SEJARAH KERAJAAN PALU
Panjaroro (Pue Bongo) putra dari Mbulava Lemba, Pangeran dari Bangga. Kawin dengan Yenda Bulava. Yenda Bulava puteri Pue Nggari, Magau Pertama yang di islamkan pertama Datokarama bersama pemberian payung kerajaan dari Sulawesi Selatan.
Hasil perkawinan pebolai dengan adik Magau Dolo (Pue Puti). Pue Puti dibuatkan istana di Tangga Banggo. Di istana inilah Panjororo dilahirkan. Pue Nggari Pangeran dari Besusu
yang menerima payung kerajaan dari
Sulawesi Selatan. Adapun Payung kerajaan yang ada dilemba Kaili masing masing :
-
Payung Kerajaan Palu
berasal dari Gowa yang dibawah Dato Karama diterima Pue Nggari di Besusu. Pada akhir abad ke 19 Payung kerajaan dibawah ketatanga.
-
Payung
Kerajaan Dolo berasal dari Bone, dibawah Manuradja
diterima oleh Sumba Lemba di Palu, kemudian diteruskan Sumba Bulava di Dolo
pada waktu itu berkedudukan di Bodi, Sumba Bulava pangkatnya Magau.
-
Payung kerajaan Sigi berasal dari Luwu di bawah oleh Towiwa, kemudian Towiwa kawin dengan Bakulu,
hasil perkawinan dengan Bakulu
melahirkan Saera dan Tandalabua, mereka inilah menurunkan raja raja Sigi dan Tawaili. Towiwa ini berpangkat Kapita pada
waktu itu pusat kerajaan Sigi
berpusat Sigimpu.
-
Pue Nggari mempunyai dua orang isteri antara lain isteri
pertama dari Bulu Masomba di
bawah keistana Besusu.
-
Isteri
Nibolai berasal dari Dolo tinggal di Tangga Banggo.
Di lembah Kaili
pada saat itu ada dua persekutuan yaitu Rantempanau yang terdiri kerajaan Palu dibawah
Pimpinan Pue Sese, Kerajaan Dolo dibawah Pimpinan Pue Boga dan Rantempandake yang terdiri dari kerajaan
Sigi dan Tawaeli pada saat
itu dipimpin oleh (Tomai
Bakulu).
Atas
perkawinan Pue Nggari dengan Pue Puti Madika Dolo lahir dua orang puteri, yaitu :
1. Bulava
2. Daesana
Pue Puti semasa kawin dengan Pue Nggari menempati istana Tangga Banggo. Istana ini ditempati juga oleh Yendabulava, Yendabulava
dikawini oleh bangsawan dari Bangga
yang bernama Mbulawa Lemba. Dan hasil perkawinan Yendabulawa dengan Bulawa Lemba lahir seorang putera bernama Panjaroro yang dikenal dengan nama (Pue Bongo). Daesana dikawini oleh bangsawan dari Tavaili, Panjoro yang disebut sekarang dengan nama Pue
Bongo yang berjasa meluaskan kerajaan palu.
Eksepansi Panjaroro, ke sebelah
barat sampai dengan tanah kasolowa yaitu di Sorodu melahirkan seorang putera bernama Tiro Lemba.
Mbangejo Lemba kawin dengan Daeng Mangipi Madika (Bulanggo Dolo), hasil perkawinan Mbangejo Lemba dengan Daeng Mangipi lahir seorang anak bernama Yaruntasi. Yaruntasi inilah diangkat sebagai Magau Dolo yang ke 4. Panjororo juga kawin di Labuan dan anak dari labuan kawin dengan Makagera (Pue Lemba) melahirkan Jalalemba,Limuintan (Madika Randalabuan) kemudian kawin lagi di Maboro dan Palu.
Setelah Panjaroro meluaskan kerajaan Palu kemudian bergerak ke utara sampai
ke Buol. Setelah tiba di Buol Panjororo (Pue
Bonggo) tinggal puluhan tahun di Buol. Setelah puluhan tahun di Buol kerajaan
Palu diserang dari arah timur dan selatan oleh kerajaan Sigi kecuali ibu kota
kerajaan tidak diserang yaitu Besusu dengan diplomasi Sigi dari Magau Mombine.
Setelah rombongan Pue Sese dan Pue Bongo tiba di Palu dibuatlah serangan
pembalasan terhadap kerjaan Sigi kemudian Pue Sese dan Pue Bongo mengatur
persiapan pasukan untuk serangan balasan. Pasukan yang disiapkan terdiri dari
-Pasukan dari Dombu : Gunung Gawalise dibawah pimpinan Bangsawan Pindagi dari Bangga.
