Nosalia berarti pesta, adalah
tempat berkumpulnya masyarakat di
suatu tempat (biasa di suatu rumah)
dimana berlangsung acara yang mengundang
keluarga atau handai taulan untuk turut
meramaikannya. Kata nosalia digunakan oleh
suku Kaili berdialek rai, dengan demikian nosalia
poboti berarti pesta perkawinan. Bagi suku
Kaili yang berdialek Ledo dan tara, pesta perkawinan
disebut nosusa karena dimaknai bahwa
menjadi tuan rumah bagi suatu pesta pernikahan merupakan pekerjaan yang merepotkan/ menyusahkan.
Peran (role) sering
dikaji dalam sosiologi, dalam
mengamati keberadaan seseorang atau institusi dalam masyarakat . Konsep peran sangat penting untuk dikaji, seperti peran pemimpin dalam lingkup organisasi yang digelutinya, peran nelayan dalam kehidupan sosial ekonomi,
peran LSM dalam membantu masyarakat,
termasuk peran perempuan dalam
masyarakat (termasuk bagaimana
masyarakat membentuk peran untuk dilakoni
perempuan).
Peran perempuan
dalam pandangan masyarakat cenderung
melihat bahwa peran perempuan idealnya
berada pada ranah domestik dan seakan menjadi kemutlakan, yaitu mengurus rumah tangga, mengurus anak dan suami, sehingga ada istilah tugas perempuan adalah seputar 3UR : kasur, dapur, dan sumur. Menjadi
kebutuhan zaman bahwa saat ini peran perempuan juga dituntut dapat berkiprah
pada bidang publik, kesempatan untuk memasuki arena publik telah diberikan oleh
pemerintah.
Tulisan ini bertujuan
mengkaji suatu budaya masyarakat yang meletakkan peran perempuan secara seimbang
antara aspek domestik dan publik yaitu pada budaya To Kaili (orang kaili) di Kota
Palu. Melalui tulisan ini diharapkan perempuan dapat belajar dan memahami
keragaman budaya masyarakat dalam memperlakukan anggota masyarakatnya, antar
laki-laki dan perempuan. Dan menjadi pembelajaran untuk memilih peran yang
disandang sesuai dengan tujuan hidup. Ketika ada perempuan yang mendapat
kesempatan untuk memilih perannya, misalnya lebih terbuka untuk beraktifitas
pada peran publik, atau peran sosial, namun memilih untuk mengabdikan diri di
ranah domestik, pilihan itu janganlah dianggap kurang bergengsi karena tidak
secara langsung menghasilkan keuntungan dari aspek materiil. Hal ini
dikarenakan di zaman sekarang walau ruang-ruang publik sudah banyak terbuka untuk
dimasuki perempuan, peran perempuan sebagai “Ratu” rumah tangga yang
betul-betul murni sebagai ibu rumah tangga adalah suatu yang istimewa dan ada
kemungkinan di waktu-waktu akan datang menjadi pekerjaan yang langka , karena
untuk menjadi ibu rumah tangga diperlukan kecerdasan emosional tersendiri; mengatasi
kejemuan pekerjaan yang sama haridemi hari, mungkin mengabaikan jenjang
pendidikan yang telah ditempuh, belum lagi bila tidak bisa menambah pendapatan
rumah tangga karena hanya suami sebagai pencari nafkah tunggal.
Sumber : Jurnal Online Kinesik Vol. 4 No. 1 April 2017
0 comments:
Posting Komentar