Sekilas Sejarah
Perlawanan Rakyat di Tanah Kaili
Oleh : Daeng Mangesa Datupalinge
Tahun 1888 : Pertempuran di Kayumalue
Memenuhi Undangan
Kisah perlawanan rakyat Kayumalue
terhadap serdadu VOC/Belanda, di dukung oleh paraTadulako (Perajurit pemberani,
pemuka-pengembleng) dari Singampa/Kaleke, pusat kerajaan Dolo.Raja (Magau
bahasa Kaili) Dolo, bertiga dengan seorang putranya dan seorang
kemenakannya,turut serta ke Kayumalue bersama beberapa orang perajuritnya,
untuk membantu keluarga yangsedang berlaga melawan serdadu VOC. Rakyat
Kayumalue sebagai sekandungnya rakyat kerajaanDolo waktu itu.Penguasa Kerajaan
Dolo, selaku pemimpin regu bernama Yolulemba, adalah cucu MagauSarudu/Doda
bernama Lasakumbili.¹)
Pukul 09.00 malam
bulan Nopember 1888, 2 buah kapal serdadu VOC masuk di teluk Paludengan
perlengkapan perangnya. Seminggu sebelumnya, Magau Dolo Yolulembah bersama
pengiringnya, dan seorang putra : Datupamusu (19) dan kemenakannya bernama :
Datupalinge (16)yang merupakan putra dari adik kandungnya bernama : Andi Rasiah
sudah berada di Kayumalue,setelah pergi-pulang sigampa (Kaleke) – Kayumalue dengan menunggangi kuda
mengungsikankeluarga ke sana. Salah seorang keluarga yang membongceng
dipunggung kuda Datupalinge,adalah Ina Randa, ibunda Daeng Mawasa. Dan
begitulah untuk menyambut kedatangan serdaduVOC itu di laut segalanya telah
siap, telah pula dikawal oleh 4 orang pemuda yang ikhlas dijadikanumpan.
Sejurus, terjadinya perkelahian di atas kapal, antara awak kapal dengan pemuda
pemberaniitu.
Dan, dalam situasi begini,
Belanda mendaratkan serdadunya dikawal dengan dentumantembakan-tembakan meriam,
yang dimuntahkan dari kapal ke arah rumah-rumah penduduk pantai.Di saat itu
pulalah Belanda menganggap tak akan ada perlawanan rakyat menjemput
pendaratanmereka, padahal begitu serdadu ini menginjakkan kakinya di pantai,
serbuan serempak mendadak terjadi,
dan terjadilah baku hantam satu lawan satu, antara “To na bia mpapu langi”
dengan serdadu VOC yang mengakibatkan
nyaris seluruh serdadu Belanda itu mati konyol kena bacok,tombak, golok, sumpit
dan panah. Desingan peluru dukungan dari kapal, tidak dihiraukan, malahdibalas
dengan gemerincing golok, keris sakti, beradu tangkis dengan bedil milik
serdadu Belandayang mendarat itu.Tak tahan kulit tubuh mereka bila kena senjata
sakti peninggalan kakek dan nenek moyang Kailitempo dulu.Hulubalang perang
ditangani oleh Magau Dolo Yolulembah, dibantu oleh keponakannyaDaeng Mambani
serta keluarga lainnya, seperti Radjamaili dan lain-lain. Yolulembah, ingin
benar melihat ...
