Sabtu, 25 Januari 2025

Sekilas Sejarah Perlawanan Rakyat di Tanah Kaili (1)

Silahkan bagikan :
۞ السَّــــــلاَمُ عَلَيْــــــكُمْ وَرَحْمَــةُ اللــــهِ وَبَرَكَاتُــــــــــهُ ۞
۞ بســـــــــــــم اللّـــه الرّحمٰن الرّحيـــــــــــــم ۞
-------------------------------------------------------------

 

Sekilas Sejarah Perlawanan Rakyat di Tanah Kaili

Oleh : Daeng Mangesa Datupalinge


Tahun 1888 : Pertempuran di Kayumalue

Memenuhi Undangan

Kisah perlawanan rakyat Kayumalue terhadap serdadu VOC/Belanda, di dukung oleh paraTadulako (Perajurit pemberani, pemuka-pengembleng) dari Singampa/Kaleke, pusat kerajaan Dolo.Raja (Magau bahasa Kaili) Dolo, bertiga dengan seorang putranya dan seorang kemenakannya,turut serta ke Kayumalue bersama beberapa orang perajuritnya, untuk membantu keluarga yangsedang berlaga melawan serdadu VOC. Rakyat Kayumalue sebagai sekandungnya rakyat kerajaanDolo waktu itu.Penguasa Kerajaan Dolo, selaku pemimpin regu bernama Yolulemba, adalah cucu MagauSarudu/Doda bernama Lasakumbili.¹)

          Pukul 09.00 malam bulan Nopember 1888, 2 buah kapal serdadu VOC masuk di teluk Paludengan perlengkapan perangnya. Seminggu sebelumnya, Magau Dolo Yolulembah bersama pengiringnya, dan seorang putra : Datupamusu (19) dan kemenakannya bernama : Datupalinge (16)yang merupakan putra dari adik kandungnya bernama : Andi Rasiah sudah berada di Kayumalue,setelah pergi-pulang sigampa (Kaleke) –  Kayumalue dengan menunggangi kuda mengungsikankeluarga ke sana. Salah seorang keluarga yang membongceng dipunggung kuda Datupalinge,adalah Ina Randa, ibunda Daeng Mawasa. Dan begitulah untuk menyambut kedatangan serdaduVOC itu di laut segalanya telah siap, telah pula dikawal oleh 4 orang pemuda yang ikhlas dijadikanumpan. Sejurus, terjadinya perkelahian di atas kapal, antara awak kapal dengan pemuda pemberaniitu.

Dan, dalam situasi begini, Belanda mendaratkan serdadunya dikawal dengan dentumantembakan-tembakan meriam, yang dimuntahkan dari kapal ke arah rumah-rumah penduduk pantai.Di saat itu pulalah Belanda menganggap tak akan ada perlawanan rakyat menjemput pendaratanmereka, padahal begitu serdadu ini menginjakkan kakinya di pantai, serbuan serempak mendadak terjadi, dan terjadilah baku hantam satu lawan satu, antara “To na bia mpapu langi” dengan serdadu VOC yang mengakibatkan nyaris seluruh serdadu Belanda itu mati konyol kena bacok,tombak, golok, sumpit dan panah. Desingan peluru dukungan dari kapal, tidak dihiraukan, malahdibalas dengan gemerincing golok, keris sakti, beradu tangkis dengan bedil milik serdadu Belandayang mendarat itu.Tak tahan kulit tubuh mereka bila kena senjata sakti peninggalan kakek dan nenek moyang Kailitempo dulu.Hulubalang perang ditangani oleh Magau Dolo Yolulembah, dibantu oleh keponakannyaDaeng Mambani serta keluarga lainnya, seperti Radjamaili dan lain-lain. Yolulembah, ingin benar melihat ...

