Pangisani (Bahasa Kaili Ledo), adalah Ilmu. Semua jenis Ilmu dinamakan Pangisani dalam Bahasa Kaili Ledo. Pangisani adalah merupakan suatu pegangan hidup pada masa masyarakat suku Kaili di zaman dahulu. Di zaman Suku Kaili sudah mengenal peradaban, maka saat itulah masyarakat memahami Adat atau dalam bahasa Kaili Ledo disebut Ada. Pangisani dan Ada, adalah dua hal yang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum membahas lebih jauh tentang Pangisani, kita harus mengenal terlebih dahulu tentang Suku Kali.
SUKU KAILI
Suku Kaili adalah salah satu suku di Indonesia yang mendiami provinsi Sulawesi Tengah. Ada banyak versi cerita mengenai asal usul nama Kaili. Salah satunya adalah berasal dari nama pohon dan buah Kaili yang umumnya tumbuh subur di daerah ini, terutama di tepi sungai Palu dan teluk Palu. Menurut cerita daerah itu, di kampung Bangga ada sebuah pohon Kaili yang tumbuh menjulang tinggi yang banyak digunakan pelaut sebagai panduan dalam menentukan arah ke pelabuhan Banggai. Suku Kaili memiliki wilayah yang cukup luas, bahkan terbesar di Sulawesi Tengah. Dalam sejarah, suku ini dulunya adalah sekelompok orang yang turun dari dataran tinggi Sulawesi Tengah ke lembah-lembah sampai pesisir hingga membentuk komunitas yang besar. Jangkauan peradaban suku ini sangat luas, yang meliputi wilayah kabupaten Donggala, kabupaten Sigi, dan kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara gunung Gawalise, gunung Nokilalaki, Kulawi, dan gunung Raranggonau. Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi kabupaten Parigi-Moutong, kabupaten Tojo-Una Una, dan kabupaten Poso. Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di teluk Tomini, yaitu Tinombo, Moutong, Parigi, Sausu, Ampana, Tojo, dan Una Una. Sedangkan di kabupaten Poso, mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli, dan pesisir pantai Poso.
Kepercayaan Suku Kaili
Suku Kaili merupakan salah satu suku tertua yang ada di Indonesia. Sebagaimana suku tertua, mayoritas masyarakat dalam suku ini menganut animisme yang percaya kepada benda-benda seperti batu, pohon besar, dsb.. Mereka juga percaya kepada dewa-dewa. Sebagian suku Kaili ada yang percaya kepada tuhan (Dewa) yang disebut Tomamuru (sang pencipta), Buriro (penyubur tanah), dan Tampilangi (penyembuhan). Namun, sejak agama Islam masuk dan tersebar di antara suku ini, perlahan mereka meninggalkan kepercayaan animisme dan beralih ke ajaran Islam. Salah satu orang yang berperan besar dalam mengajar dan menyebarkan ajaran Islam adalah keturunan raja Minangkabau, yaitu Abdul Raqi. Perkembangan Islam di suku Kaili sangat cepat sehingga dipastikan mayoritas suku Kaili menganut ajaran Islam.
Pada zaman dahulu, lapisan sosial masyarakat suku Kaili terbagi menjadi beberapa golongan. Di antaranya golongan raja dan turunannya (madika), golongan bangsawan (to guru nukapa), golongan orang kebanyakan (to dea), dan golongan budak (batua). Selain itu, mereka juga memandang tinggi golongan sosial berdasarkan keberanian (katamang galaia), keahlian (kavalia), kekayaan (kasugia), kedudukan (kadudua), dan usia (tetua). Di dalam masyarakat ini terdapat tiga pola pemukiman adat, yakni Ngapa (pola pemukiman mengelompok padat), Boya (pengelompokan komunitas kecil menyebar), dan Sampoa (tempat berlabuhan). Upacara-upacara adat merupakan kekhasan yang dimiliki suku Kaili. Mata pencaharian utama suku Kaili adalah bercocok tanam di sawah maupun di ladang. Sementara itu, bagi mereka yang tinggal di pesisir, mata pencarian mereka adalah nelayan dan berdagang.
Sumber : https://www.sabda.org/publikasi/40hari/2014/10
Dalam pergaulan antar suku bangsa di Sulawesi bagian tengah setiap nama suku bangsa dilengkapi dengan prefiks (imbuhan diawal kata dasar) to yang berarti "orang". Sehingga orang Kaili disebut Tokaili atau To Kaili. Sub suku yang lain juga adalah Palu (To-ri-Palu), Biromaru, Dolo, Sigi, Pakuli, Bangga, Baluase, Sibalaya, Sidondo, Lindu, Banggakoro, Tamungkolowi, Baku, Kulawi, Tawaeli (Payapi), Susu, Balinggi, Dolago, Petimpe, Raranggonau dan Parigi.