¹)Lasakumbili ini lahir di
Desa Kumbili (sekarang bernama Kayumalue). Kumbili adalah nama sejenis pohon
kayu, yang cuma satu-satunya tumbuh dan hidup sejak jaman dahulu., hingga hari
ini sekitar satu kilometer sebelah timur Mesjid. Pohon Kumbili yang aneh itu,
buahnya sebesar buah jerukmempunyai sebutir biji yang bakal tumbuh namun. Namun
sejak berabad yang telah silam sampai hariini, penduduk disini tidak pernah
lagi melihat pohon tersebut berganti hidup. Menurut cerita, ketika Permaisuri
Raja selaku penguasa tinggi di tempat itu sedang mengidam buah Kumbili, inilah
menjadimakanan makanan lezat sang Permaisuri. Permaisuri melahirkan bayi kembar
tiga, dua laki dan seorang bayi perempuan. Seminggu setelah bayi tersebut lahir
maka diadakanlah pesta besar-besaranmenyambut hari baik “penamaan”. Maka
diberikanlah nama buat putra pertama : Lasakumbili; Putrakedua : Daeng Matallu,
dan seorang putri diberi nama : Daeng Masisih. Kedua orang tua kembar tigaitu,
ayah berasal dari Kabonga/Ganti, sedang ibu berasal dari Kumbili (Kayumalue ),
yang menurutlegenda turunan Togelele berasal dari kayangan. Demikian sekilas
kisah sebatang pohon aneh dan Permaisuri yang memakan buahnya ketika mengidam
melihat keberanian serta kekebalan kulit putra dan kemenakannya, yang masih berusia remaja itu,ikut berlaga di tengah api peperangan menghalau musuh yang sedang memporak-porandakanharkat manusiawi keluarga orang tua mereka. Melihat kegesitan putra dan kemenakannya itu,Yolulembah sudah merasa yakin, bolehlah suatu hari kelak kedua anak muda ini dilepas pergimembela kebenaran karena gangguan musuh terhadap kehidupan keluarganya.
Karena itu semua, rakyat Kayumalue yang dikenali “rumpun manusia baja”,
bertambahkadar semangat juangnya, mengamuk diselah-selah desingan peluru,
menebas dan menghujamkantombak dengan berbagai macam jenis senjata tradisional
mereka, ketubuh serdadu VOC. Dan,dalam suasana seperti itu, semangat juang
rakyat Kayumalue dibakar oleh bunyi gendrang bertalu-talu yang ditalu oleh adik
perempuan si jantan Lasangkara bernama Hatjide.
Hatjide adalah petugas khusus penabuh genderang yang ditempatkan di puncak
Malinge(menara) yang sengaja didirikan sebagai alat komunikasi menyampaikan
berita perang keseluruh pelosok desa. Menara tersebut sebelumnya, jauh – juah hari telah disiapkan dan dibangun sebagai
puncak komando serbu habis-habisan, biar berkalang tanah. Itulah sebuah motto,
dibangunnyasecara terburu-buru sebuah Malige setelah berita akan datangnya
serdadu VOC membumihanguskan kampung Kayumalue. Dan, dipuncak itulah gadis
Hatjide berada, diketinggian pucuksekitar 25 meter, disanalah ia bertugas,
selaku penabuh.
Siapa jejaka tak akan berani, mempertaruhkan nyawanya jika penabuh
genderang seorangdara manis Kaili nan jelita, berambut panjang bagaikan mayang
terurai berdiri dipucuk sana itu !?Sang gadis itulah salah satu diantara bahan
pendorong utama membuat tabrakan kerasmembangkitkan semangat patriotisme tak
mungkin mereda dalam dada para prajurit perang ketikaitu. Memang, Hatjide pun
mengerti, betapa jiwa para pemuda bila melihat sang gadis bagai dia,melilitkan
rambut dipinggang seraya melakukan tugas suci membela kebenaran hakiki.
Menurut cerita ayahanda Datupalinge, salah seorang pelaku perang waktu itu,
Hatjide tidakterlalu cantik, namun tidak pula jelek, amat. Ia wanita sederhana,
tapi cukup mempesona priakarena keberaniannya yang luar biasa itu barangkali.
Dalam pertempuran malam itu, Lamandituru kena tembak dikakinya, dan
karenanyalah ia disebut; Ikejo, artinya Si pincang.