¹)Lasakumbili ini lahir di Desa Kumbili (sekarang bernama Kayumalue). Kumbili adalah nama sejenis pohon kayu, yang cuma satu-satunya tumbuh dan hidup sejak jaman dahulu., hingga hari ini sekitar satu kilometer sebelah timur Mesjid. Pohon Kumbili yang aneh itu, buahnya sebesar buah jerukmempunyai sebutir biji yang bakal tumbuh namun. Namun sejak berabad yang telah silam sampai hariini, penduduk disini tidak pernah lagi melihat pohon tersebut berganti hidup. Menurut cerita, ketika Permaisuri Raja selaku penguasa tinggi di tempat itu sedang mengidam buah Kumbili, inilah menjadimakanan makanan lezat sang Permaisuri. Permaisuri melahirkan bayi kembar tiga, dua laki dan seorang bayi perempuan. Seminggu setelah bayi tersebut lahir maka diadakanlah pesta besar-besaranmenyambut hari baik “penamaan”. Maka diberikanlah nama buat putra pertama : Lasakumbili; Putrakedua : Daeng Matallu, dan seorang putri diberi nama : Daeng Masisih. Kedua orang tua kembar tigaitu, ayah berasal dari Kabonga/Ganti, sedang ibu berasal dari Kumbili (Kayumalue ), yang menurutlegenda turunan Togelele berasal dari kayangan. Demikian sekilas kisah sebatang pohon aneh dan Permaisuri yang memakan buahnya ketika mengidam

melihat keberanian serta kekebalan kulit putra dan kemenakannya, yang masih berusia remaja itu,ikut berlaga di tengah api peperangan menghalau musuh yang sedang memporak-porandakanharkat manusiawi keluarga orang tua mereka. Melihat kegesitan putra dan kemenakannya itu,Yolulembah sudah merasa yakin, bolehlah suatu hari kelak kedua anak muda ini dilepas pergimembela kebenaran karena gangguan musuh terhadap kehidupan keluarganya.

Karena itu semua, rakyat Kayumalue yang dikenali “rumpun manusia baja”, bertambahkadar semangat juangnya, mengamuk diselah-selah desingan peluru, menebas dan menghujamkantombak dengan berbagai macam jenis senjata tradisional mereka, ketubuh serdadu VOC. Dan,dalam suasana seperti itu, semangat juang rakyat Kayumalue dibakar oleh bunyi gendrang bertalu-talu yang ditalu oleh adik perempuan si jantan Lasangkara bernama Hatjide.

Hatjide adalah petugas khusus penabuh genderang yang ditempatkan di puncak Malinge(menara) yang sengaja didirikan sebagai alat komunikasi menyampaikan berita perang keseluruh pelosok desa. Menara tersebut sebelumnya, jauh –  juah hari telah disiapkan dan dibangun sebagai puncak komando serbu habis-habisan, biar berkalang tanah. Itulah sebuah motto, dibangunnyasecara terburu-buru sebuah Malige setelah berita akan datangnya serdadu VOC membumihanguskan kampung Kayumalue. Dan, dipuncak itulah gadis Hatjide berada, diketinggian pucuksekitar 25 meter, disanalah ia bertugas, selaku penabuh.

Siapa jejaka tak akan berani, mempertaruhkan nyawanya jika penabuh genderang seorangdara manis Kaili nan jelita, berambut panjang bagaikan mayang terurai berdiri dipucuk sana itu !?Sang gadis itulah salah satu diantara bahan pendorong utama membuat tabrakan kerasmembangkitkan semangat patriotisme tak mungkin mereda dalam dada para prajurit perang ketikaitu. Memang, Hatjide pun mengerti, betapa jiwa para pemuda bila melihat sang gadis bagai dia,melilitkan rambut dipinggang seraya melakukan tugas suci membela kebenaran hakiki.

Menurut cerita ayahanda Datupalinge, salah seorang pelaku perang waktu itu, Hatjide tidakterlalu cantik, namun tidak pula jelek, amat. Ia wanita sederhana, tapi cukup mempesona priakarena keberaniannya yang luar biasa itu barangkali. Dalam pertempuran malam itu, Lamandituru kena tembak dikakinya, dan karenanyalah ia disebut; Ikejo, artinya Si pincang.

