . Gunung Sojol sebagai markas dan disitulah pahlawan
Tombolotutu hidup,hingga pada akhir hayatnya, setelah lama bertahan atas nilai
dan harkat diri sebagai hamba Allahyang sungguh cinta akan hak dan kebebasan,
selaku juga bangsa berbudaya laksana bangsa lainyang berada dijagat raya ini.
1903 PERLAWANAN KERAJAAN DOLO
Kerajaan Dolo melakukan
perlawanan terhadap serdadu Kompeni. Serangan Belandasekonyong-konyong itu
mengakibatkan Baruga (bangunan khas Kaili) tempat anggota adat berwusyawarah
jadi terbakar kena peluru. Banyak tokoh adat yang hadir disitu, selain
Magausendiri dan masyarakat lainnya. Pertemuaan diadakan atas prakarsa Magau
Dolo dengan maksudmenyatukan tekat untuk tidak begitu mudah saja menerima
ajakan Belanda ingin bersahabat.Politik liciknya Kompeni memang demikian. Hal
ini sejak semula telah tertanam dan ratusan tahunsudah menghancurkan martabat
bangsa kita. Kita harus coba dulu melawan dengan persenjataanapa adanya. Ingat
bahwa kita bukan bayasa (banci) demikian kata Magau Dolo Datupamusu .
Sementara musyawarah sedang
berlangsung, sergapan musuh tiba-tiba mendadak datangdari berbagai arah utara,
dan perang tanding satu lawan satu terjadilah sudah, seorang yang digelari Tadulako
bernama ”Tagintina” mengamuk laksana banteng menebas batang tubuh serdadu kompeni,
dan karena kekebalannya ia sanggup membunuh beberapa orang serdadu Belanda,
sertamengejar serdadu Belanda yang masih mau menyelamatkan jiwanya. Sebab masih
ingin hidupnikmat di bawah telapak kaki bangsa Belanda. Banyak benar serdadu
Belanda yang tewas selain beberapa orang dapat meloloskan diri membawa lari nyawanya.
Dalam perkelahian ini,
Gantulembah mati (hilang), namun mayatnya tidak ditemukan. Gantulembah
diperkirakan mati hangus bersama terbakarnya Baruga. Dan Loulembah luka kena sebutir
peluruh sesudah membunuh. Magau dan adik sepupunya Datupalinge menyingkir,
bersama para paman-paman mereka antara lain : Givilembah, Gantalembah,
Tavalembah, dan seorang keponakannya yang bernama Yanggo (kakak DR. Hj. Huzaima
Tauhid), mereka menyingkir ke pegunungan Bunggu Dolo (sebelah barat kampung
Beka). Banyak benar yang bernama akhirLembah, yang kesemua masih kena paman
Magau Dolo beradik. Tiga lembah yang menyingkir bersama itu, sekandung.
Guvilembah mertua Datupalinge. Dan Yanggolembah kena ipar (ketianyadari
Sibonu).
Sungguh sedikitpun tak ada
dugaan kalau pada saat mulai menyatakan pendapat, tatkalaorang belum bersapa,
serangan tiba-tiba datang dari pihak Kompeni. Peristiwa itu
timbulsekonyong-koyong akibat ulah Intje Dahlan dan Inje Mohammad, sebab
keduanya melapor kepadaBelanda di Palu, bahwa di Dolo sedang diadakan musyawarah
(Libu bahasa Kaili) bertempat diBaruga Kota Palu. Karena serdadu Belanda banyak
tewas digolok dan diparangi ditombak danditikam, sedang dipihak anak negeri tak
mampan peluru merobek dagingnya, Kompeni lalumempersalahkan si pelapor celaka
itu yang banyak membawa maut itu.
Akan hal Magau Dolo
Datupamunsu itu, seperti tak mau berdiam diri. Sebab barulah beberapa waktu
lampau ketika perlawanan Raja Bale, beliau bersama Datupalinge,
Penelawi,Sasaralembah, I Tolembah, dan Ipeparante, ikut pula membantu seperti
sudah diutarakan terdahulu.Justeru itulah kompeni bersama antek-anteknya jadi
pusing tujuh keliling. Belanda kemudian berfikir Magau itu masih angkatan
rakyat, dan sudah tentu masih bebas dia berbuat atas wilayahnyasendiri. Belum
ada ikatan dari Kompeni, padanya.
