Provinsi Sulawesi Tengah
merupakan salah satu daerah di Pulau Sulawesi yang belum banyak diketahui oleh
masyarakat Indonesia. Letak provinsi ini tepat berada di tengah Pulau Sulawesi.
Dalam sebuah hasil wawancara dengan Koordinator Komunitas Historia Sulawesi
Tengah (KHST) Muhammad Herianto mengatakan bahwa secara astronomis dan
geografis, jika diukur dari seluruh titik terjauh maka titik tengah Indonesia
berada di Sulawesi Tengah.
Jika diukur lebih presisi lagi,
titik tengah itu persis berada di kawasan Lembah Besoa, Napu, dan Bada. Kawasan
ini merupakan bagian dari kawasan cagar budaya Megalitikum yang tersebar di
wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi. Sebagai bagian
dari cagar budaya, lokasi ini layaknya surga, tersembunyi di balik gugusan
gunung yang terbentang memanjang dari Taman Nasional Lore Lindu di Kabupaten
Sigi hingga masuk ke wilayah tanah Poso. Tidak hanya itu, daerah ini juga
disusuri oleh Sungai Lariang yang menjulur melewati pegunungan Nokilalaki.
Lembah Besoa, Napu, dan Bada
adalah bagian dari “puing’ peradaban masa lalu. Dikutip dari Antaranews, hasil
penelitian arkeologi mengungkapkan bahwa peradaban ini tercatat dalam sejarah
lahir pada 3.000 tahun yang lalu. Bukti keberadaan peradaban itu dapat ditemui
melalui peninggalan situs-situs seperti Patung Palindo, Arca Menhir, kuburan
batu, serta sejumlah benda sejarah lainnya yang terbuat dari batu. Oleh para
arkeolog, benda-benda tersebut membuktikan sebuah peradaban yang sangat maju
pada zamannya.
Tercatat ada sekitar 900 lebih
megalit yang dapat ditemukan di kawasan ini. Data lain menunjukkan angka 1.466
temuan megalitik (per 2013). Megalit ini diperkirakan merupakan peninggalan
gelombang migrasi Austronesia sekitar 5.000 tahun yang lalu. Berbagai macam
bentuk dan ukuran megalit tersebar di Lembah Besoa, Napu, dan Bada. Ukuran batu
tertinggi menyerupai manusia setinggi empat meter dengan lebar rata-rata 1,5
sampai 2,5 meter. Bentuk batu cukup beragam antara lain patung arca, kalamba,
tutu’na, dan dakon.
Dengan banyaknya bukti sejarah
masa lalu di wilayah ini, menjadikannya sebagai tempat yang layak digelari
negeri seribu megalit. Kekayaan sejarahnya sudah cukup membuat Lembah Besoa,
Napu, dan Bada dianugerahi sebagai negeri indah dengan daya tarik tersendiri.
Sebuah negeri yang menjadi unsur penghubung antara peradaban masa lalu dengan
peradaban saat ini.
Itulah salah satu alasan yang
membuat Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2023 mencanangkan Negeri
Seribu Megalit untuk kawasan ini. Suatu kebijakan yang tentunya patut
diapresiasi karena dapat mengangkat nama kawasan ini untuk lebih dikenal masyarakat
umum.
Kemegahan Lembah Besoa, Napu, dan
Bada tidak hanya dapat dinikmati dari sisi historisnya. Secara bentang alam,
kawasan ini menyajikan keindahan alam yang tidak ada duanya. Ketiga daerah
tersebut berada di ketinggian 1.000 mdpl. Dengan letak yang cukup tinggi, dapat
dibayangkan indahnya pemandangan alam di daerah sekitar.
Kawasan situs ini memiliki jarak
kurang lebih 130 km dari Kota Palu. Letaknya di sebelah tenggara ibu kota
Provinsi Sulawesi Tengah tersebut. Untuk menuju ke sana dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan bermotor dengan waktu tempuh 5-7 jam. Selain bisa melalui
kota Palu, untuk sampai ke sana dapat pula melalui jalur di Tentena, Kabupaten
Poso.
Perjalanan menuju ke sana akan
disuguhkan dengan pemandangan yang indah. Hamparan sawah, deretan pegunungan,
hutan asri, juga kumpulan desa-desa yang masih asri akan menemani selama
perjalanan. Untuk sampai ke kawasan ini pun beberapa objek wisata alam
dilewati, seperti Telaga Tambing, Gunung Nokilalaki, agrowisata holtikultura, deretan
pohon pinus, dan padang sabana Lembah Napu.
Saat mulai memasuki kawasan
Lembah Besoa, Napu, dan Bada, kita seolah berada di sebuah negeri kahyangan.
Sesaat sebelum memasuki area ini kita dihadapkan pada bukit-bukit yang
menjulang, tempatnya persis seperti membelah bukit. Sepanjang mata memandang,
suguhan hamparan sabana atau padang rumput seluas ratusan hektare langsung
menyambut.
Udara yang sejuk menjadi ciri
khas tersendiri saat memasuki kawasan ini. Wajar saja karena lokasinya yang
berada di dataran tinggi. Keindahan alam di tempat ini menyuguhkan sebuah
lanskap alam bak padang luas di Eropa. Pada saat tertentu, alam yang menghijau
akan menyajikan pemandangan indah layaknya lembah-lembah di benua biru.
Keanekaragaman hayati yang
terkandung di dalamnya juga beragam. Salah satu yang terbesar di Indonesia.
Berbagai jenis flora dan fauna dapat kita temui, mengingat kawasan ini juga
sebagai pusat penelitian alam.
Tidak hanya itu, alam yang
membentang luas dengan sungai-sungai yang mengalir elok ikut menambah
keeksotisannya. Tempat ini juga punya potensi menjadi jalur trekking yang
sangat cocok untuk pengunjung menikmati sisi lain dari Lembah Besoa, Napu, dan
Bada. Jika dikelola dengan baik, tempat ini bisa menyamai jalur Mount de Blanc
di Eropa. Sebuah jalur lintas alam populer membentang antara negara Prancis,
Swiss, dan Italia.
Dengan kekayaan alam yang masih
asri, juga keanekaragaman hayati yang kaya, seolah menciptakan memori indah
yang sulit terlupa. Bukan hal yang salah kiranya jika kita menasbihkan kawasan
Lembah Besoa, Napu, dan Bada sebagai kepingan surga yang tersembunyi. Menyeruak
dari balik negeri seribu megalit yang eksotis dan berdaya magis, keindahan itu
menyatu dalam satu bingkai panorama yang indah.
Sumber : https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/10/25/surga-tersembunyi-di-negeri-seribu-megalit