Yang paling gila-gilaan nampaknya dalam pertempuran ini adalah para jantan; Irimbalau,Isula, Iganaovo, Ilapele, dan si kecil Isarovelo. Mereka seperti kesurupan menggoloki, menebasserta memutuskan organ-organ tubuh serdadu VOC yang menurut cacatan ayah, serdadu VOCtersebut dipimpin oleh seorang opsir, bernama Van Vuur. Dan untuk membantu keluargaKayumalue dalam perlawanan itu, lelaki bernama Yunda seorang Tadulako dari Besusu, membawa pula seregu prajuritnya. (Menurut kisah ayah dan beberapa pengisah lainnya bahwa, Yunda adalahturunan Magau Dolo ke-8 bernama; Tumbuhlangi, yang amat molek parasnya, yang pelantikannyadiadakan di Besusu. Magau (Raja) perempuan ini, lalu kawin dengan seorang jejaka tampan yangsungguh mempesona hati sang ratu. Diceritakan pula, pemuda tampan itu tidak jelas identitasnya.Ada yang mengatakan berasal dari rimba sebelah timur kampung Besusu ini sendiri, dan ada pulayang mengatakan berasal dari Sigampa atau Pesaku dan masih memiliki hubungan keluarga sangMagau cantik itu sendiri, yang bernama Andi Maya ²) Korban berjatuhan, serdadu VOC musnahsebanyak yang didaratkan. Dan bedil-bedil lengkap dengan amunisinya, dapat diperoleh denganmudah oleh para prajurit Kayumalue, dan rakyat Kayumalue seolah mendapat durian runtuh !.

²) Selain Tadulako Yunda, di Besusu sampai kini banyak turunannya seperti : Tomodu sekeluarga, orangtua Ali Abdurasid sekeluarga, orang tua Nasarudin Pakedo sekeluarga, orang tua Arsyad sekeluarga,dan masih banyak lagi

           Hal itu merupakan modal besar bagi mereka, guna menantang kezaliman, andai serdaduBelanda itu datang pula kemari entah kapan, untuk membawa nyawanya dicabut malaikat maut,dari tangan prajurit-prajurit Kayumalue.

Suasana malam jadi hening, dan sepi mencekam. Kapal VOC itu sudah pergi jauh ke arahutara, serta tidak lagi nampak kedipan lampunya. Dan Kayumalue, seakan membeku, dan dalamkebekuan seperti ini, hanya jilatan apilah menimbulkan bunyi, mematahkan ramuan kekayuankerangka rumah-rumah penduduk. Sebab, sang apilah kini, selaku penggati lakon, membuatklimaks cerita drama perang yang barusan tadi begitu gaduh. Api itu tak perlu dipadamkan, biarlahia mati sendiri seusai membuat debu-debu rumah rakyat, namun juga menerangi relung hati rakyat,serta membakar semangat juang demi mempertahankan hak, untuk mau perang lagi jika besok, ataulusa, dan kapan saja serdadu VOC itu datang kembali mengganggu.Kapal Perang Itu datang Lagi.

Keesokan harinya, kapal perang itu datang lagi. Para prajurit Kayumalue bergegasmenyiapkan segala keperluan perang, sebelum musuh mendekat. Dan gadis Hatjide, wanita besi itu(istilah ayah), segera pula naik tangga Malige, tempat dia bertugas sebagai tukang pukul genderang perang, seperti dilakukannya semalam pada pertempuran pertama. Magau Yolulembah bersama putranya, prajurit Kayumalue dengan para Tadulakonya, sudah pula usai merapikan posisinyamasing-masing. Mereka berlindung di sebuah gundukan tanah membukit kecil, yang di depannyaada pohon bakau tumbuh padat di tepi laut. Belanda tidak mengira, sebagian rakyat berlindungdisitu. Karenanyalah, serdadu VOC merasa aman ketika hendak turun di pantai. Disitu beberapa pemberani menanti dengan bedil siap ditembakan untuk membunuh pemiliknya semula, (senjata rampasan semalam itu). Seperti tak sabar lagi nampaknya, pemberani itu ingin lekas mencoba menembakkan peluru bedil, sebagai pembunuh balik kepada serdadu Belanda itu. Mereka tak perlulagi menunggu aba-aba dari gadis berdiri di atas menara, dan menembaklah mereka ketika serdaduitu baru turun dari sekocinya. Bentrokan besar dahsyat, terjadi sudah untuk kedua kalinya,dibarengi genderang bertalu-talu. Serbuan diawali oleh para prajurit yang berlindung di pohon bakau, dan mengawali jatuhnya korban satu demi satu hilangnya nyawa manusia setelahmengalirkan darah menyatu dengan air laut.