Selain itu ada pula di antara kelompok-kelompok mereka yang digolongkan orang luar sebagai masyarakat "terasing", karena jarang sekali berhubungan dengan dunia luar. Sementara itu di kalangan berbagai sub-suku bangsa tersebut terjadi lagi penggolongan menurut wilayah pemukiman dan hubungan kekerabatan.
Bahasa Suku Kaili
Bahasa Kaili termasuk golongan "bahasa tak" atau bahasa ingkar. Bahasa Kaili terbagi pula ke dalam beberapa dialek, di samping adanya bahasa-bahasa sub-suku bangsa tertentu yang dianggap asing bagi sub-suku bangsa yang lain. Dialek-dialek itu antara lain dialek Kaili, dialek Tomini, dialek Dampelas, dialek Balaesang, dialek Pipikoro, Bolano, Patapa, dan lain-lain.
Sumber : https://suku-dunia.blogspot.com/2014/09/sejarah-suku-kaili.html
Setelah kita mengenal Suku Kaili dan peradabannya, selanjutkan kita bahasa mengenai Pangisani pada masyarakat Suku Kaili.
Pangisani juga sangat erat hubungannya dengan Kepercayaan atau Keyakinan. Indonesia memiliki keragaman budaya yang termasuk di dalamnya adalah aliran kepercayaan. Hal ini berbeda dengan agama yang telah resmi diakui. Untuk mengenalnya lebih lanjut, simak macam-macam kepercayaan di Indonesia yang masih diikuti hingga kini.
1. Kejawen (Jawa)
Kejawen merupakan aliran kepercayaan yang berasal dari suku Jawa. Kepercayaan ini memiliki konsep bahwa penganut tetap percaya dan teguh pada leluhur agar berkah bagi diri sendiri dan keluarga lainnya. Namun, masyarakat tetap menganut agama yang diyakini.
2. Sunda Wiwitan
Sunda Wiwitan, salah satu aliran kepercayaan di Indonesia yang telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Aliran kepercayaan ini dapat ditemui pada daerah Kanekes, Banten; Kampung Naga, Cirebon, dan Cigugur, Kuningan.
Konsep dari Sunda Wiwitan adalah pemujaan terhadap roh nenek moyang yang disakralkan. Selain itu, kepercayaan ini juga memiliki satu Tuhan yang disebut juga dengan Sang Hyang Kersa. Tradisi dalam kepercayaan ini juga dipengaruhi oleh unsur Hindu dan Islam.
3. Kaharingan
Kaharingan merupakan kepercayaan yang mulanya berkembang dari Kalimantan. Penganut kepercayaan ini sebagian besar berasal dari suku dayak yang telah ada sejak zaman dahulu.
Kaharingan diketahui memiliki kepercayaan terhadap adanya entitas yang sering disebut dengan Ranying. Sebutan tersebut sering disamakan dengan Tuhan. Secara tradisi, kepercayaan Kaharingan masih orisinil dan tidak dapat disamakan dengan agama lainnya.
4. Malim
Malim adalah kepercayaan di Indonesia yang juga menjadi agama asli dari tanah Batak. Pengikut kepercayaan ini dinamai dengan Parugamo Malim, atau bisa disingkat Parmalim.
Malim pada dasarnya memiliki kepercayaan bahwa Danau Toba dan Pulau Samosir adalah tempat yang suci. Selain itu, merkea juga memiliki Tuhan bernama Debata Mulajadi Na Bolon, atau yang Maha Awal dan Maha Besar.
Lalu apa hubungannya Pangisani dengan Keparcayaan ?
Pangisani sangat erat hubungannya dengan Kepercayaan atau Keyakinan. Pangisani dapat diartikan sebagai Pengetahuan (Bahasa Indonesia). Namun, pengertian Pangisani dalam pemahaman Suku Kaili adalah merupakan Ilmu yang luar biasa yang dimiliki oleh seseorang yang memiliki kemampuan lebih dari kelebihan yang dimiliki orang lain.