Yang paling gila-gilaan nampaknya dalam pertempuran ini adalah para jantan;
Irimbalau,Isula, Iganaovo, Ilapele, dan si kecil Isarovelo. Mereka seperti
kesurupan menggoloki, menebasserta memutuskan organ-organ tubuh serdadu VOC
yang menurut cacatan ayah, serdadu VOCtersebut dipimpin oleh seorang opsir,
bernama Van Vuur. Dan untuk membantu keluargaKayumalue dalam perlawanan itu,
lelaki bernama Yunda seorang Tadulako dari Besusu, membawa pula seregu
prajuritnya. (Menurut kisah ayah dan beberapa pengisah lainnya bahwa, Yunda
adalahturunan Magau Dolo ke-8 bernama; Tumbuhlangi, yang amat molek parasnya,
yang pelantikannyadiadakan di Besusu. Magau (Raja) perempuan ini, lalu kawin
dengan seorang jejaka tampan yangsungguh mempesona hati sang ratu. Diceritakan
pula, pemuda tampan itu tidak jelas identitasnya.Ada yang mengatakan berasal
dari rimba sebelah timur kampung Besusu ini sendiri, dan ada pulayang
mengatakan berasal dari Sigampa atau Pesaku dan masih memiliki hubungan
keluarga sangMagau cantik itu sendiri, yang bernama Andi Maya ²) Korban
berjatuhan, serdadu VOC musnahsebanyak yang didaratkan. Dan bedil-bedil lengkap
dengan amunisinya, dapat diperoleh denganmudah oleh para prajurit Kayumalue,
dan rakyat Kayumalue seolah mendapat durian runtuh !.
²) Selain Tadulako Yunda, di Besusu sampai kini banyak
turunannya seperti : Tomodu sekeluarga, orangtua Ali Abdurasid sekeluarga,
orang tua Nasarudin Pakedo sekeluarga, orang tua Arsyad sekeluarga,dan masih
banyak lagi
Suasana malam jadi hening, dan sepi mencekam. Kapal VOC itu sudah pergi
jauh ke arahutara, serta tidak lagi nampak kedipan lampunya. Dan Kayumalue,
seakan membeku, dan dalamkebekuan seperti ini, hanya jilatan apilah menimbulkan
bunyi, mematahkan ramuan kekayuankerangka rumah-rumah penduduk. Sebab, sang
apilah kini, selaku penggati lakon, membuatklimaks cerita drama perang yang
barusan tadi begitu gaduh. Api itu tak perlu dipadamkan, biarlahia mati sendiri
seusai membuat debu-debu rumah rakyat, namun juga menerangi relung hati
rakyat,serta membakar semangat juang demi mempertahankan hak, untuk mau perang
lagi jika besok, ataulusa, dan kapan saja serdadu VOC itu datang kembali mengganggu.Kapal
Perang Itu datang Lagi.
Keesokan harinya, kapal perang itu datang lagi. Para prajurit Kayumalue
bergegasmenyiapkan segala keperluan perang, sebelum musuh mendekat. Dan gadis
Hatjide, wanita besi itu(istilah ayah), segera pula naik tangga Malige, tempat
dia bertugas sebagai tukang pukul genderang perang, seperti dilakukannya
semalam pada pertempuran pertama. Magau Yolulembah bersama putranya, prajurit
Kayumalue dengan para Tadulakonya, sudah pula usai merapikan
posisinyamasing-masing. Mereka berlindung di sebuah gundukan tanah membukit
kecil, yang di depannyaada pohon bakau tumbuh padat di tepi laut. Belanda tidak
mengira, sebagian rakyat berlindungdisitu. Karenanyalah, serdadu VOC merasa
aman ketika hendak turun di pantai. Disitu beberapa pemberani menanti dengan
bedil siap ditembakan untuk membunuh pemiliknya semula, (senjata rampasan
semalam itu). Seperti tak sabar lagi nampaknya, pemberani itu ingin lekas
mencoba menembakkan peluru bedil, sebagai pembunuh balik kepada serdadu Belanda
itu. Mereka tak perlulagi menunggu aba-aba dari gadis berdiri di atas menara,
dan menembaklah mereka ketika serdaduitu baru turun dari sekocinya. Bentrokan
besar dahsyat, terjadi sudah untuk kedua kalinya,dibarengi genderang
bertalu-talu. Serbuan diawali oleh para prajurit yang berlindung di pohon
bakau, dan mengawali jatuhnya korban satu demi satu hilangnya nyawa manusia
setelahmengalirkan darah menyatu dengan air laut.