Baku hantam satu lawan satu, saling rampas spontan terjadi, seiring dentuman meriam darikapal sebagai kawal serbuan yang ditujukan pada gundukan tanah bukit tempat rakyat berlindungdan bertahan.

Digundukan tanah berbukit inilah, para prajurit Kayumalue bersama Magau Yolulembah bertahan mati-matian, menyebabkan serdadu VOC yang masih belum suka mati, karena merebuthak orang lain, lari terbirit-birit menuju sekocinya untuk menyelamatkan jiwanya kembali ke kapal.Perolehan senjata bagi rakyat Kayumalue, bertambah akibat senjata yang di tinggalkan serdadu Belanda dalam dua kali perkelahian itu.

Sejak peristiwa itu, Pemerintah VOC/Belanda yang sudah lama memerintah di Manado,menganggap bahwa, tinggal kawasan ini belum terjangkau masuk Hindia Belanda seperti daerah-daerah lain telah puluhan bahkan ratusan tahun dijajah. Belanda sudah tentu berpikir, daerah ini pun penting segera di taklukkan dari kekuasaan Raja-Raja yang menguasainya.

Ketika Magau Yolulembah bersama putra dan kemenakannya serta beberapa orang pengawal, juga Tadulako Yunda bersama para prajuritnya kembali ke kampung mereka masing-masing, rakyat Kayumalue yang rumahnya telah terbakar habis karena api perang, ikut serta pula kesana, sebagian langsung pergi bersama Magau ke Dolo, yang lain tinggal di Besusu bersamaTadulako Yunda. Daeng Mambani (ayah Lamakasusa) dengan banyak tokoh perang lainnya merasaterharu melepas kepergian sesepuh mereka kembali di kampung seusai perang.

Keberangkatan tersebut dengan iringan genderang mengiringi penari perang (topeaju),meloncat-loncat seraya mengayunkan golok dan perisai berjalan didepan Raja Dolo bersamarombongan, hingga berakhir di sungai Taipa-Mamboro. Rakyat Kayumalue meneteskan air mata.Apalagi Daeng Mambani selaku pengundang utama, disamping amat terharu ia pun merasa sangat bersyukur kehadirat Tuhan karena sehari semalam bertempur, keluarga yang dilepas pergi pulangitu, tidaklah menderita luka atau cedera walau sedikit pun jua. Radjamaili salah seorang diantara pengundang, turut pula melepas kepergian keluarganya, namun antara dia dengan Daeng Mambani,tidak saling menegur karena ada persoalan pribadi agak serius yang belum terselesaikan.

Demikianlah sekelumit ceritera perlawanan rakyat Kayumalue terhadap serdaduVOC/Belanda, sebagai awal mula Belanda ingin menginjakkan kakinya di bumi Kaili inimenjelang akhir abad 19 (Nopember 1888). Kedatangan Belanda itu, pada dasarnya untukmemenuhi undangan dari salah seorang penguasa kerajaan negeri terdekat dengan Kayumalue.Sebagai salah satu bukti peristiwa berdarah itu terjadi seperti telah diutarakan di atas, yang hampirsetiap detik disebut orang, ialah : Loji. Loji adalah bahasa Belanda yang artinya, benteng, atautempat pertahanan.

Jika orang mengenang kembali, awal kehadiran tentara VOC di Kaili ini, sekaligus orang menyebut: “  Kapapu Nu Kayumalue ” atau terbakarnya kampung Kayumalue, akibat perang tersebut.