Jika orang kembali mengenang peristiwa tempo dahulu itu, orang menyebut ;
“Kapapu NuBaruga” artinya, terbakarnya Baruga. Dan disebut orang jua “I Pue
Mpobela” artinya, Madika Loulembah terkena tembak (I Puang Tembak).
Maret 1904 Magau Dolo
dinobatkan. Sebuah siasat kompeni melunakkan hati Magaudengan dalil bersahabat.
Dan terciptalah kerjasama yang baik untuk membantu serdadu. Namun,orang yang
bernama Datupamusu ini, tetap merasa datupamusu memerintah “Kota Pitunggota” sejak
bermula dia jadi magau pengusa kerajaan Dolo. Hatinya memang sejak lama membeku
dankebekuan hati sentana itulah, membentuk rasa tak mungkin ikhlas membeo saja
kepada apa yangdiperintahkan bangsa penjajah kepadanya. Meskipun kompeni sudah
menjamah daerah kerajaanasuhannya. Dan, magau tahu benar politik licik kompeni,
ingin melumpuhkan semangat juangrakyat dengan cara melantik lagi magau, walau
magau tersebut sejak semula usai dilantik dan itulebih bersih, bahkan lebih
mutlak. Suatu taktik Belanda guna melunakkan hati pejabat pribumiyang satu ini
untuk tidak berniat pula melakukan perlawanan kapan saja. Secara lahiriyah,
magauDolo nampak baik dan ramah terhadap kompeni. Dan kompeni tahu itu. Sikap
begitu memangCuma ada pada diri magau yang keras kepala dan tidak suka kepada
penjajah. Sebab itu, Belandanekatmembunh magau, namun tidak berani
melakukannya, karena rakyat se kerajaan tetap berdiritegak dibelakang Raja. Dan
untuk segera melenyapkan hidup magau dari bumi ini, diambilkesimpulan setiap
ada timbul perlawanan rakyat di kerajaan lain, Raja Dolo harus dikirm ke
garisdepan sebagai pengamanan, biar lekas terbunuh.
TAHUN 1905 : PERANG RAKYAT KERAJAAN KULAWI
11 Januari 1905, meledaklah pertempuran
antara rakyat Kulawi melawan serdadu Belandadi Bulomomi. Tertahan disini
pertempuran berminggu-minggu. Terobosan-terobosan spontanitas belum lagi
sanggup mematahkan perlawanan tanggu prajurit Magau Kulawi, Tovualangi alias Wa
ITorengke. Palang kokoh perajurit sebelumnya telah siaga memalang pintu masuk
sertamenempatkan seluruh prajurit Raja yang bersenjatakan bedik selain senjata
tradisional. Belum sanggup serdadu Belanda menerobos benteng pertahanan itu
untuk seterusnya masuk Kulawi mencari jalan tembus. Puluhan serdadu Belanda
bergelimpangan menjadi mayat, karena dosamembela penjajah membuat air sungai
Miu sedikit lama tidak bisa dipakai orang.
Akibat dari kehancuran telah
berjumlah banyak korban manusia itu, Madika Tuva (bataswilayah kerajaan Dolo
arah Selatan), bernama Yarabat, disiksa oleh serdadu Belanda karena tidakmau
memberi tahu jalan tembus ke Kulavi dengan aman. Dan, untuk mendapatkan jalan
tembusyang dimaksud, seorang Opsir Belanda bernama Van Often, memerintahkan
kepada Intje Dahlan memanggil Magau Dolo Datupamusu sebab dia salah seorang
mengerti benar jalan rahasia itutembus Kulavi. Dan, Magau Kulavi jauh
sebelumnya memang sudah tahu bahwa, Belanda akanmenggunakan tenaga Magau Dolo
untuk membawa mereka lolos kemari. Tahu pula Belanda, kalauMagau Datu ini,
sudah mengirim 3 orang ahli temabk masing-masing: tuan Willys alias
tuan-doda(angsa Inggris), Penelawi Sasalembah, dan I Lambere alias toma Into
manuru berjalan melaluisungai Lariang, tembus Banggaiba langsung Kulavi.