Baku hantam satu lawan satu, saling rampas spontan terjadi, seiring
dentuman meriam darikapal sebagai kawal serbuan yang ditujukan pada gundukan
tanah bukit tempat rakyat berlindungdan bertahan.
Digundukan tanah berbukit inilah, para prajurit Kayumalue bersama Magau
Yolulembah bertahan mati-matian, menyebabkan serdadu VOC yang masih belum suka
mati, karena merebuthak orang lain, lari terbirit-birit menuju sekocinya untuk
menyelamatkan jiwanya kembali ke kapal.Perolehan senjata bagi rakyat Kayumalue,
bertambah akibat senjata yang di tinggalkan serdadu Belanda dalam dua kali
perkelahian itu.
Sejak peristiwa itu, Pemerintah VOC/Belanda yang sudah lama memerintah di
Manado,menganggap bahwa, tinggal kawasan ini belum terjangkau masuk Hindia
Belanda seperti daerah-daerah lain telah puluhan bahkan ratusan tahun dijajah.
Belanda sudah tentu berpikir, daerah ini pun penting segera di taklukkan dari
kekuasaan Raja-Raja yang menguasainya.
Ketika Magau Yolulembah bersama putra dan kemenakannya serta beberapa orang
pengawal, juga Tadulako Yunda bersama para prajuritnya kembali ke kampung
mereka masing-masing, rakyat Kayumalue yang rumahnya telah terbakar habis
karena api perang, ikut serta pula kesana, sebagian langsung pergi bersama
Magau ke Dolo, yang lain tinggal di Besusu bersamaTadulako Yunda. Daeng Mambani
(ayah Lamakasusa) dengan banyak tokoh perang lainnya merasaterharu melepas
kepergian sesepuh mereka kembali di kampung seusai perang.
Keberangkatan tersebut dengan iringan genderang mengiringi penari perang
(topeaju),meloncat-loncat seraya mengayunkan golok dan perisai berjalan didepan
Raja Dolo bersamarombongan, hingga berakhir di sungai Taipa-Mamboro. Rakyat
Kayumalue meneteskan air mata.Apalagi Daeng Mambani selaku pengundang utama,
disamping amat terharu ia pun merasa sangat bersyukur kehadirat Tuhan karena
sehari semalam bertempur, keluarga yang dilepas pergi pulangitu, tidaklah
menderita luka atau cedera walau sedikit pun jua. Radjamaili salah seorang
diantara pengundang, turut pula melepas kepergian keluarganya, namun antara dia
dengan Daeng Mambani,tidak saling menegur karena ada persoalan pribadi agak
serius yang belum terselesaikan.
Demikianlah sekelumit ceritera perlawanan rakyat Kayumalue terhadap
serdaduVOC/Belanda, sebagai awal mula Belanda ingin menginjakkan kakinya di
bumi Kaili inimenjelang akhir abad 19 (Nopember 1888). Kedatangan Belanda itu,
pada dasarnya untukmemenuhi undangan dari salah seorang penguasa kerajaan
negeri terdekat dengan Kayumalue.Sebagai salah satu bukti peristiwa berdarah
itu terjadi seperti telah diutarakan di atas, yang hampirsetiap detik disebut
orang, ialah : Loji. Loji adalah bahasa Belanda yang artinya, benteng,
atautempat pertahanan.
Jika orang mengenang kembali, awal kehadiran tentara VOC di Kaili ini,
sekaligus orang menyebut: “ Kapapu Nu
Kayumalue ” atau terbakarnya kampung Kayumalue, akibat perang tersebut.
Berdasarkan kisah ayahanda Datupalinge yang pernah merasakan langsung
peristiwa itu:
“Yang mati yah, matilah sudah ! Dan, kami yang masih hidup serta tidak
mendapatcedera walau sedikit, hampir semua bertelanjang bulat. Pakaian di badan
habis dimakan api peluru”
. Ayahanda melanjutkan :
“Besok harinya, pada suatu sore di hari Sabtu bulan Nopember, dalam suasana
hujan lebat, sebuah sekoci penuh serdadu Belanda, masih di tengah perjalanan
menuju pantai, tiba-tiba disambar petir dan semua isinya mati tenggelam.