Berdasarkan kisah ayahanda Datupalinge yang pernah merasakan langsung peristiwa itu:

“Yang mati yah, matilah sudah ! Dan, kami yang masih hidup serta tidak mendapatcedera walau sedikit, hampir semua bertelanjang bulat. Pakaian di badan habis dimakan api peluru”

. Ayahanda melanjutkan :

“Besok harinya, pada suatu sore di hari Sabtu bulan Nopember, dalam suasana hujan lebat, sebuah sekoci penuh serdadu Belanda, masih di tengah perjalanan menuju pantai, tiba-tiba disambar petir dan semua isinya mati tenggelam. Sementara yang sudah berada di darat, kami tantangmati-matian demi membela keluarga kami disana. Karena tembakan meriam kapaltidak putusnya mengawal pendaratan, kearah bukit tempat kami berlindung danbertahan (Loji disebut Belanda), kami lari ke arah Selatan dan bertahan disitu. Akhirnya, disebutlah tempat itu Lai. Alhamdulillah, sampai hari ini saya dan pamanmu masih segar“.

Demikianlah ayah berbicara mengenang masa silam yang mesra dengan keluarga diKayumalue dalam membela kehormatan, ketika mendapat hinaan dari orang berhati penjajah, sertamengandalkan kekuatan serdadu Belanda.

41 TAHUN PENJAJAHAN BELANDA

          Pada awal Maret 1901, kolonial Belanda telah berada di Donggala dan sudah pula berhasilmengadakan perjanjian-persahabatan, serta perdagangan dengan beberapa daerah kerajaan tepi pantai, kecuali kerajaan Bulu-Bale, yang sedang ditahtai oleh Raja (Magau) Malonda yangmempunyai wilayah pantai kekuasaan yang luas, masih belum mau bersahabat dengan bangsa penjajah itu. Demikian pula kerajaan Moutong di pantai timur (Teluk Tomini) yang ditahtai olehRaja Tombolotutu, sama halnya dengan kerajaan Bulu-Bale yang tidak mau tunduk kepada Kolonial Belanda.

           Selain kerajaan-kerajaan lekas takluk di atas, dua kerajaan tertua di lembah Kaili ini, adasatu diantaranya sejak awal kehadiran Belanda, pucuk pimpinannya sudah kibarkan bendera putih.Jadi senada dengan kerajaan-kerajaan takluk, seperti yang telah disebutkan di atas. Kerajaan mana,itu ! Kerajaan Sigi-Biromaru. Meskipun, Madika Lamasatu, selaku penguasa di Sigi, takmenyetujui tindakan Magau sebagai pimpinan kerajaan. Maka, tinggallah kerajaan Dolo satu-satunya, di lembah ini berdiri kokoh.

          Malonda tidak mau bermurah hati, dan diam-diam ia bersiaga untuk nanti akan bangkitmelawan bangsa penjajah. Dan, untuk maksud itu, beliau menghubungi keluarganya RajaTinombo/Moutong Tombolotutu, dan Raja Dolo di Sigampa (Kaleke), Datupamusu, Raja (Magau)Dolo XI menggantikan ayahandanya, Yolulembah. Datu itu dinobatkan jadi Raja; 1 Februari 1901 oleh lembaga hadat “kota pitu nggota”. Kian hari bertambah eratlah hubungan antara, tiga kerajaan,karena saling kunjung-mengunjungi. Hasil dari sikap saling berkunjung itu, terjadilah suatu tekadsaling bantu bila kelak timbul musibah di daerah masing-masing.

          Hubungan mesra ketiga Raja di atas segera diketahui Belanda. Sebab ada laporan para penjilat, dan laporan mereka itulah mengalihkan pandangan kompeni pada pertempuran 12 tahunlampau di Kayumalue, dimana yang jadi Magau Dolo kini adalah salah seorang pelaku utamadalam peristiwa berdarah itu, yaitu seorang yang palig disegani, baik kawan maupun lawan, kalaia mengamuk dengan goloknya, memutuskan bagian-bagian organ tubuh serdadu VOC saat itu.Banyak leher serdadu VOC ditebasnya sampai putus. Dan bukan hal mustahil jika pada suatuketika Magau Dolo itu akan mengajak rakyatnya untuk bangkit mengadakan perlawanan terhadapBelanda dan antek-anteknya. Selain hubungan baik sudah agak lama tercipta di tiga kerajaanseperti disebutkan di atas, tak pula ketinggalan kerajaan Sausu/Parigi (Pantai Timur), serta kerajaanKulawi yang ditantai oleh Raja Tovualangi, sudah pula bersiap siaga melawan jika kapan sajaBelanda mulai mengganggu.

