Peta Borneo, Sulawesi, dan Maluku, tahun 1700
Persebaran makhluk
hidup di permukaan bumi diakibatkan oleh perubahan yang dialami permukaan bumi.
Di Nusantara, laut luas yang memisahkan Jawa, Sumatra, dan Borneo serta
Semenanjung Malaka adalah lautan dangkal. Pulau-pulau ini, terpisah dari Asia
daratan akibat penurunan daratan. Itu bisa dilihat dari bukti kemiripan fauna.
Dalam Kepulauan
Nusantara, Wallace menjelaskan, fauna di daerah yang berdekatan biasanya
memiliki banyak kemiripan. Begitu pula yang hidup pada kurun waktu berdekatan
dalam wilayah yang sama. Sementara fauna di daerah yang berjauhan akan memiliki
perbedaan signifikan. Begitu pula dengan fauna dalam wilayah yang sama, tapi di
periode waktu yang berjauhan.
“Perubahan spesies terutama
spesies yang umum dan berasal dari satu famili, hanyalah masalah waktu,” kata
Wallace.
Namun, naturalis
Inggris itu menambahkan, dalam suatu kurun waktu, mungkin telah terjadi
perubahan bentuk hewan di satu daerah. Adapun di daerah lain bentuknya lebih
permanen. Begitu atau bisa juga sama-sama terjadi perubahan dengan cara yang
berbeda.
“Dalam setiap kasus, jumlah
individu fauna suatu daerah sampai tahap tertentu dapat menjadi tolok ukur
seberapa lama suatu daerah terisolasi dari daerah di sekitarnya,” lanjutnya.
Wallace mengatakan,
gajah, tapir Sumatra dan Borneo, badak Sumatra dan Jawa diketahui menghuni
beberapa bagian Asia Selatan. Hewan-hewan itu tak mungkin menyeberangi selat.
Migrasi hewan tentu berbeda dengan manusia yang punya kemampuan membangun
kapal. Artinya, dulunya pernah ada hubungan darat. Mamalia yang lebih kecil
juga hidup di tiap-tiap pulau tersebut dan di Benua Asia.
Perubahan fisik
besar-besaran terjadi sewaktu ada perpecahan dan penurunan daratan secara luas.
Ini berakibat beberapa hewan punah di pulau-pulau tertentu. Dalam beberapa
kasus, bahkan menyebabkan perubahan spesies.
Wallace menerangkan,
Pulau Jawa punya banyak burung. Burung-burung ini tak pernah menyeberang ke
Sumatra meski pemisahnya hanya selat selebar 15 mil. Pun dengan pulau-pulau
kecil bertebaran di sepanjang pemisah itu. Akhirnya, Jawa punya lebih banyak
burung khas dibanding Sumatra dan Kalimantan. Fakta ini menunjukkan Pulau Jawa
lebih dulu terpisah dari Benua Asia.
Sementara, pulau di
bagian timur Nusantara memperlihatkan kesamaan faunanya dengan Benua Australia.
Sementara, perbedaan jenis fauna ditemukan lagi di bagian tengah Nusantara
khususnya Sulawesi dan Maluku. Di Jawa dan Kalimantan selalu ditemukan monyet,
kucing hutan, rusa, musang, berang-berang, dan berbagai jenis tupai. Hewan itu
tak ada di Sulawesi dan Maluku. Di sana hanya ada kuskus, babi hutan, dan rusa.
“Kesimpulannya, semua pulau di
sebelah timur Jawa dan Borneo (Kalimantan), kecuali Celebes (Sulawesi),
merupakan bagian dari Benua Australia atau Pasifik, walaupun beberapa pulau tak
pernah menyatu dengan benua itu,” kata Wallace.
Rangkaian pulau itu
telah terpisah bukan saja sebelum pulau bagian barat Nusantara terpisah dari
Asia. Namun juga sebelum daerah Asia paling tenggara muncul ke permukaan laut.
Sementara, sebagian
Jawa dan Kalimantan merupakan formasi geologis yang masih muda. Perbedaan besar
dalam spesies, antara flora dan fauna Kepulauan Nusantara bagian timur dan
Australia, juga kedalaman laut yang memisahkan, menunjukkan proses pemisahan yang
telah lama.
Untuk Sulawesi,
Wallace menemukan keanehan. Beberapa kelompok fauna yang ditemukan di
pulau-pulau sebelah kiri dan kanan Sulawesi, tidak ditemukan di pulau itu.
Misalnya, genus Ceyx dari famili burung murai, genus Rhipidura dari famili
burung pemangsa serangga, dan genus Erythrura dari famili burung kutilang.
Burung-burung itu ditemukan di Maluku, Kalimantan, dan Jawa, tetapi tidak di Sulawesi.
Sementara dari
kelompok serangga, genus kumbang mawar (Lomaptera) ditemukan di setiap daerah
dan pulau antara India dan Papua. Namun, lagi-lagi tidak ada di Sulawesi.
“Hilangnya beberapa
kelompok burung dan serangga di daerah yang terletak di tengah wilayah
persebaran mereka mungkin bukanlah fenomena yang sangat unik, tapi saya yakin
bahwa tak ada tempat lain dengan ciri semencolok itu dan tentu menambahkan satu
hal lagi ke dalam karakteristik aneh dari pulau luar biasa ini,” tulisnya.
Menurutnya, umur
Sulawesi yang sangat tua juga penting untuk dikaitkan dengan bentuk hewan di
pulau itu yang tak menunjukkan persamaan dengan karakteristik India atau
Australia, tetapi Afrika. Wallace pun menduga, kemungkinan besar Sulawesi
terbentuk bukan hanya sebelum pemisahan Sumatra, Kalimantan, dan Jawa dari
Benua Asia. Namun, dari periode yang lebih jauh lagi di masa lampau, saat
daratan yang membentuk ketiga pulau itu belum naik ke atas permukaan laut.
Dalam penelitiannya,
Wallace menarik kesimpulan, Sulawesi tak pernah menjadi bagian dari daratan di
bagian barat Nusantara (Astro-Melayu). Indikasinya, Pulau Sulawesi adalah hasil
perluasan Benua Asia di bagian timur pada masa lalu. “Sulawesi menjadi contoh
paling mencolok dalam studi mengenai persebaran geografis fauna di dunia,”
ujarnya.
Sumber : https://historia.id/kuno/articles/pulau-tertua-di-nusantara-P14QO/page/1
0 comments:
Posting Komentar