Sementara yang sudah berada di darat, kami tantangmati-matian demi membela
keluarga kami disana. Karena tembakan meriam kapaltidak putusnya mengawal
pendaratan, kearah bukit tempat kami berlindung danbertahan (Loji disebut
Belanda), kami lari ke arah Selatan dan bertahan disitu. Akhirnya, disebutlah
tempat itu Lai. Alhamdulillah, sampai hari ini saya dan pamanmu masih segar“.
Demikianlah ayah berbicara mengenang masa silam yang mesra dengan keluarga
diKayumalue dalam membela kehormatan, ketika mendapat hinaan dari orang berhati
penjajah, sertamengandalkan kekuatan serdadu Belanda.
41 TAHUN PENJAJAHAN BELANDA
Pada awal Maret 1901, kolonial Belanda
telah berada di Donggala dan sudah pula berhasilmengadakan
perjanjian-persahabatan, serta perdagangan dengan beberapa daerah kerajaan tepi
pantai, kecuali kerajaan Bulu-Bale, yang sedang ditahtai oleh Raja (Magau)
Malonda yangmempunyai wilayah pantai kekuasaan yang luas, masih belum mau
bersahabat dengan bangsa penjajah itu. Demikian pula kerajaan Moutong di pantai
timur (Teluk Tomini) yang ditahtai olehRaja Tombolotutu, sama halnya dengan
kerajaan Bulu-Bale yang tidak mau tunduk kepada Kolonial Belanda.
Malonda tidak mau bermurah
hati, dan diam-diam ia bersiaga untuk nanti akan bangkitmelawan bangsa
penjajah. Dan, untuk maksud itu, beliau menghubungi keluarganya
RajaTinombo/Moutong Tombolotutu, dan Raja Dolo di Sigampa (Kaleke), Datupamusu,
Raja (Magau)Dolo XI menggantikan ayahandanya, Yolulembah. Datu itu dinobatkan
jadi Raja; 1 Februari 1901 oleh lembaga hadat “kota pitu nggota”. Kian hari
bertambah eratlah hubungan antara, tiga kerajaan,karena saling
kunjung-mengunjungi. Hasil dari sikap saling berkunjung itu, terjadilah suatu
tekadsaling bantu bila kelak timbul musibah di daerah masing-masing.
Hubungan mesra ketiga Raja
di atas segera diketahui Belanda. Sebab ada laporan para penjilat, dan laporan mereka
itulah mengalihkan pandangan kompeni pada pertempuran 12 tahunlampau di
Kayumalue, dimana yang jadi Magau Dolo kini adalah salah seorang pelaku
utamadalam peristiwa berdarah itu, yaitu seorang yang palig disegani, baik
kawan maupun lawan, kalaia mengamuk dengan goloknya, memutuskan bagian-bagian
organ tubuh serdadu VOC saat itu.Banyak leher serdadu VOC ditebasnya sampai
putus. Dan bukan hal mustahil jika pada suatuketika Magau Dolo itu akan
mengajak rakyatnya untuk bangkit mengadakan perlawanan terhadapBelanda dan
antek-anteknya. Selain hubungan baik sudah agak lama tercipta di tiga
kerajaanseperti disebutkan di atas, tak pula ketinggalan kerajaan Sausu/Parigi
(Pantai Timur), serta kerajaanKulawi yang ditantai oleh Raja Tovualangi, sudah
pula bersiap siaga melawan jika kapan sajaBelanda mulai mengganggu.
Pada saat jalan dari
Siranindi/Palu kearah selatan sedang dikerjakan, Belanda melihat carakerja
seperti ini yang tidak seberapa banyak rakyat mau bekerja giat sebab kurang
pengaruhnyaMagau Siranindi. Untuk itulah Magau Dolo diperintahkan datang
membantu menggiatkan pekerja.Magau Dolo segera berangkat ke Palu bersama
seorang teman bangsa Inggris – Australia bernamaWillys alias tuan Doda, sbg
juru gambar guna pembuatan tata kota. Tuan Willys adalah seorang pengusaha
minyak bumi yang gagal, di kerajaan Sarudu/Doda wilayah perwakilan kerajaan
besarDolo 1886, dan kini masuk wilayah Kabupaten Mamuju/ Sulsel.
