Rabu, 22 Januari 2025

Tonda Talusi

Silahkan bagikan :
۞ السَّــــــلاَمُ عَلَيْــــــكُمْ وَرَحْمَــةُ اللــــهِ وَبَرَكَاتُــــــــــهُ ۞
۞ بســـــــــــــم اللّـــه الرّحمٰن الرّحيـــــــــــــم ۞
-------------------------------------------------------------

 

Tonda Talusi (prinsip harmoni) 

Prinsip kebersamaan dalam konsep sintuvu masyarakat Kaili direalisaikan dalam sistem atau pola yang disebut tonda talusi. Tonda artinya tungku, talusi  artinya tiga penyangga  (Sumber:  Tjatjo Tuan Sjaichu, hasil wawancara tanggal 13  Agustus 2018). 

Tonda talusi merupakan kearifan lokal masyarakat Kaili dalam mewujudkan harmonisasi  sebagai suatu upaya untuk meminimalisir terjadinya konflik (Sumber: Iksam, 26 September 2018).  Tonda talusi dalam konteks kebersamaan masyarakat Kail merupakan sistem nilai yang dibangun atas dasar konsep sintuvu untuk mewujudkan keharmonisan dalam masyarakat. Nilai-nilai yang mendasari tonda talusi adalah kekeluargaan, musyawarah, kerja sama, dan harmoni.   

Tonda talusi adalah filosofi masyarakat Kaili yang menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dengan alam semesta, dengan sesama manusia, dan dengan Tuhan. Tonda talusi artinya tiga penyangga (tungku) kehidupan masyarakat Kaili. Prinsip-prinsip kebersamaan dalam falsafah  Tonda Talusi, meliputi 3 pilar kehidupan masyarakat Kaili yang dilandasi nilai-nilai kebaikan, yaitu:

1) Matuvu Mosipeili artinya baku lihat,

2) Matuvu Mosiepe artinya baku dengar,

3) Matuvu Mosimpotove artinya baku sayang.

Tonda Talusi menggambarkan tiga tungku penyangga kehidupan dalam masyarakat Kaili (Sumber: Rum Parampasi, hasil wawancara tanggal 24 Juli 2018). 

Konsep  tonda talusi dalam perkembangannya dimaknai sebagai hubungan kerja sama dalam masyarakat antara pemerintah, tokoh adat, dan tokoh agama sebagai representasi dari harmonisasi hubungan manusia dengan alam semesta, sesama manusia, dan Tuhan.  Tonda Talusi merupakan pendekatan untuk mencegah terjadinya konflik dalam masyarakat Kaili melalui tiga pilar tersebut agar masyarakat senantiasa merasa tenteram dan nyaman hidup di tanah Kaili. Tonda talusi merupakan warisan pranata sosial yang dibangun para leluhur sejak ratusan  tahun silam sebagai kearifan To Kaili. Tonda talusi sebagai tiga pilar penyangga kehidupan dalam masyarakat Kaili sekarang ini pendekatannya menggunakan beberapa unsur yaitu:

1) Tonda  (tungku) yang pertama melibatkan Pemerintah Daerah, Polri, dan TNI;

2) Tonda (tungku) kedua melibatkan tokoh  adat;

3) Tonda (tungku) ketiga melibatkan tokoh agama.

Pola tersebut sangat efektif digunakan dalam menangkal atau melakukan deteksi dini pada lingkungan terkecil dalam masyarakat yaitu RT, RW, dan kelurahan sebagai tindakan preentif dan preventif dalam mengenal orang-orang di lingkungan tersebut. Dengan mengenal nama dan domisili warga masing-masing diharapkan dapat mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang dapat mengganggu ketenteraman warga masyarakat serta menghindari terjadinya konflik yang berkepanjangan (Sumber: Timuddin,  hasil wawancara tanggal 26 Juli 2018).  

Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Kaili dalam prinsip nosarara nosabatutu,  ada nosibolai, libu ntodea, dan  tonda talusi menggambarkan bahwa masyarakat Kaili adalah masyarakat yang memiliki karakter kuat dalam menjalin hubungan kebersamaan dan kerja sama dengan orang lain. Nilai-nilai dasar yang dibangun dalam kebersamaan masyarakat Kaili dalam perjalanan sejarahnya, kemudian dipahami oleh masyarakat Kaili sebagai komponen yang membentuk budaya persatuan atau gotong royong disebut sintuvu. Latar belakang lahirnya  sintuvu adalah semangat kebersamaan atau persatuan masyarakat Kaili yang dilandasi oleh nilai-nilai  harmoni, kekeluargaan,semangat berbagi, solidaritas, musyawarah mufakat, tanggung jawab, dan keterbukaan. Nilai-nilai keutamaan tersebut menjadi nilai dasar dalam memahami budaya sintuvu sebagai  prinsip persatuan dalam masyarakat Kaili


۞ الحمد لله ربّ العٰلمين ۞

-------------------------------------------------------------

0 comments:

Posting Komentar

۞ PETA LOKASI Wilayah ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