Prajurit Magau Kulavi sejak
lama mempertahankan pintu msauk di Bulumomi, mengerti bahwa serdadu Belanda
akan menyerang, melalui sungai Miu. Karenanyalah, dari Bulumomi=gunung-manis,
segera dikirim 70 orang prajurit andalan ke Pedoa, dan tak ketinggalan ahli
tembak dari Dolo sebagai persiapan menyambut kehadiran serdadu kompeni kelak
tembusdisana. Magau Kulavi, memberi tahu pula kepada seluruh jajaran angkatan
bersenjata bersama rakyat, supaya hati-hati dan melindungi Magau Dolo bersama
pengawalnya, juga Madika Tuva IYaraba. Sementara dalam perjalanan menyusuri
sungai kehulu, Magau Dolo kadang terbahak pahitketika bergurau dengan serdadu
Belanda, dengan seorang opsirnya. Dia girang, semogamendapatkan kesaktiannya
lagi dalam medan, disamping Belanda pun berniat busuk, akanmelumatkan
kekelaki-lakian seorang jantan dari Sigampa, penguasa kerajaan Dolo itu.
Kemudian,setelah melalui sungai berliku-liku, tembuslah mereka di Boteha.
Akan halnya Magau Dolo,
ketika berhadapan dengan prajurit megau Kulavi, demi persahabatan kental jangan
sampai rusak, Magau Kulavi tak putus-putus berseru kepada prajuritnya: hati-hati
jangan salah lihat! Ingat bantuannya ada ditengah kita! Sebenarnya diakemari,
untuk membantu kita. Kalian lihat sendiri, setiap kali ia lenyap
sekonyong-konyong secaramisterius, detik itu pula pasti ada terjerembab serdadu
kompeni itu di tanah akibat tusukan jari- jarinya berbisa, dan peluru
senjatanya. Padahal is diapit di tengah, namun Belanda tidak mengira jika
beberapa orang serdadu terkapar itu, adalah korban kejantanan Datupumusu, Magau
Dolosahabat kita semua ini! Demikian Magau Kulavi menyakinkan anak buahnya.
Akan tetapi masihada seorang diantaranya tetap ngotot, menganggap Raja Dolo
itu, sebagai penghianat dan wajardikenakan Givu/sompo (hukum adat).
Hambatan besar bagi Serdadu
Belanda untuk segera memenangkan perang, akibat medanterlalu sulit dan
berbahaya buat serdadu Belanda, yang anak-anak pribumi itu.
Tuduhan tersebut akhirnya,
didengar oleh Magau Dolo Datupamusu. Magau ini balikmenuntut kepada Magau
Kulavi, atas kesalahan yang dibuat oleh rakyatnya menghina Magau Doloyang
sesungguhnya telah banyak berjasa menghancurkan musuh yang ingin segera
mendudukiistana Raja. Karenanyalah Magau Kulavi yang patuh pada aturan yang
telah diadatkan yang taklagi lapuk kena hujan, dan tak pula lekang kena panas,
ikhlas mengeluarkan Sompo/Givu kepada Magau Dolo yang teman seperjuangan baik
baginya, dengan beberapa ekor Kerbau. Itulah wujudhukum adat berlaku waktu
perang, (hingga hari ini hukum tersebut masih berlaku pada kasuslainnya).
Betapa kecewa sang Opsir
Belanda, bersama kaki tangannya Intje Dahlan karena MagauDolo Datupumusu belum
jaga mati tertembak sewaktu berlaga ditengah medan. Sedang
membunuhterang-terangan terhadap Magau Dolo, Opsir itu tidak berani sebab
rakyat terlalu banyak berdiridibelakangnya.