Demikian otak Belanda
menyimpulkan demi kesegeraan penyelesaian, sehingga bukti jelas nampak dimata.
Juga selaku imbalan kelaki-lakian Magau Dolo yang sebelumnya telah banyak
membunuh serdadu VOC seperti telah diungkapkan terdahulu. Namun tindakan
Belandaseperti itu dimengerti pula Magau bahwa sikap Kompeni Setan ini, cuma
suatu hukuman halus belaka, pada dirinya. Olehnya Magau menerima dengan segala
senang hati, tindakan Belanda itu.Karena ia yakin, suatu waktu kelak rakyat
yang dipimpinnya akan menjadi pengikutnya ber kelahimelawan Bangsa
Penjajah.Setelah berjalan beberapa lama pembukaan jalan raya tersebut dan telah
pula nampak buktinya yang memuaskan seluruh pekerja. Rakyat Siranindi dan
sekitarnya, rakyat tetangga dansekitarnya, juga rakyat Tagari dan sekitarnya,
amat simpati atas atas kepemimpinan Magau Dolo.Bahkan, ketiga negeri tertua itu
mengaggap rakyat di kerajaan Dolo yang dikepimpin Magau Datuini, adalah
sekandung dengan rakyat di negeri mereka. Begitulah tatapan dalam wujud kata,
hatinurani masyarakat disitu terhadap kerajaan Dolo, dipimpin seorang Magau nan
bijak. Sementaraitu di wilayah kerajaan Dolo telah lebih dahulu pembukaan jalan
raya yang dimulai dari Sibonu,sebelah utara, batas kerajaan Dolo dengan
Siranindi wilayah selatan. Dan yang memimpin pekerjaan disini magau serahkan
pada adik sepupunya, Datupalinge, yang juga termasuk pelaku pertempuran di
Kayumalue Tahun 1888. Setelah Belanda tahu kerajaan Dolo lebih dahulu
bekerjamemperluas jalan disana, Datupalinge dipanggil datang ke Palu
menggantikan Datu. Serta diperintah untuk membantu Magau Dolo memimpin dan
menghimpun seluruh rakyat dari kerajaan Dombu turun melaksanakan kerjasama
untuk kepentingan bersama. Karena jalan raya yang akandikerjakan itu bukan
milik orang Belanda. Demikian Datupalinge beri pengertian dengan cara kekeluargaan
kepada masyarakat Dombu, yang sebelumnya ada diantaranya menolak gagasan itu.
Suatu ketika ada pertanyaan mengapa bukan Magau Siranindi/Palu dipaksa
KompeniBelanda untuk meyelesaikan pekerjaan jalan raya ini ? Jawab oleh
Datupalinge sebagai berikut :
“Kami berdua selaku orang hukumam. Ini disebabkan kami ikut bertempur
melawan serdadu Belanda di Kayumalue pada waktu dulu. Dan jalan yang kita semua
kerjakan inibukan untuk orang lain. Kompeni tidak akan bawa ke negeri Belanda
jalan ini. Tetapiuntuk kita sendiri, kalau suatu waktu penjajah itu sudah
kalah. Hal itu apabila Tuhan sudah
menghendaki“
Demikian Datupalige menjawab tegas pertanyaan keluarga dari tetangga, dalam
sebuah Notes tuayang sudah robek-obek bertuliskan huruf bugis tertanggal 12
November 1901 di Siranindi. Notestersebut diketemukan tahun 1948.
