Mengenal Lebih Jauh Makam di tengah
Danau Lindu.
Berkunjung ke danau Lindu di Kabupaten Sigi, tak lengkap rasanya jika tak menapakan kaki
ke pulau kecil yang berada di tengah danau tektonik tersebut. Terletak pada
ketinggian 1000 mdpl, di tengah danau
sepanjang 9,6 Km dan memiliki lebar 4,8 Km itu, terdapat pulau kecil bernama
Pulau Bola. Di pulau itulah dijumpai
kuburan tradisional yang disebut
‘lumu’, yaitu berupa batang kayu
didalamnya berisi jasad Maradika Lindu.
Sekiranya sangatlah sulit untuk mengorek informasi tentang sosok
maradika yang jasadnya
diletakkan dalam batang pohon
tersebut. Bahkan sebatas menyebutkan nama beliau saja,
masyarakat sekitar Danua Lindu
harus memegang kepala mereka, hal itu di lakukan karena adanya kepercayaan
‘Pamali/Nakapali’yaitu kepercayaan bila menyebut nama Orang Tua atau sosok yang
dikeramatkan tanpa memegang Kepala, maka
akan mendapatkan marabahaya. Paling tidak dari masyarakat setempat, kemudian
didapatkan informasi bahwa empunya makam di
Pulau Bola itu bernama ‘Maradindo’.
Adalah Albert Christian Kruyt , Etnograft
sekaligus penginjil berkebangsaan
Belanda yang menuliskan sedikit informasi tentang keberadaan Makam di Pulau
Bola tersebut ke dalam bukunya berjudul;
De West Toradja OP Midden Celebes, terbit tahun 1932. Buku tersebut kemudian
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1984, melalui proyek
Pengembangan Permuseuman Sulawesi tengah.
Dalam Terjemahan itu , pada halaman 18-19 Kruyt menuliskan Bahwa
nama Maradindo adalah saudara dari Bulu. Dimana Bulu merupakan orang
yang menurunkan Raja-raja yang berada di
Kulawi dan Pipikoro. Maradindo digambarkan sebagai seorang maradika yang sangat
disegani pada eranya, Ia juga dikenal dengan nama mPo Randu.
Dituliskan Kruyt bahwa Maradindo
sebagai orang berilmukanuragan yang tinggi, di masa hidupnya ia
dipercaya mampu berjalan di atas air serta
mengendalikan hewan-hewan yang
ada di sekitarnya. Setelah wafatnya pun makam beliau digunakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Lindu
yang hendak pergi berperang, lalu sepulangnya dalam peperangan itu orang-orang Lindu meletakan bagian tubuh
lawan mereka pada makam kayu (lumu) Maradindo.
Pada Tahun 1902 , Paul dan Fritz
Sarassin mendokumentasikan kuburan Maradindo. Menurut Penduduk Lokal, Kuburan
Kayu (lumu) Maradindo terbuat dari batang pohon Palio, oleh karena itu
Maradindo acap kali sebut sebagai To I Lumu Palio yang berarti Orang yang
berbaring dalam kayu Palio.
Kisah Sosok Maradindo masih menyimpan sejuta misteri, Jika saja Penginjil
Belanda tak menuliskan sedikit tentangnya, kita tak akan tahu , siapa dan
bagaimana Leluhur Orang Lindu itu.
-
-
Foto: Makam kayu (Lumu) di Pulau Bola, Danau Lindu
Penulis : Mohammad Antho
Sumber : Historia Sulteng
0 comment:
Posting Komentar