Awal bulan Maret 1905 Magau
Kulawi menyerah kalah. Beliau ditangkap ketika turun darigunung tempat
perlindungan, untuk memeriksa istana yang sudah agak lama ditinggalkan mengungsi.
Begitu ia keluar dari dalam istananya, pengepungan segera dilakukan oleh
serdadukompeni. Dan peristiwa ini, lekas pula diketahui oleh tuan Willys
bertiga teman (utusan Magau Dolo), seraya memberondong dengan senjata dari atas
bukit tidak seberapa jauh dengan istana, dansempat pula menumbangkan 3 orang
serdadu kompeni bantuan dari Manado.
Magau Kulawi dipaksa untuk
mengumumkan kepada seluruh rakyatnya agar segerakembali dari pengungsian,
dengan meletakkan semua persenjataan sebagai tanda menyerah tanpasarat kepada
pemerintah Belanda.
Kembali sebentar pada
cerita hukum adat di atas, baru Magau Kulavi keluarkan setelahselesai perang,
dan wilayah kerajaan sudah tenang, dan aman kembali.
Saat menyerah kalahnya
Magau Kulawi, persis 30 hari sesudah serdadu Kompeni ini berada disitu seusai
pertempuaran mati-matian menyambut kedatangan mereka dibawah olehMagau Dolo
bersama Igurante (pengawal Magau) dihadang di Bulu Momi oleh serdadu Belanda yang
memang ditempatkan disitu. Disini terjadi perkelahian antara Toma Igurante
dengan beberapaorang serdadu Kompeni, hingga terbununya Toma Igarante tersebut,
kena tembakan. TomaIgurante dianggap melarikan diri dari dalam pertempuran
tengah berkecamuk, setelah membunuhserdadu Belanda beberapa orang. Kematian
Toma Igurante tersebut menimbulkan rasa berangDatupalinge. Dan segera ia
mengumpul para Tadulakonya pergi menghadang serdadu Kompeniyang sebagian sudah
menuju kembali ke Palu, masih sedang dalam perjalanan. Magau segera
pulamendengar, kemudian pergi mencegahnya di hutan bagian utara kampung
Sidondo, dekat jalanakan dilaluinya serdadu kompeni itu. Terjadilah baku
tantang antara dua bersaudara yang nyarismenimbulkan perkelahiaan akibat
perbedaan prinsip. Akhirnya Datupalinge mengalah atas penjelasan kakaknya;
tidak ada manusia mati, jika bukan karena jalan sudah tiba. Datupalingemerasa
puas dan mereka kembali bersama dengan perasaan legah.
Sesudah perlawanan Raja Kulawi
pada tahun-tahun inilah Magau Dolo nampak semakinsulit. Setiap
kebijakansanaannya selalu diawasi dan dicurigai. Menghadiri pesta keluarga
saja,difitna dan dianggap mendirikan perserikat gela hendak melawan pemerintah
Hindia Belanda.Magau Dolo dituduh membantu atau terlibat langsung dalam
pemberontakan – pemberontakan bersenjata
selama ini.
Tahun 1907 perundingan
diadakan di Donggala dan dihadiri oleh semua Raja. Dikandungmaksud agar disini
nanti kelak diketahui Raja-Raja mana yang dianggap menentang pemerintahBelanda.
Terutama sekali Magau Dolo.
Sementara perundingan
tengah berlangsung tiba-tiba baruga yang ditempati berlangsung perundingan
terbakar. Maka terjadilah huru-hara yang sama sekali tidak diduga semula
sertamenimbulkan korban. Perundingan batal dan para peserta rapat meninggalkan
tempat. Akibat peristiwa tersebut Magau Datupamusu ditahan selama 41 hari,
kemudian dibebaskan karena protes berulang-ulang oleh Madika matua Dolo bernama
Maudju.
Diceritakan pula bahwa
ketika penangkapan dengan Datupamusu, Datupalinge ikut kesana bersama Tadulako
Laratu, spontan hendak mau mengamuk menuntut bela namun dicegat olehkedua Raja
Bale La Malonda, dan Ganti Lamarauna. Kedua Raja menasihati secara
kekeluargaanhingga Datupalinge bersama Laratu jadi lembut meskipun dalam hati
sungguh menjerit olehkarenanya.