Panjororo juga ikut berperang langsung sebagai penanggung jawab. Pue Indate Ngisi dan Pue Mpero sebagai panglima perang.
Pasukan terbagi dua masing masing dibawah pimpinan Pue Mpero dan Pue Ndatengisi,
setelah siap semua persiapan serangan balasan serangan dilaksanakan pada waktu
sigi mengadakan Salia Madika (pesta raja).
Pasukan Pue Ndatengisi menyerang dari arah timur, Pasukan Pue Mpera menyerang
dari arah barat yaitu dari Dolo. Kecuali ibu kota kerajaan Sigi tidak diserang.
Pasukan dari Palu mengobrak-abrik Pasukan Sigi yang berada d Vatunonju dan
Bora. Rakyat dari Watu nonju bernama Lolu
di jadikan tawanan perang kemudian di bawah ke Palu. Dan sebagian tinggal di Biromaru,
dan rakyat berasal dari Sigi tinggal di Palu kemudian diberikan tempat tinggal
yang baru yaitu karena mereka berasal dari Sigi. Setelah Panjororo membawa
kemenangan melawan pasukan Sigi maka diadakan beberapa isi perjanjian :
1.
Diadakan
upacara Ntiro Uve yaitu upacara sumpah setia mengeluarkan Batu Putih
yang diambil dari Sigi pada muara sunggai Palu dengan sumpah setia berbunyi : “Meumbapa
VatuPuti hie pade Mahancuru Tanah nu Palu”
2.
Diadakan
pemindahan ibukota kerajaan dari Besusu keseberang sungai Palu bagian barat.
3.
Magau
kedua yaitu Pue Sese mengadakan Manjingge Toru artinya melepaskan dan menyerahkan
Kaogea.
4.
Panjororo
akan dikawinkan dengan Puteri dari Siralangi yang bernamaBuse Mbaso, tindakan
angka 2, 3, dan 4 disebut diatas dilaksanakan secara damai.
Setelah Pue Sese menyerahkan jabatan
magau kepada Panjaroro yang disebut saat ini Pue Bongo yaitu dengan acara
Panjingge Toru, ibu kota kerajaan dipindahkan dari Besusu ke Besusu kota yang
sekarang disebut Kelurahan Baru. Maka
terjadilah hal sebagai berikut :
1.
Panjororo
yang disebut Pue Ponggo dan keturunannya berhak menduduki tahta Magau Palu
dengan Bulanggo.
2.
Labunggulili
dan dinastinya menduduki jabatan sebagai madika Malolo Palu.
3.
Keturunan
Pue Sese beserta dinastinya akan menjadi
Madika Matua Palu.
4.
Labungguli
dan dinastinya menjadi Baligau Palu.
Hal-hal tersebut diatas hasil perjanjian : sumpah setia agar tidak terjadi
perebutan kekusaan di kerajaan Palu. Setelah Panjororo tinggal di Besusu Busi
Mbaso dari hasil perkawinannya lahir seorang anak bernama Malasigi.
Malasigi inilah menggantikan ayahnya
sebagai magau kedua untuk kerajaan Palu. Malasigi mempunyai yang diakui oleh
kerajaan yaitu seorang berkedudukan di Besusu dan seorang lagi berkedudukan di
Panggona (Kel. Lere) saat ini.
Yalibose salah seorang bangsawan yang
berpengaruh kuat di Dolo. dan
siapa yang berhak menggantikan Yaruntasi,
apakah Pue Bengge atau Yanuraja atau Putra
dari Yalibose. dan untuk menyelesaikan
masalah ini diadakan musyawarah dikerajaan antara kerajaan Dolo dengan kerajaan Palu dipimpin oleh Madika Matua
dari Besusu dan hasil
musyawarah yaitu dibuatkan baruga lima di Kaleke baruga 7 di Dolo.
1.
Saudara dari Yanu Raja bernama Satimanuru dikawinkan dengan Jalalolu (Pue
langgo).
2. Saudara
dari Pue Bengge bernama Pue
mbaso dikawinkan dengan Lasambili.
3. Para
Bangsawan masing-masing menerima
upeti yang sama
4. Anak dari Pue Mbaso dan Lasambili
setelah besar akan berkedudukan di kerajaan
Dolo.
Isteri dari Besusu
lahir seorang anak laki-laki
yang diberi nama Raja Dewa. Isteri dari Panggona ini keturunan dari Silalangi kemudian lahir seorang anak lakilaki
bernama Lamakaraka (Tondate Dayo).
.
Sumber : https://www.scribd.com/document/411384589/Sejarah-Tadulako-Tanah-Kaili