Bahasa Kaili adalah bahasa daerah yang terbesar di Kabupaten
Donggala dan Sigi di Sulawesi Tengah. Kebanyakan orang Kaili tinggal di daerah
kota Palu dan kedua sisi Sungai Palu dan lereng gunung timor dan barat. Penutur asli diperkirakan 330.000 jiwa. Ciri khas daerah ini adalah bahwa bahasa di
tiap kampung memiliki keistimewaan sendiri.
Bahasa Kaili terdiri dari beberapa dialek dan tiap dialek ada
beberapa variasi. Dialek Ledo adalah
dialek yang paling terkenal dan paling besar. Namun ada juga dialek Ija, Unde,
Da'a, Rai, Tara, Inde, Taa, Doi, Edo, Ado, dll.
Kebanyakan orang yang berbahasa Ledo mengaku bahwa nenek moyangnya
berasal dari gunung di sebelah timor lembah Palu.
Upaya pelestarian bahasa daerah sesungguhnya sudah diupayakan oleh pihak terkait selama
ini. Misalnya di sekolah sekolah dasar di kota Palu sejak beberapa tahun yang
lalu telah diadakan pelajaran bahasa Kaili sebagai Mulok atau Muatan Lokal.
Namun, upaya pelestarian ini secara formal hanya sampai tingkat
sekolah dasar. Sebab untuk sekolah menengah Mulok bahasa daerah tidak ada lagi.
Padahal dampak pengajaran bahasa daerah
di sekolah sesungguhnya sangat positif.
Semua peserta didik yang berasal dari berbagai suku harus belajar bahasa Kaili.
Asyik ya?
Para peserta didik berupaya untuk tahu, dalam artian mereka mengerjakan semua tugas
berbahasa Kaili entah bagaimana caranya (mungkin sebagian ada yang berguru pada
para penutur asli bahasa Kaili). Selanjutnya bagaimana?
Setelah tamat dari sekolah dasar apa mereka masih bisa
menyambung pengetahuannya akan bahasa Kaili secara mandiri atau otodidak? Siapa
yang akan mengajari mereka lagi? Apakah buku buku dan kamus berbahasa Kaili
mudah untuk diperoleh? Apakah kondisi yang ada di lingkungannya mendukung
mereka untuk terus belajar bahasa Kaili?
Untuk merespon keadaan tersebut maka sekali lagi dengan rendah
hati penulis mencoba memperkenalkan
beberapa kosa kata dan kalimat sederhana dalam bahasa Kaili yang semoga bisa
membantu mereka yang ingin belajar bahasa Kaili,
Tidak disangkal, meski sebagian besar generasi milenial kita mungkin sudah tidak minat lagi dengan bahasa daerah, tapi penulis yakin bahwa di kalangan masyarakat luas masih ada mereka yang mau dan ingin tahu apa dan bagaimana bahasa Kaili. Meski hanya untuk tujuan ‘mereka tidak bisa dijual orang karena tidak paham arti bahasa.
0 comments:
Posting Komentar