Magau Datupamusu telah agak
lama berada di Sarudu/Doda, bekas kerajaan yang ditahtaioleh kakeknya
Tirolembah dan Lasakumbili terakhir 1882.(sekarang Kab. Mamudju Sul-Sel).Disana
ia bersama kedua adiknya Datupalinge dan Gagaramusu, yang pergi lebih dahulu
denganibunda mereka, Andi Rasiah alias Rasiah dengan maksud berlibur.
Sepeninggalan beliau kerajaanmenjadi menurun ketertibannya. Dan oleh karenanya
menyusulah kesana, orang tua-tua adat untukmemanggil pulang Magau Dolo yang
sedang menyenangkan hatinya disana, di Sarudu itu.
TAHUN 1910 : RAKYAT LANDO/TOMPU MEMBERONTAK
Perlawanan suku terasing di
Lando/Tompu sungguh membingungkan Belanda yangterpaksa mencari nama Raja yang
besar pengaruhnya untuk mengamankan. Maka pilihan Kompeni jatuh pada Magau
Dolo, sebagai satu-satunya orang yang bisa mengamankan, walau dikandangmaksud
agar segera terbunuh oleh musuh atau kena tembak Belanda itu sendiri, dan jika
sudahdemikian terwujudlah cita-cita Belanda selaku bangsa penjajah disini.
Rupanya pemberontakhampir seluruh mengenal baik kalau siapa Raja Dolo
Datupamusu itu dan mereka tidak sampai hati berbuat biadab, seperti diharapkan
oleh Belanda dengan antek-anteknya, Belanda hitam untukmembunuh
Datupamusu.Dalam pertemuan disini, dua orang Tadulako bernama Latove dan
Laberesi sikebal ituditangkap dan dibuang ke pulau jawa sampai akhir hayatnya,
karena dituduh melindungi Raja Dolo, Datupamusu.
PERLAWANAN RAKYAT DOMBU
Perlawanan rakyat dibekas
kerajaan Dombu di Matantimali memakan korban banyakdikedua belah pihak.
Pertempuran disini Magau Dolo diperintahkan untuk pergi mengamankan.Belanda
bersiasat buruk lagi demi kelekasan Magau Dolo tertembak mati oleh musuh atau
serdadukompeni itu sendiri. Niat jelek kompeni sejak lama diketahui Raja Dolo
serta masyarakatsekerajaan. Dan oleh karena itu, setiap Raja berangkat ke medan
laga selalu diiringi doa selamatsetulus hati rakyat, untuk keselamatan Magau
dan seluruh pengikutnya. Keberadaan Magau Dolo dengan pengawalnya disini, di
ketahui oleh para tokoh pelaku perang, yang menganggap Magau Dolo tersebut
adalah keluarganya sendiri. Karena itu mereka tak sampai hati membunuh,
malahcuma dianggap teman pendukung, guna memusnahkan musuh (kompeni).
Cara serdadu Belanda
menyerang prajurit Magau Dombu, mengapit dan menempatkanMagau Dolo ditengah
barisan penyerang. Taktik seperti ini, sangat disenangi oleh Magau, danolehnya
kesaktian Magau seperti perang Kulawi, yang sudah dibicarakan di atas kembali
nampak berwujud pula. Akhirnya, Magau ditangkap oleh serdadu Belanda sambil
dirantai diikat di sebatang pohon dengan maksud dianiaya, agar segera mati.
Namun, Tuhan belumlah mengizinkan penganiayaan itu berlaku atas diri hamba-Nya
yang tak berdosa. Dan Magau lenyap seketika, rantai berubah jadi minyak,
membasahi pohon tempat ia disandarkan.