TAHUN 1902 : PERANG BALE
Malonda adalah Raja Bale ke
VI menggantikan pamannya Raja Makagili alias Pue Nggeuyang telah dibuang ke
Makassar karena dituduh menyembunyikan Raja Tombolotutu. Sekalipunhubungan
ketiga penguasa kerajaan itu sangat baik, seperti kerajaan Ganti oleh
Lamarauna, dan Donggala oleh Wali Kota Pettalolo, akan tetapi Raja Bulu Bale La
Malonda, sama sekali tidakmerasa terikat dengan hubungan serta
perjanjian-perjanjian yang ditanda tangani bersama denganKompeni (Kompania yang
lazim disebut). Dalam hubungannya dengan Belanda, Raja Bulu Bale adalah seorang
pembenci kelas wahid. Acapkali ia diundang guna menghadiri konfrensi lembaga Adat
“Kota Pitu Nggota” malah ditolaknya, jika yang menghadiri pertemuan itu
terdapat orang Belanda.
Bertambah kebencian Raja
terhadap Belanda setelah pengasingan pamannya Makagili keMakassar. Karena
kekerasan hati Raja Malonda, Raja Ganti Lamarauna berulang kali menasihatiagar
jangan bersikap terlalu keras terhadap Belanda. Demikian juga Pettalolo, sering
menasihati,namun nasihat itu bukan tidak dihormatinya, tapi jiwanya benar-benar
tidak mau menerima adanyakekuasaan Belanda di dalam wilayah yang sedang
dibinanya. Ada tekat bulat dalam hati Malonda “lebih baik berkelahi dahulu”.
Untuk mewujudkan tekadnya, Raja Malonda mengirim utusan keSigampa menemui Raja
Dolo bersama keluarga, juga ke Moutong/Tinombo untuk menemui Raja Tombolotutu.
Undangan Raja Malonda
diterima dengan senang hati oleh kedua Raja tersebut, danmereka siap berangkat
guna membantu keluarga. Pada hari yang telah ditetapkan Raja akanmengadakan
serangan, para undangan perang sudah berada di Bulu Bale dan
bertahan/bersiap-siapdi Lumbuganti, sebelum kapal perang Belanda yang
ditumpangi Residen Makassar itu berlabuh.Kedatangan residen, atas undangan tuan
Petoro untuk menangkap Raja Bale, karena dianggap sangat membahayakan kedudukan
Belanda.
Datupamusu berdua
Datupalinge dengan beberapa orang prajuritnya bertemu di Lumbuganti dengan
rekannya Raja Tombolotutu bersama para prajuritnya. Demikianlah dibulan Maret
1902 pagi-pagi sekali masuklah sebuah kapal perang Belanda di Donggala dari
Makassar membawa residen Bernama J.A.G Brugman.
Tuan Petoro (sebutan Lazim
waktu itu) segera memerintahkan kepada Pettalolo sebagaiWalikota Donggala dan
berpangkat Kapten der Buginezen untuk memanggil Haji Nontji, seorang pengawal
terpercaya dan tangan kanan Pettalolo, sewaktu melihat Pettalolo telah
tersungkur berlumuran darah, ia berpendapat bahwa kematian Pettalolo tidak lain
disebabkan tindakan kotordan biadabnya penjajah. Untuk itu, ia tidak lagi
berfikir panjang dan langsung melompat menyerbukearah residen untuk membunuh
Belanda itu, yang berada di ruang kantor tuan Petoro. Namun malang nasibnya
serdadu Belanda menembaknya, membuat Haji Nontji tersebut jatuhterkapar sekitar
3 meter dekat residen, sementara pertempuran sengit tengah berlangsung.Banyak
serdadu Belanda menemui ajalnya, terdiri dari Ambon dan Minahasa kendati bukan
gugur sebagai kusuma bangsa.
Magau La Malonda kembali ke
Istana bersama prajuritnya dengan selamat. Malamnya bertemu dengan regu bantuan
dari kerjaan Dolo dibawah pimpinan Datupamusu bersama adik sepupunye
Datupalinge dengan beberapa Tadulakonya. Juga Raja Tombolotutu. Lumbuganti sebelah
selatan istana Raja sebagai pertahanan bila sewaktu-waktu serbuan Belanda
menerobos kesana.
