KAKULA,
Alat Musik Pukul
Orang Kaili
Seiring dengan masuknya Islam di
etnik Kaili Sulawesi Tengah pada tahun 1618, alat musik Kakula dikenalkan oleh
para mubaliq dari Sumatera Barat yang dipimpin Abd. Raqie Gelar Dato Karama
atau dikenal dengan sebutan Dato Karama. Kakula awalnya terbuat dari besi roda
pedati dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 5 cm, berbentuk bulat menyerupai
Talempong dari Sumatera Barat. Kakula dibuat sesuai dengan susunan nada, yakni
:
6 1
2 3 5
6 7
la, do, re, mi, sol, la, si
Untuk nada 4 (fa) saat itu tidak
digunakan dalam proses pembuatannya, karena lagu-lagunya pun tidak mengenal
nada tersebut dan masih Pentatonis. Kakula ini disebut Kakula Nu Ada (Kakula
untuk adat), yang dimainkan 3 hari sebelum dan sesudah pesta perkawinan
(Poboti) dan akil baliq (Nokeso). Fungsinya saat itu sebagai sarana
hiburan/komunikasi pada upacara adat di etnik Kaili Sulawesi Tengah.
Kakula dalam perkembangannya,
dimainkan sebagai musik iringan tari tradisional dan lagu daerah Sulawesi
Tengah. Kemudian pada tahun 1969 oleh seniman besar Sulawesi Tengah Hasan M.
Bahasuan, Kakula dibuat satu set dengan nada Diatonis, dari 7 nada menjadi 24
nada. Susunan nada itu sebagai berikut :
Baris I :
1 2 4
5 6 4
3 2
Baris II :
1 2 3
4 5 6
7 1
Baris III :
7 6 5
4 4 3 2 2
Sumber : Link KAKULA
0 comments:
Posting Komentar