Pangisani dapat digolongkan sebagai Ilmu Kanuragan. Ilmu kanuragan lekat dengan kehidupan masyakakat di tanah Kaili, yang pada masa itu sangat terkenal di zaman Tomalanggai dan Tomanuru. Pada zaman dahulu ilmu-ilmu ini banyak digunakan untuk membela diri. Dalam budaya Kaili, ilmu kanuragan melibatkan pengembangan kekuatan batin dan fisik untuk mencapai tingkat keterampilan yang luar biasa. Ilmu kanuragan diwariskan melalui lisan dan praktik spiritual. Ilmu ini sering kali dikaitkan dengan energi gaib dan mantra-mantra (gane-gane) kuno. Tentunya penerapan Pangisani (gol. Ilmu Kanuragan) sangat erat kaitannya dengan kepercayaan atau keyakinan.
Secara tradisional ada beberapa ilmu kanuragan yang
terkenal di tanah Kaili pada
zaman dahulu yang terkenal ampuh.
1. Pangisani
Mpelali.
Cara kerja Pangisani Mpelali adalah menyerap atau mematikan kesaktian lawan
yang ingin menyerang atau berniat buruk. Sehingga langsung membuat lawan lumpuh
dan roboh.
2. Pangisani
Nakaba.
Pangisani Nakaba bukanlah ilmu untuk
menyerang lawan akan tetapi untuk menginginkan kehidupan yang kekal. Orang yang
memiliki ilmu ini diyakini tidak mudah dikalahkan. Luka dapat pulih seketika,
anggota badan yang terputus dapat menyatu sehingga mereka sulit untuk mati. Pangisani Nakaba
adalah ilmu yang dapat memulihkan daya tahan tubuh. Siapa saja yang mengamalkan
ilmu kanuragan ini maka akan memiliki kekebalan tingkat tinggi. Misalnya,
tergores pisau sampai terbacok atau hingga diledakkan pun tidak akan membuat
dirinya meninggal. Karena itu tingkat Pangisani Nakaba ini dinilai hampir
sangat sempurna. Konon cerita ajian ini berasal dari jin dan makhluk jahat
lainnya. Oleh sebab itu Pangisani Nakaba ini digolongkan sebagai ilmu hitam,
3. Pangisani
Nosigavu
Pangisani Nosigavu, adalah ilmu yang mampu melenyapkan diri sehingga tidak
terlihat oleh orang lain. Pangisani Nosigavu adalah jenis ilmu halimunan
(Jawa), sering digunakan untuk menyerang lawan, menghindar dari kejaran lawan.
4. Pangisani
Ntarabuka
Pangisani Ntarabuka adalah jenis ilmu yang sangat luar biasa. Ajian ini
bila disalurkan lewat suara maka bentakkannya akan membuat tuli yang
mendengarkan. Ketika ajian ini digunakan di tengah riuhnya peperangan, musuh langsung
melarikan diri dan menyerah. Sedangkan jika disalurkan lewat telapak tangan,
maka efeknya terasa seperti pukulan yang panas layaknya bara api.
5. Pangisani Sando Ntamosanga
Pangisani Sando Ntamosanga adalah ilmu kanuragan yang sangat luar biasa,
karena ilmu ini dipercaya mampu membunuh jin. Oleh karena itu, bagi seseorang
yang mempunyai ajian ini sangat ditakuti oleh bangsa makhluk halus. Konon ilmu
kanuragan ini banyak dipelajari oleh para pendekar untuk kedamaian. Sebab pada
zaman dahulu banyak para pendekar yang menggunakan ilmu hitam untuk membuat
kerusuhan. Selain itu ajian Pangisani Sando Ntamosanga ini bisa digunakan untuk
mengobati orang yang terkena pengaruh ilmu gaib, seperti guna-guna, sihir,
santet dan yang lainnya.
6. Pangisani Mpombali.
Pangisani Mbombali dikenal sebagai ilmu olah spiritual tingkat tinggi, yang
bisa dimiliki kali-laki maupun perempuan, bahkan anak-anak. Namun tidak sedikit
masyarakat yang mempunyai pemahaman bahwa ilmu Mpombali merupakan golongan ilmu aliran kiri dan
memiliki konotasi buruk. Penampakan mahluk jadi-jadian (mboa, kalomba dll)
diyakini dalam berbagai bentuk menyerupai semua benda ataupun hewan, termasuk
seperti nyala api yang berjalan mengambang pada malam hari. Namun uniknya
meskipun ilmu yang di gunakan leluhur itu masih ada sampai sekarang, tapi para
Pengguna yang mempunyai ilmu ini lebih memilih merahasiakan pada orang lain
bahkan anak istri atau suaminya.