Sebelum habis rasa heran
serdadu kompeni, atas kehilangan secara misterius seorangmanusia tengah
dirantai disebatang pohon guna menerima penganiayaan, sekoyong-konyongMagau
Dolo tersebut sudah berada di tengah-tengah para pendukungnya, seperti:
Tadulako Yundadari Besusu, Yodjovuri dari Siranindi, Tandalonggo dari
Pevunu/Kaleke, dan Likenono, TomaIpete, dan Iyuva, asal kerajaan Dombu sendiri.
Betapa terkejutnya Magau
Datupamusu, seketika melihat adiknya Madika Datupalinge berada pula disitu,
diapit oleh Toma Ibua, dan Tadulako Laratu sedang istirahat melepas lelah,duduk
agak jauh sedikit sebelah barat medan pertempuran dalam belukar yang rimbun.
“ Kamu tidak luka. . . .?” tanya Datupamusu, setelah melihat baju
Datupalinge sedikit robek-robek.
“Cuma pakaian saja, dan semoga Tuhan tetap melindungi kita semua!” jawab
adiknya
Datupalinge, dan keduanya berpelukan erat dan penuh haru. Yang ada disitu
ikut semua terharu.Lebih-lebih keluarga kerajaan Dombu yang ikut dan sedang
dibantu itu dengan darah itu !
“ Rantai pengikat diri saya, jadi minyak. Rupanya Tuhan belum membenarkan saya
harusmati hari ini”, begitu bisik Magau Datupamusu itu pada adiknya, sementara
masih berpelukan.
Tidak seberapa lama bentrokan
bersenjata disini, usailah sudah dengan kemenangan di pihak kompeni yang
bersenjatakan tiada tara bandingnya itu ! Beberapa bulan kemudian,Datupamusu
dan Datupalinge, dua penguasa kuat kerajaan Dolo yang dijuluki pula oleh
Belanda,
“Si Jantan Yang Misterius” ini, diperintahkan lagi untuk segera mengamankan
daerah
kerajaannya,yang sedang diamuk perlawanan rakyat terhadap kompeni di Vaturalele sebelah barat kampung Pevunu. Tidak sulit baginya, serta tidaklah memerlukan mental baja untuk mengamankannya.Sebab wilayahnya sendiri, dan rakyatnya sendiri, juga atas perintahnya Magau itu sendiri, untukmemerangi Belanda selalu. Perlawanan rakyat disini dipimpin oleh Toma Isimaua, dan dibantuoleh Tandalonggo alias, Toma Ilanusu, sepupu Magau Dolo sendiri. Korban yang diderita serdadukompeni, tidak terbilang jumlahnya. Belanda berniat jahat, untuk menculik dua Datu yang dicap bajingan, dan tidak patut memimpin rakyat. Mendengar itu, Magau beradik buru-buru memberilatihan ilmu kebal kepada rakyat Balumpeva, agar bulan Desember nanti angkat senjata lagi,melawan serdadu Belanda di dua tempat yakni, di Bulunti. Sebenarnya mendengar ancamanmenculik dan dicap banjingan, dua beradik ini sebaiknya membatalkan niat untuk tak lagi hendakmelawan serdadu kompeni, dan sangat baik hidup damai saja. Demikian kehendak pemerintahBelanda, seperti dengan Raja-Raja yang sudah lama takluk, dan Raja-Raja yang sama sekali tidak pernah mau melawan walau sebentar pun.
Watak dan sikap dua
penguasa kerajaan Dolo, memang tak mau surut dari prinsip semula : “ boleh
merasa tunduk, namun sewaktu-waktu harus menanduk pula hingga pada suatu ketika
bangsa penjajah ini, lari dari negeri kita !”.
TAHUN 1911 : PERANG RAKYAT KERAJAAN DOLO
Pada bulan Desember, rakyat
Balumpeva, (sebelah barat kampung Kaleke) mengadakan perlawanan atas perintah
Raja Dolo terhadap Belanda. Belum lagi selesai disini meletus pula perlawanan
di Bulunti/Tambaga (Mantikole).