          Pada saat jalan dari Siranindi/Palu kearah selatan sedang dikerjakan, Belanda melihat carakerja seperti ini yang tidak seberapa banyak rakyat mau bekerja giat sebab kurang pengaruhnyaMagau Siranindi. Untuk itulah Magau Dolo diperintahkan datang membantu menggiatkan pekerja.Magau Dolo segera berangkat ke Palu bersama seorang teman bangsa Inggris – Australia bernamaWillys alias tuan Doda, sbg juru gambar guna pembuatan tata kota. Tuan Willys adalah seorang pengusaha minyak bumi yang gagal, di kerajaan Sarudu/Doda wilayah perwakilan kerajaan besarDolo 1886, dan kini masuk wilayah Kabupaten Mamuju/ Sulsel.

          Demikian otak Belanda menyimpulkan demi kesegeraan penyelesaian, sehingga bukti jelas nampak dimata. Juga selaku imbalan kelaki-lakian Magau Dolo yang sebelumnya telah banyak membunuh serdadu VOC seperti telah diungkapkan terdahulu. Namun tindakan Belandaseperti itu dimengerti pula Magau bahwa sikap Kompeni Setan ini, cuma suatu hukuman halus belaka, pada dirinya. Olehnya Magau menerima dengan segala senang hati, tindakan Belanda itu.Karena ia yakin, suatu waktu kelak rakyat yang dipimpinnya akan menjadi pengikutnya ber kelahimelawan Bangsa Penjajah.Setelah berjalan beberapa lama pembukaan jalan raya tersebut dan telah pula nampak buktinya yang memuaskan seluruh pekerja. Rakyat Siranindi dan sekitarnya, rakyat tetangga dansekitarnya, juga rakyat Tagari dan sekitarnya, amat simpati atas atas kepemimpinan Magau Dolo.Bahkan, ketiga negeri tertua itu mengaggap rakyat di kerajaan Dolo yang dikepimpin Magau Datuini, adalah sekandung dengan rakyat di negeri mereka. Begitulah tatapan dalam wujud kata, hatinurani masyarakat disitu terhadap kerajaan Dolo, dipimpin seorang Magau nan bijak. Sementaraitu di wilayah kerajaan Dolo telah lebih dahulu pembukaan jalan raya yang dimulai dari Sibonu,sebelah utara, batas kerajaan Dolo dengan Siranindi wilayah selatan. Dan yang memimpin pekerjaan disini magau serahkan pada adik sepupunya, Datupalinge, yang juga termasuk pelaku pertempuran di Kayumalue Tahun 1888. Setelah Belanda tahu kerajaan Dolo lebih dahulu bekerjamemperluas jalan disana, Datupalinge dipanggil datang ke Palu menggantikan Datu. Serta diperintah untuk membantu Magau Dolo memimpin dan menghimpun seluruh rakyat dari kerajaan Dombu turun melaksanakan kerjasama untuk kepentingan bersama. Karena jalan raya yang akandikerjakan itu bukan milik orang Belanda. Demikian Datupalinge beri pengertian dengan cara kekeluargaan kepada masyarakat Dombu, yang sebelumnya ada diantaranya menolak gagasan itu.

Suatu ketika ada pertanyaan mengapa bukan Magau Siranindi/Palu dipaksa KompeniBelanda untuk meyelesaikan pekerjaan jalan raya ini ? Jawab oleh Datupalinge sebagai berikut :

“Kami berdua selaku orang hukumam. Ini disebabkan kami ikut bertempur melawan serdadu Belanda di Kayumalue pada waktu dulu. Dan jalan yang kita semua kerjakan inibukan untuk orang lain. Kompeni tidak akan bawa ke negeri Belanda jalan ini. Tetapiuntuk kita sendiri, kalau suatu waktu penjajah itu sudah kalah. Hal itu apabila Tuhan  sudah menghendaki“

Demikian Datupalige menjawab tegas pertanyaan keluarga dari tetangga, dalam sebuah Notes tuayang sudah robek-obek bertuliskan huruf bugis tertanggal 12 November 1901 di Siranindi. Notestersebut diketemukan tahun 1948.