7. Pangisani Nggaraka
Ilmu ini merupakan salah satu ajian ilmu kanuragan yang biasa digunakan
orang zaman dulu untuk melawan musuh saat berperang. Ilmu ini juga dipercaya sebagai ilmu
tingkat tinggi dalam ilmu kanuragan. Konon, orang yang memiliki ilmu kanuragan
ini mampu melayangkan pukulan yang sangat dahsyat. Bahkan saking luar biasanya,
ajian ini bisa menghancurkan besi atau baja. Oleh karena itu orang yang
memiliki ajaran Pangisani Nggaraka harus seseorang memiliki tingkat kesabaran
yang tinggi dan mampu mengontrol emosi jiwa.
8. Pangisani
Ntamalove.
Ajian ini adalah ilmu kanuragan yang sering digunakan oleh para Tomalanggai
atau para wali pada masa lalu. Adapun tujuannya adalah untuk menyebarkan agama /kepercayaan,
agar mudah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Ilmu ini diyakini
mampu meringankan tubuh seseorang yang mengamalkannya, hingga berlari dengan
sangat cepat seperti angin bahkan di atas air sekalipun. Menurut para praktisi
spiritual ilmu kanuragan ini masih ada sampai saat ini. Hanya saja syarat untuk
mendapatkan Pangisani Ntamalove sangatlah sulit.
9. Pangisani Doti.
Pangisani Doti (Nedoti) bukanlah ilmu untuk menyerang lawan di medan pertempuran, akan tetapi untuk menginginkan mengakhiri kehidupan lawan atau orang lain dengan kekuatan mantra-mantra (gane-gane). Ilmu Doti adalah Ilmu Balas Dendam. Orang yang memiliki ilmu ini diyakini tidak mudah dikalahkan, sehingga mereka sulit untuk mati. Pangisani Doti adalah ilmu yang dapat melemahkan dan menghancurkan daya tahan tubuh. Siapa saja yang mengamalkan ilmu ini maka akan memiliki pantangan tingkat tinggi. Ilmu Doti banyak macamnya, ada hanya membuat orang lain menderita berkepanjangan dengan penyakit yang dirasakannya. Apa pula membuat orang lain menderita tiada ampun hingga mengakibatkan kematian. Ilmu Doti termasuk Ilmu Hitam dan masuk golongan Ilmu Sihir.
10. Pangisani Tamasi.
Pangisani Tamasi adalah ilmu yang sering digunakan untuk menangkal atau mencegah suatu tindakan atau perbuatan orang lain atas dirinya. Sejahat apapun orang dan sekejam apapun dirinya, bila bertemu dengan orang yang memiliki ilmu Tamasi, pasti kemarahannya akan sirna, berubah menjadi perasaan kasihan yang tak terhingga bila menjumpai seseorang yang punya ilmu Tamasi. Ilmu Tamasi biasanya diterima seseorang dari orang lain melalui proses ijab kabul (serah terima) dari seorang yang disebut Guru.
11. Dan masih banyak
lainnya. Ilmu ini termasuk ilmu Sihir ? Wallahu A’lam bish Shawaab.
Pada zaman Tobaraka di kalangan suku Kaili, Pangisani lebih ditafsirkan sebagai ilmu spiritual yang dipelajari untuk melindungi diri dan biasanya dipelajari melalui Tarekat yaitu di bawah bimbingan guru, sambil mengamalkan sejumlah tindakan tertentu.
Sejarah tarekat di Indonesia
dimulai bersamaan dengan masuknya ajaran agama Islam ke bumi Nusantara. Kala
itu, sebagian besar ulama yang datang ke Nusantara diyakini telah mengajarkan
agama Islam dengan kapasitas mereka sebagai guru-guru sufi. Adapun tarekat
diketahui kali pertama berkembang di Indonesia sekitar pada abad ke-16 Masehi.
Ada sekitar 45 tarekat yang
berkembang di dunia. Sebagian besar tarekat masih ada hingga kini, tetapi ada
juga beberapa yang telah punah. Adapun di Indonesia, tarekat dikelompokkan
menjadi dua, yakni thariqah mu'tabarah (tarekat yang sah karena sanad muttashil
atau memiliki silsilah yang terhubung hingga kepada Nabi Muhammad) dan thariqah
ghairu mu'tabarah (tidak sah karena silsilahnya terputus).
Aliran-aliran tarekat yang
berkembang di bumi Nusantara kala itu meliputi Tarekat Qadiriyyah, Tarekat
Syatariyyah, Tarekat Naqsabandiyyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Samaniyah,
hingga Tarekat Alawiyah.
Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan
oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba
memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama wahyu
berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap
eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan. Berbagai agama
lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia. Keberadaan
Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan dengan penuh kelembutan oleh para
sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran
baru yang sejalan dengan tuntutan nuraninya.
Bersambung ......
0 comment:
Posting Komentar