Kain kulit kayu ini konon sudah dibuat sejak zaman prasejarah. Ini terbukti
dari penemuan pemukul kulit kayu atau yang biasa disebut batu ike pada situs
arkeologi di Kabupaten Poso dan Donggala. Inilah kain kulit kayu khas Sulawesi
Tengah, yang pelestariannya terus diupayakan hingga kini.
Pembuatan kain kulit kayu ini biasa dilakukan oleh kaum wanita setelah
menanam padi hingga menunggu waktu panen, dengan cara yang masih sangat
tradisional.
Tak semua jenis pohon bisa digunakan untuk membuat tekstil yang menyerupai
kertas ini. Untuk membuatnya, diperlukan tangkai-tangkai pohon nunu (pohon
beringin) atau pohon ivo yang berukuran 110-130 cm, untuk dikeluarkan
serat-seratnya yang terdapat di antara tulang dalam dan kulit luarnya.
Setelah itu, kulit kayu akan dimasak, difermentasikan, lalu dipukul-pukul
hingga merata menggunakan batu ike. Untuk mewarnainya, kain kulit kayu akan
direndam di lumpur untuk menghasilkan warna cokelat, serta direndam dengan
bunga atau berbagai tumbuhan untuk menghasilkan warna lain.
Kain kulit kayu biasa digunakan untuk membuat beberapa jenis pakaian,
seperti pakaian tradisional untuk upacara adat maupun pakaian sehari-hari.
Kain kulit kayu juga memiliki aneka jenis motif seperti, tanduk, tumpal,
bunga, dan belah ketupat. Adapun, aneka jenis motif ini mengandung makna
keberanian, kebangsawanan, keramahtamahan, dan persatuan.
Link : Mengulik Pembuatan Kain Kulit Kayu di Sulawesi Tengah
0 comments:
Posting Komentar