TAHUN 1902 : PERANG BALE

          Malonda adalah Raja Bale ke VI menggantikan pamannya Raja Makagili alias Pue Nggeuyang telah dibuang ke Makassar karena dituduh menyembunyikan Raja Tombolotutu. Sekalipunhubungan ketiga penguasa kerajaan itu sangat baik, seperti kerajaan Ganti oleh Lamarauna, dan Donggala oleh Wali Kota Pettalolo, akan tetapi Raja Bulu Bale La Malonda, sama sekali tidakmerasa terikat dengan hubungan serta perjanjian-perjanjian yang ditanda tangani bersama denganKompeni (Kompania yang lazim disebut). Dalam hubungannya dengan Belanda, Raja Bulu Bale adalah seorang pembenci kelas wahid. Acapkali ia diundang guna menghadiri konfrensi lembaga Adat “Kota Pitu Nggota” malah ditolaknya, jika yang menghadiri pertemuan itu terdapat orang Belanda.

          Bertambah kebencian Raja terhadap Belanda setelah pengasingan pamannya Makagili keMakassar. Karena kekerasan hati Raja Malonda, Raja Ganti Lamarauna berulang kali menasihatiagar jangan bersikap terlalu keras terhadap Belanda. Demikian juga Pettalolo, sering menasihati,namun nasihat itu bukan tidak dihormatinya, tapi jiwanya benar-benar tidak mau menerima adanyakekuasaan Belanda di dalam wilayah yang sedang dibinanya. Ada tekat bulat dalam hati Malonda “lebih baik berkelahi dahulu”. Untuk mewujudkan tekadnya, Raja Malonda mengirim utusan keSigampa menemui Raja Dolo bersama keluarga, juga ke Moutong/Tinombo untuk menemui Raja Tombolotutu.

         Undangan Raja Malonda diterima dengan senang hati oleh kedua Raja tersebut, danmereka siap berangkat guna membantu keluarga. Pada hari yang telah ditetapkan Raja akanmengadakan serangan, para undangan perang sudah berada di Bulu Bale dan bertahan/bersiap-siapdi Lumbuganti, sebelum kapal perang Belanda yang ditumpangi Residen Makassar itu berlabuh.Kedatangan residen, atas undangan tuan Petoro untuk menangkap Raja Bale, karena dianggap sangat membahayakan kedudukan Belanda.

          Datupamusu berdua Datupalinge dengan beberapa orang prajuritnya bertemu di Lumbuganti dengan rekannya Raja Tombolotutu bersama para prajuritnya. Demikianlah dibulan Maret 1902 pagi-pagi sekali masuklah sebuah kapal perang Belanda di Donggala dari Makassar membawa residen Bernama J.A.G Brugman.

          Tuan Petoro (sebutan Lazim waktu itu) segera memerintahkan kepada Pettalolo sebagaiWalikota Donggala dan berpangkat Kapten der Buginezen untuk memanggil Haji Nontji, seorang pengawal terpercaya dan tangan kanan Pettalolo, sewaktu melihat Pettalolo telah tersungkur berlumuran darah, ia berpendapat bahwa kematian Pettalolo tidak lain disebabkan tindakan kotordan biadabnya penjajah. Untuk itu, ia tidak lagi berfikir panjang dan langsung melompat menyerbukearah residen untuk membunuh Belanda itu, yang berada di ruang kantor tuan Petoro. Namun malang nasibnya serdadu Belanda menembaknya, membuat Haji Nontji tersebut jatuhterkapar sekitar 3 meter dekat residen, sementara pertempuran sengit tengah berlangsung.Banyak serdadu Belanda menemui ajalnya, terdiri dari Ambon dan Minahasa kendati bukan gugur sebagai kusuma bangsa.

          Magau La Malonda kembali ke Istana bersama prajuritnya dengan selamat. Malamnya bertemu dengan regu bantuan dari kerjaan Dolo dibawah pimpinan Datupamusu bersama adik sepupunye Datupalinge dengan beberapa Tadulakonya. Juga Raja Tombolotutu. Lumbuganti sebelah selatan istana Raja sebagai pertahanan bila sewaktu-waktu serbuan Belanda menerobos kesana.