Seusai bermusyawarah dengan
para regu dari penguasa kerajaan Dolo dan Tinombo,Magau La Malonda merasa lebih
baik menyingkir dulu dari istananya, dan malam itu juga iamenyeberang ke
Tawaeli, ia merasa tidak ada teman seide, karenanya Raja Bale ini,
segeratinggalkan tempat menuju Sindue.
Residen perintahkan tuan
Petoro dan Raja Ganti Lamarauna untuk selekas bertindak agarLa Malonda
ditangkap dan terus dibawa ke Makassar guna menemani pamannya disana, yang
lebihdulu meringkuk di dalam penjara. Perintah itu sungguh memusingkan otak
Magau GantiLamarauna, sebab kerja yang tidak mudah dilaksanakan, sebab Malonda
bukan cuma seorang diri,sebab La Malonda didukung oleh dua kerajaan besar dari
dua jantan yang tak mungkin mau damai itu.
Sehubungan dengan perintah
residen itu, Lamarauna berpendapat akan lebih baikmenghubungi dahulu anak
Pettalolo bernama Mohammad Amir barulah ia bisa menentukan sikapuntuk melaksanakan
perintah Residen. Maka bertemulah Lamarauna Raja Ganti denganMuhammad Amir.
Sungguh bijak pendapat Muhammad Amir :
“Kematian seorang hamba
Tuhan tidaklah mungkin jika tidak seizin-Nya. Olehnya, sebaiknya Raja Bale
segera dipanggil pulang untuk memimpin kerajaan Bale kembali. Sudah pasti suatu
ketika kelak, Raja bakal mau berdamai dengan Kompeni, bila tidak, Belanda itu
akanbermain kasar terhadap anak pribumi. Sebab yang sudah mati tidak bakalan
hidup pula”
Mendengar pendapat Muhammad Amir yang
sangat menyenangkan itu, Raja Ganti bersyukur.Betapa tidak, Muhammad Amir
adalah seorang pemuda berpandangan jauh dan positif. Dia punmengerti betapa
banyaknya usaha untuk membujuk Belanda agar bertindak spontanitas terhadapRaja
Bale yang keras itu, sebab jalan damai masih bisa diusahakan demi menghindari
pertumpahandarah. Namun Belanda tetap perinsip penjajahannya.
Tidak lama setelah itu, Raja Bulu Bale bertahta kembali dengan hati gunda
mengenang peristiwa kematian Pettalolo.
“Engkau tidak bersalah saudaraku” demikian Raja Bale Malonda berseru dalam
hati.
SUASANA JADI CERAH
Karena bertahta kembali
Raja Bale La Malonda, suasana nampak ceriah di tiga wilayah, LaMalonda
merasakan pula sikap serta tindakan keterlaluannya beberapa waktu silam
membuatPettalolo telah mengucapkan isi hatinya, untuk sehidup semati dan bila
perundungan denganBelanda itu akan gagal pula? Mengenang peristiwa itu yang
agak jauh berlalu itu, Raja La Malonda berjernih hati dan pada suatu hari
berkunjunglah ia bersama putranya almarhum bersamaMuhammad Amir, kemakam
Pettalolo seraya bermohon kehadirat Tuhan Yang Maha Rahmankiranya menerima
Pettalolo sebagaimana ia menerima orang-orang saleh disisinya. Demikian do’a Raja
Bale saat berziarah di Pusara sahabatnya Pettalolo bekas Walikota Donggala,
yang berniatmenghadiri agar tidak terjadinya pertumpahan darah sia-sia, sebab
jalan damai begitu luas kelak bisa diperoleh. Dan jalan damai itulah ia ingin
ciptakan, selaku alat pertahanannya berdebat dengantuan Petoro dan Residen
Makassar, hingga berucap sehidup semati dengan rekannya Raja Bale,seperti
teruraikan diatas. Sebagai wujud ketulusan hati inilah, tergambar pada ucapan
puteranyaketika ditemui Raja Ganti Lamarauna, Muhammad Amir itu.
PERLAWANAN RAJA TOBOLOTUTU Bersambung ........
0 comments:
Posting Komentar