Dewan Adat Sigi

Waktu selesai rapat di rumah Ketua Dewan Adat Sigi di Kaleke.

SOSIALISASI

Sosialisasi pendidikan Pemilih.

TOTUA NU ADA

Totua nu Ada. Ane nggaulu Totuamo gala hi nompakenggenisi ngata ...

Silaturrahmi

Silaturrahmi dengan Yang Mulia Sri Paduka Mangku Alam II.

Senin, 03 Oktober 2022

Sejarah Kerajaan Palu.

 

SEJARAH KERAJAAN PALU

Panjaroro (Pue Bongo) putra dari Mbulava Lemba,  Pangeran dari Bangga. Kawin dengan Yenda Bulava. Yenda Bulava puteri Pue Nggari, Magau Pertama yang di islamkan pertama Datokarama bersama pemberian payung kerajaan dari Sulawesi Selatan.

Hasil perkawinan pebolai dengan adik Magau Dolo (Pue Puti). Pue Puti dibuatkan istana di Tangga Banggo. Di istana inilah Panjororo dilahirkan. Pue Nggari Pangeran dari Besusu yang menerima payung kerajaan dari Sulawesi Selatan. Adapun Payung kerajaan yang ada dilemba Kaili masing masing :

-          Payung Kerajaan Palu berasal dari Gowa yang dibawah Dato Karama diterima Pue Nggari di Besusu. Pada akhir abad ke 19 Payung kerajaan dibawah ketatanga.

-          Payung Kerajaan Dolo berasal dari Bone, dibawah Manuradja diterima oleh Sumba Lemba di Palu, kemudian diteruskan Sumba Bulava di Dolo pada waktu itu berkedudukan di Bodi, Sumba Bulava pangkatnya Magau.

-          Payung kerajaan Sigi berasal dari Luwu di bawah oleh Towiwa, kemudian Towiwa kawin dengan Bakulu, hasil perkawinan dengan Bakulu melahirkan Saera dan Tandalabua, mereka inilah menurunkan raja raja Sigi dan Tawaili. Towiwa ini berpangkat Kapita pada waktu itu pusat kerajaan Sigi berpusat Sigimpu.

-          Pue Nggari mempunyai dua orang isteri antara lain isteri pertama dari Bulu Masomba di bawah keistana Besusu.

-          Isteri Nibolai berasal dari Dolo tinggal di Tangga Banggo.

Di lembah Kaili pada saat itu ada dua persekutuan yaitu Rantempanau yang terdiri kerajaan Palu dibawah Pimpinan Pue Sese, Kerajaan Dolo dibawah Pimpinan Pue Boga dan Rantempandake yang terdiri dari kerajaan Sigi dan Tawaeli pada saat itu dipimpin oleh (Tomai Bakulu).

 Atas perkawinan Pue Nggari dengan Pue Puti Madika Dolo lahir dua orang puteri, yaitu :

 1. Bulava

2. Daesana

Pue Puti semasa kawin dengan Pue Nggari menempati istana Tangga Banggo. Istana ini ditempati juga oleh Yendabulava, Yendabulava dikawini oleh bangsawan dari Bangga yang bernama Mbulawa Lemba. Dan hasil perkawinan Yendabulawa dengan Bulawa Lemba lahir seorang putera bernama Panjaroro  yang dikenal dengan nama (Pue Bongo). Daesana dikawini oleh bangsawan dari Tavaili, Panjoro yang disebut sekarang dengan nama Pue Bongo yang berjasa meluaskan kerajaan palu.

Eksepansi Panjaroro, ke sebelah barat sampai dengan tanah kasolowa yaitu di Sorodu melahirkan seorang  putera bernama Tiro Lemba.

Mbangejo Lemba  kawin dengan Daeng Mangipi Madika (Bulanggo Dolo), hasil perkawinan Mbangejo Lemba dengan Daeng Mangipi lahir seorang anak bernama Yaruntasi. Yaruntasi inilah diangkat sebagai Magau Dolo yang ke 4. Panjororo juga kawin di Labuan dan anak dari labuan kawin dengan Makagera (Pue Lemba) melahirkan Jalalemba,Limuintan (Madika Randalabuan) kemudian kawin lagi di Maboro dan Palu.

          Setelah Panjaroro meluaskan kerajaan Palu kemudian bergerak ke utara sampai ke Buol. Setelah tiba di Buol Panjororo  (Pue Bonggo) tinggal puluhan tahun di Buol. Setelah puluhan tahun di Buol kerajaan Palu diserang dari arah timur dan selatan oleh kerajaan Sigi kecuali ibu kota kerajaan tidak diserang yaitu Besusu dengan diplomasi Sigi dari Magau Mombine.