          Seusai bermusyawarah dengan para regu dari penguasa kerajaan Dolo dan Tinombo,Magau La Malonda merasa lebih baik menyingkir dulu dari istananya, dan malam itu juga iamenyeberang ke Tawaeli, ia merasa tidak ada teman seide, karenanya Raja Bale ini, segeratinggalkan tempat menuju Sindue.

          Residen perintahkan tuan Petoro dan Raja Ganti Lamarauna untuk selekas bertindak agarLa Malonda ditangkap dan terus dibawa ke Makassar guna menemani pamannya disana, yang lebihdulu meringkuk di dalam penjara. Perintah itu sungguh memusingkan otak Magau GantiLamarauna, sebab kerja yang tidak mudah dilaksanakan, sebab Malonda bukan cuma seorang diri,sebab La Malonda didukung oleh dua kerajaan besar dari dua jantan yang tak mungkin mau damai itu.

          Sehubungan dengan perintah residen itu, Lamarauna berpendapat akan lebih baikmenghubungi dahulu anak Pettalolo bernama Mohammad Amir barulah ia bisa menentukan sikapuntuk melaksanakan perintah Residen. Maka bertemulah Lamarauna Raja Ganti denganMuhammad Amir. Sungguh bijak pendapat Muhammad Amir :

“Kematian seorang hamba Tuhan tidaklah mungkin jika tidak seizin-Nya. Olehnya, sebaiknya Raja Bale segera dipanggil pulang untuk memimpin kerajaan Bale kembali. Sudah pasti suatu ketika kelak, Raja bakal mau berdamai dengan Kompeni, bila tidak, Belanda itu akanbermain kasar terhadap anak pribumi. Sebab yang sudah mati tidak bakalan hidup pula”

 Mendengar pendapat Muhammad Amir yang sangat menyenangkan itu, Raja Ganti bersyukur.Betapa tidak, Muhammad Amir adalah seorang pemuda berpandangan jauh dan positif. Dia punmengerti betapa banyaknya usaha untuk membujuk Belanda agar bertindak spontanitas terhadapRaja Bale yang keras itu, sebab jalan damai masih bisa diusahakan demi menghindari pertumpahandarah. Namun Belanda tetap perinsip penjajahannya.

Tidak lama setelah itu, Raja Bulu Bale bertahta kembali dengan hati gunda mengenang  peristiwa kematian Pettalolo. “Engkau tidak bersalah saudaraku” demikian Raja Bale Malonda berseru dalam hati.

 

SUASANA JADI CERAH

          Karena bertahta kembali Raja Bale La Malonda, suasana nampak ceriah di tiga wilayah, LaMalonda merasakan pula sikap serta tindakan keterlaluannya beberapa waktu silam membuatPettalolo telah mengucapkan isi hatinya, untuk sehidup semati dan bila perundungan denganBelanda itu akan gagal pula? Mengenang peristiwa itu yang agak jauh berlalu itu, Raja La Malonda berjernih hati dan pada suatu hari berkunjunglah ia bersama putranya almarhum bersamaMuhammad Amir, kemakam Pettalolo seraya bermohon kehadirat Tuhan Yang Maha Rahmankiranya menerima Pettalolo sebagaimana ia menerima orang-orang saleh disisinya. Demikian do’a Raja Bale saat berziarah di Pusara sahabatnya Pettalolo bekas Walikota Donggala, yang berniatmenghadiri agar tidak terjadinya pertumpahan darah sia-sia, sebab jalan damai begitu luas kelak bisa diperoleh. Dan jalan damai itulah ia ingin ciptakan, selaku alat pertahanannya berdebat dengantuan Petoro dan Residen Makassar, hingga berucap sehidup semati dengan rekannya Raja Bale,seperti teruraikan diatas. Sebagai wujud ketulusan hati inilah, tergambar pada ucapan puteranyaketika ditemui Raja Ganti Lamarauna, Muhammad Amir itu.

 

PERLAWANAN RAJA TOBOLOTUTU                                        Bersambung ........


۞ الحمد لله ربّ العٰلمين ۞

-------------------------------------------------------------

0 comments:

Posting Komentar

۞ PETA LOKASI Wilayah ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