Serdadu Belanda yang baru
saja kembali mengamankan Lando dan Dombu terpaksadikerahkan lagi bertempur
menerima kematian dari tangan rakyat pegunungan dipimpin dua beradik penguasa
kerajaan Dolo yaitu Magau Datupamusu dan Madika Malolo Datupalinge yang tak
pernah mau tobat itu, karena penguasa tersebut, menyembunyikan diri seolah-olah
tidakmengerti peristiwa berdarah itu terjadi. Yang menampakan diri dikedua
tempat pertempuran iniadalah Tandalonggo. Seperti juga perlawanan rakyat di Vaturalele
bulan maret awal 1911,Tandalonggo membawa keluarga dari Sibedi. Bentrokan di
Balumpeva itu dipihak musuh korbanterlalu banyak akibat medan terlalu sulit
untuk bisa ditembus. Sama sulitnya dengan medan pertempuran di Kulawi.
Pertahanan rakyat dibuat di
puncak tepat di hulu Sungai Vera diatas air terjun. Mendakimelalui jalan
setapak dari kaki gunung. Dari atas banyak pohon rotan menjulur kebawah dan
rotanitulah dilele naik keatas oleh serdadu Kompeni. Dan bila sudah sampai
dipertengahan pendakianrakyat yang ada disana sengaja memutuskan sambil sambil
menggulingkan batu-batu gunung, bergulir tindih-menindih membuata tulang
belulang serdadu Belanda menjadi lumat sampaikebawah tempat mereka bermula
mendaki. Ambruklah tubuh manusia-manusia penjajah akibatsenjata tradisional
yang paling ampuh meskipun sesen pun, tak ada keluar biaya. Rakyat yang berada
diatas gunung melihat kejadian yang membuat kapok serdadu Belanda, jadi
bersoraksebagai tanda girang, seraya berebutan turun mengumpulkan bedil-bedil
tinggal tercecer karena pemiliknya sudah berada dibawah disana itu.
Perkelahian di Bulunti tidak seberapa hebatnya. Tidak sama hebatnya, seperti diBalumpeva. Masih awal, seperti dibicarakan di atas, serdadu Belanda yang Ambon-ambon itusemuanya sudah jadi luluh. Olehnya Belanda segera mengerahkan tenaga rakyat, melalui MagauDolo agar membangun rumah sakit darurat, untuk tempat menampung para korban yang jatuh tergulir dari gunung akibat kena jerat ampuh, rakyat pegunungan, yang salah seorang pimpinan perlawanan adalah, pemberani bernama: Tandalongga. Perlawanan rakyat disini, berlangsung agaklama sehingga bangunan darurat yang sudah berdiri di Wera/Kaleke penuh dengan serdadu-serdadu yang patah tulang.
Dua manusia bernama DATU,
selaku penguasa kerajaan Dolo dipanggil menghadapResiden Donggala. Keduanya
pergi dengan menunggang kuda piaraan, yang jika ia jalan berlari-lari jejak
teratur, ( no eda bah. Kaili) sungguh menyenangkan hati penunggang sedang
berada dipunggungnya. Disana, dua orang pejabat kerajaan ini, diberi ultimatum
oleh residen, segeramengamankan daerah kerjanya. Jika tidak, kalian berdua akan
selekasnya pula diasingkan ke Nusakambangan atau Digul. Menurut Madika
Datupalinge, ancaman yang diucap sang Belanda itu,tidak berbeda dengan ucapan
perampok masuk rumah guna menghabisi harta pemiliknya.
Dalam pertempuran di dua
tempat tersebut, dalam tahun yang sama, seorang Tadulako Balumpeva bernama,
Sumalemba di tawan. Sementara pertempuran di Bulunti Belanda berhasilmenangkap
2 orang, masing-masing: Ipeti dan Itambi, yang kedua-duanya dibuang ke pulau
Jawa,untuk tidak kembali selama-lamanya. Yang luka Cuma beberapa orang, 2
diantaranya sempatdiingat yakni: Lasaseke dan Laparumpa.
1912 : PERANG RAKYAT SIGI
Sumber : Sekilas Sejarah Perlawanan Rakyat di Tanah Kaili
0 comments:
Posting Komentar