Setelah rombongan Pue Sese dan Pue Bongo tiba di Palu dibuatlah serangan pembalasan terhadap kerjaan Sigi kemudian Pue Sese dan Pue Bongo mengatur persiapan pasukan untuk serangan balasan. Pasukan yang disiapkan terdiri dari -Pasukan dari Dombu : Gunung Gawalise dibawah pimpinan Bangsawan Pindagi dari Bangga.

Panjororo juga ikut berperang langsung sebagai penanggung jawab. Pue Indate Ngisi dan Pue Mpero sebagai panglima perang.

Pasukan terbagi dua masing masing dibawah pimpinan Pue Mpero dan Pue Ndatengisi, setelah siap semua persiapan serangan balasan serangan dilaksanakan pada waktu sigi mengadakan Salia Madika  (pesta raja).

Pasukan Pue Ndatengisi menyerang dari arah timur, Pasukan Pue Mpera menyerang dari arah barat yaitu dari Dolo. Kecuali ibu kota kerajaan Sigi tidak diserang.

Pasukan dari Palu mengobrak-abrik Pasukan Sigi yang berada d Vatunonju dan Bora. Rakyat dari Watu nonju bernama Lolu di jadikan tawanan perang kemudian di bawah ke Palu. Dan sebagian tinggal di Biromaru, dan rakyat berasal dari Sigi tinggal di Palu kemudian diberikan tempat tinggal yang baru yaitu karena mereka berasal dari Sigi. Setelah Panjororo membawa kemenangan melawan pasukan Sigi maka diadakan beberapa isi perjanjian :

1.       Diadakan upacara Ntiro Uve yaitu upacara sumpah setia mengeluarkan Batu Putih yang diambil dari Sigi pada muara sunggai Palu dengan sumpah setia berbunyi : “Meumbapa VatuPuti hie pade Mahancuru Tanah nu Palu”

2.       Diadakan pemindahan ibukota kerajaan dari Besusu keseberang sungai Palu bagian barat.

3.       Magau kedua yaitu Pue Sese mengadakan Manjingge Toru artinya melepaskan dan menyerahkan Kaogea.

4.       Panjororo akan dikawinkan dengan Puteri dari Siralangi yang bernamaBuse Mbaso, tindakan angka 2, 3, dan 4 disebut diatas dilaksanakan secara damai.

 Setelah Pue Sese menyerahkan jabatan magau kepada Panjaroro yang disebut saat ini Pue Bongo yaitu dengan acara Panjingge Toru, ibu kota kerajaan dipindahkan dari Besusu ke Besusu kota yang sekarang disebut  Kelurahan Baru. Maka terjadilah hal sebagai berikut :

1.       Panjororo yang disebut Pue Ponggo dan keturunannya berhak menduduki tahta Magau Palu dengan Bulanggo.

2.       Labunggulili dan dinastinya menduduki jabatan sebagai madika Malolo Palu.

3.       Keturunan Pue Sese  beserta dinastinya akan menjadi Madika Matua Palu.

4.       Labungguli  dan dinastinya menjadi Baligau Palu.

Hal-hal tersebut diatas hasil perjanjian : sumpah setia agar tidak terjadi perebutan kekusaan di kerajaan Palu. Setelah Panjororo tinggal di Besusu Busi Mbaso dari hasil perkawinannya lahir seorang anak bernama Malasigi.

Malasigi  inilah menggantikan ayahnya sebagai magau kedua untuk kerajaan Palu. Malasigi mempunyai yang diakui oleh kerajaan yaitu seorang berkedudukan di Besusu dan seorang lagi berkedudukan di Panggona (Kel. Lere) saat ini.

Yalibose salah seorang bangsawan yang berpengaruh kuat di Dolo. dan siapa yang berhak menggantikan Yaruntasi, apakah Pue Bengge atau Yanuraja atau Putra dari  Yalibose. dan untuk menyelesaikan masalah ini diadakan musyawarah dikerajaan antara kerajaan Dolo dengan kerajaan Palu dipimpin oleh Madika Matua dari Besusu dan hasil musyawarah yaitu dibuatkan baruga lima di Kaleke baruga 7 di Dolo.

1.       Saudara dari Yanu Raja bernama Satimanuru dikawinkan dengan Jalalolu (Pue langgo).

2.       Saudara dari Pue Bengge bernama Pue mbaso dikawinkan dengan Lasambili.

3.       Para Bangsawan masing-masing menerima upeti yang sama

4.       Anak dari Pue Mbaso dan Lasambili setelah besar akan berkedudukan di kerajaan Dolo.

Isteri dari Besusu lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Raja Dewa. Isteri dari Panggona ini keturunan dari Silalangi kemudian lahir seorang anak lakilaki bernama Lamakaraka (Tondate Dayo).

.


Sumber : https://www.scribd.com/document/411384589/Sejarah-Tadulako-Tanah-Kaili

۞ PETA LOKASI Wilayah ۞
۞ MEDIA - SOSIAL ۞